Sebelum Islam Ahlus Sunnah, Aliran Syiah Lebih Dahulu Masuk ke Nusantara
loading...
A
A
A
Nakhkoda Khalifah
Sejarawan A. Hasjmy dalam bukunya yang berjudul "Syi’ah dan Ahlussunnah" mengatakan pada tahun 800 M, sebuah kapal dagang berlabuh di Bandar Perlak. "Armada dakwah" itu mengangkut 100 saudagar muslim Arab Quraisy, Persia, dan India, yang dipimpin Nakhoda Khalifah.
Mereka membarter kain, minyak atar, dan perhiasan dengan rempah-rempah. "Rombongan misi Islam yang dipimpin Nakhoda Khalifah semuanya orang-orang Syiah," tulis Hasjmy.
Sejak itu, mereka kerap datang ke Bandar Perlak sehingga banyak orang Perlak masuk Islam, termasuk Meurah (Maharaja) Perlak dan keluarganya. Pada 840 M diproklamasikan Kerajaan Perlak yang beribu kota Bandar Khalifah –sebagai penghargaan kepada Nakhoda Khalifah– saat ini letaknya sekira enam kilometer dari kota Peureulak. Rajanya Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah.
"Kerajaan Islam yang pertama berdiri di Indonesia yaitu Perlak, boleh dinamakan Daulah Syi’iyah (Kerajaan Syi’ah)… sehingga pahamnya menyelusupi dalam tubuh masyarakat Islam yang baru tumbuh itu," kata Hasjmy.
Sejarawan Slamet Muljana dalam bukunya berjudul "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negaranegara Islam di Nusantara" juga mengungkap Islam yang sampai di Asia Tenggara paling dahulu ialah aliran Syiah.
Hanya saja, Slamet Muljana menyebut bahwa Syiah tak hanya dibawa pedagang Persia. "Selain Persia, aliran Syiah dibawa oleh para pedagang Gujarat, dan Arab ke pantai timur Sumatera, terutama ke negara Perlak dan negara Pasai, dan mendapat dukungan dinasti Fathimiah di Mesir," katanya.
Jadi, meski memiliki beberapa kelebihan, namun ada sebagian ahli yang masih meragukan bukti-bukti terkait masuknya Islam dari Persia. Hal ini karena bukti-bukti yang ada masih diragukan dan dirasa kurang kuat.
Terlebih lagi, Persia bukanlah wilayah pusat agama Islam. Ditambah lagi, pedagang yang berasal dari Persia jumlahnya tidak seberapa. Pedagang Persia yang bertransaksi di Indonesia saat itu masih kalah jumlahnya dengan pedagang Arab, China, dan India.
Tentang tradisi Tabot, Endang Rochmiatun mengatakan tradisi ini dibawa oleh para pekerja Islam Syi’ah dari Madras dan Bengali, India bagian selatan, yang dibawa oleh tentara Inggris untuk membangun Benteng Marlborough (1713—1719).
(mhy)