Kisah Para Rabi Mengajak Nabi Muhammad SAW Memeluk Agama Yahudi
loading...
A
A
A
Rasulullah SAW kerap mengajak kelompok-kelompok Yahudi untuk masuk Islam. Beliau mengingatkan akan azab dan siksa Allah, tetapi mereka bersikeras, “Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dilakukan nenek moyang kami, karena mereka lebih tahu dan lebih baik daripada kami.” Mereka bahkan membalas mengajak Nabi Muhammad masuk Yahudi.
Maka Al-Qur'an mencela nenek moyang mereka itu, menganggap mereka kurang akal dan menyimpang dari jalan menuju petunjuk. “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya). Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk” ( QS al-Baqarah (2) : 170).
Dr Muhammad bin Fariz al-Jamil, dalam bukunya berjudul "Nabi Muhammad dan Yahudi Madinah" mengatakan sungguh, jawaban dingin dan keteguhan orang-orang Yahudi dalam mengikuti nenek moyang, meskipun pendahulu mereka itu menyimpang dari jalan kebenaran dan petunjuk, tidak membuat Rasulullah mundur.
"Sama sekali tidak menyurutkan semangat beliau untuk terus mengajak mereka memeluk agama yang benar," ujarujar Dosen Sejarah dan Peradaban Islam di Fakultas Adab Universitas al-Malik Saud Riyadh ini dalam buku yang berjudul asli "An-Nabi wa Yahid al-Madinah, Dirasah Tabliliyah li Alagah ar-Rasul bi Yahud al-Madinah wa Mawaqif al-Mustasyriqin Minha" dan diterjemahkan Indi Aunullah.
Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah mendatangi kaum Yahudi di Bait al-Midras''. Sewaktu beliau mengajak kepada agama Allah, beberapa ulama mereka bertanya, “Agama apa yang kamu anut, Muhammad?”
Beliau menjawab bahwa dirinya mengikuti agama Ibrahim. Mereka berkomentar bahwa Ibrahim seorang Yahudi. Beliau pun meminta mereka merujuk kitab Taurat, tetapi mereka menolak.
Kemudian turun ayat Al-Qur'an mendustakan mereka dan mengukuhkan kebenaran agama Nabi Ibrahim, yang jelas bukan seorang Yahudi dan bukan pula Nasrani. Allah berfirman, “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, muslim, dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik” ( QS Ali Imran (3) : 67).
Tampaknya sebagian pemuka Yahudi tidak puas hanya dengan menolak kenabian Muhammad, menghasut kaumnya sendiri dan orang-orang Arab lain agar meninggalkan sang Nabi, melainkan mereka juga menawarkan kepada beliau untuk memeluk agama Yahudi.
Sikap demikian tak lain akibat kebodohan dan penyimpangan mereka dari jalan kebenaran. Mereka berkata menyombongkan diri, “Jalan yang benar adalah apa yang kami anut, maka ikutilah kami, wahai Muhammad, niscaya kamu akan mendapat petunjuk.”
Setelah orang-orang Yahudi gagal dalam upaya ini dan kebenaran menampar mereka seperti disebutkan dalam firman Allah, “Katakanlah, “(Tidak!) Tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS al-Baqarah (2): 135), maka mereka berusaha mengetuk pintu yang lain.
Para pemuka Yahudi berembuk dan berkata, “Mari kita datangi Muhammad, barangkali kita bisa menggodanya untuk meninggalkan agamanya. Bagaimanapun dia seorang manusia.”
Mereka pun mendatangi Nabi dan berkata, “Wahai Muhammad, kamu tahu bahwa kami adalah para rabi sekaligus bangsawan dan pemimpin orang-orang Yahudi. Jika kami mengikutimu, mereka pun mengikuti dan tidak akan menentang kami. Namun, ada permusuhan di antara kami. Maukah kamu kami angkat menjadi penengah, agar kamu membuat keputusan yang menguntungkan kami atas mereka? Kalau kamu mau, kami akan beriman kepadamu dan membenarkanmu.”
Terang saja, Rasulullah menolak tawaran tersebut. Mengenai tawaran buruk para pembesar Yahudi itu, diturunkanlah firman Allah berikut:
“Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik” ( QS al-Ma'idah : 49).
