Kisah Utusan Tuhan Menyelamatkan Ad-Duqqi karena Doanya
loading...
A
A
A
Seorang sufi yang terkenal dengan kezuhudannya itu adalah Abu Bakar Muhammad bin Daud Ad-Dainuri atau dikenal dengan nama Ad-Duqqi. Beliau lahir di Bagdad pada 823 M dan wafat 894 M. Imam Hafizh Ibnu ‘Asakir mengisahkan salah satu pengalaman rohani ulama di bidang hadis dan fikih ini. Ad-Duqqi mengakui telah diselamatkan orang yang mengaku utusan tuhan di saat kritis.
Kisah tersebut lalu dinukil Ibnu Katsir saat menafsirkan surat An-Naml ayat 62. Ad-Duqqi menceritakan bahwa ada seorang lelaki menyewa hewan begalnya untuk suatu perjalanan dari Dimasyq ke Zabdani.
Selanjutnya, pada suatu hari ada seorang lelaki ikut menumpang. Mereka berdua melewati jalan biasa; dan ketika sampai di tengah perjalanan, ada jalan yang sudah tidak terpakai lagi.
Lalu lelaki yang menumpang berkata kepadanya, "Ambillah jalan ini, karena sesungguhnya ini adalah jalan pintas."
Ia berkata, "Apakah tidak ada pilihan lain bagiku?"
Lelaki itu berkata, "Tidak, bahkan jalan inilah yang terdekat ke tujuan kita."
Akhirnya mereka terpaksa menempuhnya dan sampailah mereka di suatu tempat yang terjal, padanya terdapat jurang yang dalam, sedangkan di dalam jurang itu banyak mayat.
Kemudian lelaki itu berkata kepadaku (si perawi), "Tolong tahanlah laju begal ini, karena aku akan turun."
Lelaki itu turun dan menyingsingkan lengan bajunya, lalu mencabut pisaunya dengan tujuan akan membunuhku, maka aku lari dari hadapannya, tetapi ia mengejarku.
Saya meminta belas kasihan kepadanya dengan menyebut nama Allah, dan saya katakan kepadanya, "Ambillah begal ini berikut semua muatan yang ada padanya (biarkanlah aku selamat, jangan kau bunuh)."
Lelaki itu menjawab, "Sesungguhnya aku hanya menginginkan nyawamu."
Aku takuti dia dengan siksaan Allah (jika membunuhku), tetapi ia bersikeras ingin membunuhku dan tidak mau menerima nasihatku, akhirnya aku menyerahkan diri padanya seraya berkata, "Aku mau menyerah asal kamu berikan sedikit waktu bagiku untuk sholat dua rakaat."
Ia menjawab, "Segeralah kamu lakukan."
Aku berdiri dan melakukan sholat, tetapi Al-Qur'an yang telah kuhafal tidak ada yang kuingat lagi, tiada satu huruf pun darinya yang terlintas dalam pikiranku (karena dalam keadaan takut) sehingga aku hanya berdiri kebingungan, sedangkan orang yang akan membunuhku mengatakan "Cepat sedikit."
Dan Allah menggerakkan lisanku untuk mengucapkan firman-Nya: "Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan. (QS An-Naml: 62).
Tiba-tiba aku melihat seorang pengendara kuda datang dari mulut lembah kami berada, sedangkan di tangannya terpegang sebuah tombak, lalu ia lemparkan tombak itu ke arah lelaki yang akan membunuhku, dan tombak tersebut tepat mengenai jantung lelaki itu.
Akhirnya dia terjungkal mati seketika itu juga. Lalu aku bergantung pada penunggang kuda itu seraya bertanya, "Demi Allah, siapakah engkau ini?"
Penunggang kuda menjawab, "Aku adalah utusan Tuhan yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya".
Kisah tersebut lalu dinukil Ibnu Katsir saat menafsirkan surat An-Naml ayat 62. Ad-Duqqi menceritakan bahwa ada seorang lelaki menyewa hewan begalnya untuk suatu perjalanan dari Dimasyq ke Zabdani.
Selanjutnya, pada suatu hari ada seorang lelaki ikut menumpang. Mereka berdua melewati jalan biasa; dan ketika sampai di tengah perjalanan, ada jalan yang sudah tidak terpakai lagi.
Lalu lelaki yang menumpang berkata kepadanya, "Ambillah jalan ini, karena sesungguhnya ini adalah jalan pintas."
Ia berkata, "Apakah tidak ada pilihan lain bagiku?"
Lelaki itu berkata, "Tidak, bahkan jalan inilah yang terdekat ke tujuan kita."
Akhirnya mereka terpaksa menempuhnya dan sampailah mereka di suatu tempat yang terjal, padanya terdapat jurang yang dalam, sedangkan di dalam jurang itu banyak mayat.
Kemudian lelaki itu berkata kepadaku (si perawi), "Tolong tahanlah laju begal ini, karena aku akan turun."
Lelaki itu turun dan menyingsingkan lengan bajunya, lalu mencabut pisaunya dengan tujuan akan membunuhku, maka aku lari dari hadapannya, tetapi ia mengejarku.
Saya meminta belas kasihan kepadanya dengan menyebut nama Allah, dan saya katakan kepadanya, "Ambillah begal ini berikut semua muatan yang ada padanya (biarkanlah aku selamat, jangan kau bunuh)."
Lelaki itu menjawab, "Sesungguhnya aku hanya menginginkan nyawamu."
Aku takuti dia dengan siksaan Allah (jika membunuhku), tetapi ia bersikeras ingin membunuhku dan tidak mau menerima nasihatku, akhirnya aku menyerahkan diri padanya seraya berkata, "Aku mau menyerah asal kamu berikan sedikit waktu bagiku untuk sholat dua rakaat."
Ia menjawab, "Segeralah kamu lakukan."
Baca Juga
Aku berdiri dan melakukan sholat, tetapi Al-Qur'an yang telah kuhafal tidak ada yang kuingat lagi, tiada satu huruf pun darinya yang terlintas dalam pikiranku (karena dalam keadaan takut) sehingga aku hanya berdiri kebingungan, sedangkan orang yang akan membunuhku mengatakan "Cepat sedikit."
Dan Allah menggerakkan lisanku untuk mengucapkan firman-Nya: "Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan. (QS An-Naml: 62).
Tiba-tiba aku melihat seorang pengendara kuda datang dari mulut lembah kami berada, sedangkan di tangannya terpegang sebuah tombak, lalu ia lemparkan tombak itu ke arah lelaki yang akan membunuhku, dan tombak tersebut tepat mengenai jantung lelaki itu.
Akhirnya dia terjungkal mati seketika itu juga. Lalu aku bergantung pada penunggang kuda itu seraya bertanya, "Demi Allah, siapakah engkau ini?"
Penunggang kuda menjawab, "Aku adalah utusan Tuhan yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya".