Keunikan Kaum Wanita dalam Pandangan Syariat
loading...
A
A
A
Bersikap Adil dan Perhatian
Ustadz Saed as-Saedy menjelaskan, menyikapi sifat wanita hendaknya bersikaplah yang adil, lembut, penyabar dan perhatian kepadanya. Janganlah dipaksakan karakternya, selama itu baik dan tidak keluar dari rambu-rambu agama, biarkanlah karakter itu menjadi identitasnya. Seorang suami cukup memoles dan mengarahkannya sesuaituntunan syariat, dengan cara yang baik dan penuh kelembutan.
“Hendaklah kalian saling menasihati kepada para wanita (istri) dengan kebaikan, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas. Apabila engkau memaksa untuk meluruskannya, maka ia akan patah, dan jika engkau biarkan apa adanya, ia akan tetap bengkok. Karena itu hendaklah kalian saling menasihati kepada para wanita (istri) dengan kebaikan.” (HR. Bukhari)
Selain itu, seorang suami juga harus paham, bahwa tabiat seorang istri diciptakan memiliki akal dan agama yang kurang sempurna. Sehingga ia pun harus bijak, sabar dan pengertian dalam menyikapi kekurangan ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“’Tidaklah aku melihat orang-orang yang memiliki kekurangan akal dan agama, yang mampu mengalahkan orang yang akalnya sempurna (seorang laki-laki ) daripada kalian (para wanita -penj)?’ Salah seorang sahabat dari kalangan wanita berkata, ‘Wahai Rasulullah! Apa yang dimaksud kekurangan akal dan agama?’ Nabi bersabda, ‘Adapun maksud kurang akalnya karena persaksian dua wanita setara dengan persaksian seorang laki-laki, dan ia (seorang wanita) akan berdiam diri beberapa malam tanpa mengerjakan shalat dan tidak berpuasa Ramadhan, dan ini yang dimaksud kurang agamanya.” (HR. Muslim)
Kurang akal di sini bukan berarti sejak awal wanita itu diciptakan lebih bodoh dibanding laki-laki, daya intelektualnya lebih lemah dan tingkat kecerdasannya lebih rendah. Tapi karena adanya faktor-faktor lain, daya pikirnya menjadi tidak tereksploitasi secara sempurna.
Bukankah sejarah mencatat, sebagian sahabat Nabi dari kalangan wanita, mereka dikenal kecerdasan dan kefakihannya? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang lain pun mengakui hal ini.
Menurut Syaikh Asy-Sya’rawi, yang mengatur hawa nafsu dan perasaan adalah akal, tapi porsi perasaan dalam diri seorang wanita lebih besar, sehingga akalnya berkurang. Karena itu, seorang wanita kuasa menahan lelahnya mengandung, sakitnya proses persalinan dan beratnya begadang malam demi menjaga sang buah hatinya.
Adapun kurang agamanya, karena wanita ketika dalam kondisi haid atau nifas, ia harus meninggalkan salat dan puasa serta tidak mengqadha shalatnya. Sekalipun demikian, tidak mendapatkan hukuman atas kekurangan ini, karena sumbernya dari syariat itu sendiri.
Semua ini adalah bentuk kemudahan dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum wanita, karena saat tabiat haid atau nifas berbenturan dengan puasa dan shalat, hal itu sangatlah memberatkan mereka. Yang jelas, di antra kelebiham dan kekurangan sifatnya, muslimah harus memerhatikan akhlak . Sebab, akhlak adalah budi pekerti yang ada dalam diri seseorang.
Wanita muslimah hendaknya memiliki akhlak yang mulia, tutur kata yang sopan dan perilaku yang santun. Wanita muslimah juga seharusnya memiliki perkataan yang lembut dan tidak berlaku kasar kepada orang lain. Selain itu wanita muslimah juga harus selalu bersabar terhadap apa yang menimpanya dan selalu merasa malu jika berbuat sesuatu yang tidak baik. Sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam firman-NYA :
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(QS AL Baqarah : 155)
Wallahu A’lam.