Al-Qur'an menggambarkan betapa sikap mereka yang menjijikkan terhadap Rasulullah dan dakwahnya. Kendati demikian, Rasulullah SAW tetap gigih dalam mengajak mereka memeluk Islam.
Maka Al-Qur'an mencela nenek moyang mereka itu, menganggap mereka kurang akal dan menyimpang dari jalan menuju petunjuk. “Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya). Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk” ( QS al-Baqarah (2) : 170).
Dr Muhammad bin Fariz al-Jamil, dalam bukunya berjudul "Nabi Muhammad dan Yahudi Madinah" mengatakan sungguh, jawaban dingin dan keteguhan orang-orang Yahudi dalam mengikuti nenek moyang, meskipun pendahulu mereka itu menyimpang dari jalan kebenaran dan petunjuk, tidak membuat Rasulullah mundur.
"Sama sekali tidak menyurutkan semangat beliau untuk terus mengajak mereka memeluk agama yang benar," ujarujar Dosen Sejarah dan Peradaban Islam di Fakultas Adab Universitas al-Malik Saud Riyadh ini dalam buku yang berjudul asli "An-Nabi wa Yahid al-Madinah, Dirasah Tabliliyah li Alagah ar-Rasul bi Yahud al-Madinah wa Mawaqif al-Mustasyriqin Minha" dan diterjemahkan Indi Aunullah.
Dalam sebuah kesempatan, Rasulullah mendatangi kaum Yahudi di Bait al-Midras''. Sewaktu beliau mengajak kepada agama Allah, beberapa ulama mereka bertanya, “Agama apa yang kamu anut, Muhammad?”
Beliau menjawab bahwa dirinya mengikuti agama Ibrahim. Mereka berkomentar bahwa Ibrahim seorang Yahudi. Beliau pun meminta mereka merujuk kitab Taurat, tetapi mereka menolak.
Kemudian turun ayat Al-Qur'an mendustakan mereka dan mengukuhkan kebenaran agama Nabi Ibrahim, yang jelas bukan seorang Yahudi dan bukan pula Nasrani. Allah berfirman, “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, muslim, dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik” ( QS Ali Imran (3) : 67).
Tampaknya sebagian pemuka Yahudi tidak puas hanya dengan menolak kenabian Muhammad, menghasut kaumnya sendiri dan orang-orang Arab lain agar meninggalkan sang Nabi, melainkan mereka juga menawarkan kepada beliau untuk memeluk agama Yahudi.
Sikap demikian tak lain akibat kebodohan dan penyimpangan mereka dari jalan kebenaran. Mereka berkata menyombongkan diri, “Jalan yang benar adalah apa yang kami anut, maka ikutilah kami, wahai Muhammad, niscaya kamu akan mendapat petunjuk.”
Setelah orang-orang Yahudi gagal dalam upaya ini dan kebenaran menampar mereka seperti disebutkan dalam firman Allah, “Katakanlah, “(Tidak!) Tetapi (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus dan dia tidak termasuk golongan orang yang mempersekutukan Tuhan.” (QS al-Baqarah (2): 135), maka mereka berusaha mengetuk pintu yang lain.
Para pemuka Yahudi berembuk dan berkata, “Mari kita datangi Muhammad, barangkali kita bisa menggodanya untuk meninggalkan agamanya. Bagaimanapun dia seorang manusia.”
Mereka pun mendatangi Nabi dan berkata, “Wahai Muhammad, kamu tahu bahwa kami adalah para rabi sekaligus bangsawan dan pemimpin orang-orang Yahudi. Jika kami mengikutimu, mereka pun mengikuti dan tidak akan menentang kami. Namun, ada permusuhan di antara kami. Maukah kamu kami angkat menjadi penengah, agar kamu membuat keputusan yang menguntungkan kami atas mereka? Kalau kamu mau, kami akan beriman kepadamu dan membenarkanmu.”
Terang saja, Rasulullah menolak tawaran tersebut. Mengenai tawaran buruk para pembesar Yahudi itu, diturunkanlah firman Allah berikut:
“Dan hendaklah engkau memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik” ( QS al-Ma'idah : 49).
Al-Qur'an menggambarkan betapa sikap mereka yang menjijikkan terhadap Rasulullah dan dakwahnya. Kendati demikian, Rasulullah SAW tetap gigih dalam mengajak mereka memeluk Islam.
(mhy)