Inilah 11 Penyebab Munculnya Penyakit Malas Menurut Syaikh Al Utsaimin

Minggu, 07 Agustus 2022 - 15:08 WIB
loading...
Inilah 11 Penyebab Munculnya Penyakit Malas Menurut Syaikh Al Utsaimin
Rasa malas bisa muncul karena berbagai sebab, dalam Islam rasa malas ini disebut futur yang salah satu sebabnya karena kurangnya ilmu pengetahuan. Foto ilustrasi/islamiccenter
A A A
Rasa malas atau futur adalah godaan setan yang sangat dahsyat. Keadaan futur bukan saja membuat semangat berbuat baik jadi menurun, tetapi dorongan melakukan keburukan akan meningkat. Dengan kata lain futur membuat seseorang menjadi lemah iman.

Dalam Kitabul ‘Ilmi karangan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, disebutkan bahwa futur adalah rasa malas , menunda, lambat setelah bersemangat, tidak bergairah dalam kebaikan. Pertahanan menghadapi bisikan syaitan menjadi rapuh dan sering hawa nafsu.

Gambarannya adalah, pada waktu tertentu seorang muslim sangat rajin beribadah, belajar ilmu syari'at, dan mendatangi majelis ilmu. Namun tiba-tiba dia dijangkiti rasa malas yang sangat luar biasa. Ibadah menjadi sekadarnya saja atau bahkan dia mulai berani meninggalkan sholat karena rasa malas.



Bahkan fenomena futur ini juga telah dirasakan di masa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam. Dalam sejarah Rasulullah, bahaya futur itu telah Allah perlihatkan. Tatkala kaum Muslimin hijrah ke Habasyah, ada di antara peserta hijrah yang futur hingga akhirnya murtad dari Islam.

Dalam salah satu perang juga terdapat seseorang yang begitu gigih dan penuh semangat. Namun, nabi menghukuminya sebagai penghuni neraka. Ternyata orang tersebut bunuh diri. Saat terluka parah, semangatnya melemah sehingga godaan setan menggiringnya untuk menusukkan tombak ke perutnya.

Menurut Syaikh Utsaimin futur atau rasa malas dalam melakukan kebaikan adalah penyakit. Kian banyak menjangkiti orang-orang yang menuntut ilmu agama dan juga orang-orang yang berusaha menapaki jalan kebenaran.
Ada banyak sebab yang membuat seseorang menjadi futur. Di antaranya adalah :

1) Hilangnya keikhlasan,
2) Lemahnya ilmu Syar’i,
3) Kecintaan hati yang besar kepada dunia dan banyak melupakan akhirat,
4) Fitnah (cobaan) berupa istri dan anak,
5) Hidup di tengah masyarakat yang rusak,
6) Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dalam meraih kebaikan,
7) Melakukan dosa serta memakan makanan yang haram,
8) Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah),
9) Lemahnya iman,
10) Menyendiri, dan tidak mau bergabung dengan saudara seiman yang lainnya, saling tolong menolong dalam kebaikan,
11) Lemahnya pendidikan (tarbiyyah) imaniyyah dan seterusnya.

Syaikh Utsaimin pernah ditanya, “banyak penuntut ilmu agama yang lemah tekadnya dan futur dalam menuntut. Sarana apa saja yang dapat membangkitkan tekad dan semangat dalam menuntut ilmu?“. Beliau menjawab, Dha’ful himmah (tekad yang lemah) dalam menuntut ilmu agama adalah salah satu musibah yang besar.


Untuk mengatasi futur ada beberapa hal yang perlu dilakukan, misalnya :

1. Mengikhlaskan niat hanya untuk Allah ‘Azza Wa Jalla dalam menuntut ilmu
Jika seseorang ikhlas dalam menuntut ilmu, ia akan memahami bahwa amalan menuntut ilmu yang ia lakukan itu akan diganjar pahala. Dan ia juga akan memahami bahwa ia akan termasuk dalam tiga derajat manusia dari umat ini*), lalu dengan itu semangatnya pun akan bangkit. Allah Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ


“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid” (QS. An Nisa: 69)

2. Selalu bersama dengan teman-teman yang semangat dalam menuntut ilmu

Dan teman-teman yang dapat membantunya dalam berdiskusi dan meneliti masalah agama. Jangan condong untuk meninggalkan kebersamaan bersama mereka selama mereka senantiasa membantu dalam menuntut ilmu.

3. Bersabar, yaitu ketika jiwa mengajak untuk berpaling dari ilmu

Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا


“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini” (QS. Al Kahfi: 28)

Al-Hasan Al-Bashri, seorang ulama era tabi’in mengatakan, “Hati itu kadang mati kadang hidup normal. Jika hati sedang mati paksa badan untuk tetap melaksanakan hal-hal yang wajib. Jika hati sedang dalam kondisi hidup normal didik badan untuk melakukan hal-hal yang hukumnya dianjurkan.” (Kitab Az-Zuhd karya Imam Ahmad).

Futur juga bisa diatasi dengan amalan sesuai kemampuan namun istiqomah. Allah menilai amalan setiap muslim bukan pada kuantitasnya, tapi pada kesesuaiannya dengan tuntutan Rasulullah.

Semangat beramal harus istiqomah. Sedikit tapi istiqomah dan sesuai sunah Nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam. Itu lebih dicintai Allah dan Rasul-nya daripada amal banyak tapi kemudian berhenti.

Nabi bersabda yang artinya, "wahai sekalian manusia, lakukanlah amalan sesuai dengan kemampuan kalian karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan (dalam koridor sunah) yang kontinu walaupun sedikit" ( HR Muslim).



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1721 seconds (0.1#10.140)