Ustadz Saed as-Saedy menjelaskan, menyikapi sifat wanita hendaknya bersikaplah yang adil, lembut, penyabar dan perhatian kepadanya. Janganlah dipaksakan karakternya, selama itu baik dan tidak keluar dari rambu-rambu agama, biarkanlah karakter itu menjadi identitasnya. Seorang suami cukup memoles dan mengarahkannya sesuaituntunan syariat, dengan cara yang baik dan penuh kelembutan.
“Hendaklah kalian saling menasihati kepada para wanita (istri) dengan kebaikan, karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok ialah yang paling atas. Apabila engkau memaksa untuk meluruskannya, maka ia akan patah, dan jika engkau biarkan apa adanya, ia akan tetap bengkok. Karena itu hendaklah kalian saling menasihati kepada para wanita (istri) dengan kebaikan.” (HR. Bukhari)
Selain itu, seorang suami juga harus paham, bahwa tabiat seorang istri diciptakan memiliki akal dan agama yang kurang sempurna. Sehingga ia pun harus bijak, sabar dan pengertian dalam menyikapi kekurangan ini.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“’Tidaklah aku melihat orang-orang yang memiliki kekurangan akal dan agama, yang mampu mengalahkan orang yang akalnya sempurna (seorang laki-laki ) daripada kalian (para wanita -penj)?’ Salah seorang sahabat dari kalangan wanita berkata, ‘Wahai Rasulullah! Apa yang dimaksud kekurangan akal dan agama?’ Nabi bersabda, ‘Adapun maksud kurang akalnya karena persaksian dua wanita setara dengan persaksian seorang laki-laki, dan ia (seorang wanita) akan berdiam diri beberapa malam tanpa mengerjakan shalat dan tidak berpuasa Ramadhan, dan ini yang dimaksud kurang agamanya.” (HR. Muslim)
Kurang akal di sini bukan berarti sejak awal wanita itu diciptakan lebih bodoh dibanding laki-laki, daya intelektualnya lebih lemah dan tingkat kecerdasannya lebih rendah. Tapi karena adanya faktor-faktor lain, daya pikirnya menjadi tidak tereksploitasi secara sempurna.
Bukankah sejarah mencatat, sebagian sahabat Nabi dari kalangan wanita, mereka dikenal kecerdasan dan kefakihannya? Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang lain pun mengakui hal ini.
Menurut Syaikh Asy-Sya’rawi, yang mengatur hawa nafsu dan perasaan adalah akal, tapi porsi perasaan dalam diri seorang wanita lebih besar, sehingga akalnya berkurang. Karena itu, seorang wanita kuasa menahan lelahnya mengandung, sakitnya proses persalinan dan beratnya begadang malam demi menjaga sang buah hatinya.
Adapun kurang agamanya, karena wanita ketika dalam kondisi haid atau nifas, ia harus meninggalkan salat dan puasa serta tidak mengqadha shalatnya. Sekalipun demikian, tidak mendapatkan hukuman atas kekurangan ini, karena sumbernya dari syariat itu sendiri.
Semua ini adalah bentuk kemudahan dan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kaum wanita, karena saat tabiat haid atau nifas berbenturan dengan puasa dan shalat, hal itu sangatlah memberatkan mereka. Yang jelas, di antra kelebiham dan kekurangan sifatnya, muslimah harus memerhatikan akhlak . Sebab, akhlak adalah budi pekerti yang ada dalam diri seseorang.
Wanita muslimah hendaknya memiliki akhlak yang mulia, tutur kata yang sopan dan perilaku yang santun. Wanita muslimah juga seharusnya memiliki perkataan yang lembut dan tidak berlaku kasar kepada orang lain. Selain itu wanita muslimah juga harus selalu bersabar terhadap apa yang menimpanya dan selalu merasa malu jika berbuat sesuatu yang tidak baik. Sebagaimana disebutkan Allah SWT dalam firman-NYA :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.(QS AL Baqarah : 155)
Wallahu A’lam.
(wid)