Nasihat untuk Pemimpin, Begini Politik dan Kekuasaan dalam Islam
loading...
A
A
A
Bagi yang saat ini mengemban amanah mengurus umat, ada baiknya menyimak pesan Rasulullah SAW dan para ulama berikut. Dalam satu hadis, Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam memuji para penguasa dengan sebutan "Naungan Allah".
Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia, Ustaz Farid Nu'man Hasan mengatakan, Islam bukanlah agama yang alergi membicarakan politik (as-Siyasah) dan kekuasaan (as-Sulthah). Bahkan dalam Al-Qur'an, Allah Ta'ala membicarakan di antara tugas-tugas para penguasa.
Di antaranya menegakkan sholat, menunaikan zakat, amar makruf nahi munkar (QS Al-Hajj Ayat 41). Kemudian mendelegasikan amanah kepada ahlinya dan menetapkan hukum dengan adil (QS An-Nisa Ayat 58).
Tak hanya Al-Qur'an, Rasulullah SAW juga memuji para penguasa dengan sebutan "Naungan Allah" di muka bumi. Artinya tugas penguasa adalah melindungi rakyatnya dan memastikan keamanan dan kenyamanan bagi mereka.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
السلطان ظل الله في الأرض
Artinya: "Pemimpin adalah naungan Allah di muka bumi." (Dihasankan oleh As Sakhawiy dalam Al-Maqashid Al-Hasanah)
Hebatnya lagi, tugas mengurus urusan umat, mengatur sekaligus melayani mereka, merupakan tugasnya para Nabi sejak masa silam. Rasulullah bersabda:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ
Artinya: "Adalah Bani Israil, dahulu mereka di-siyasah-kan (diatur, dikuasai) oleh para Nabi." (HR Muttafaq 'Alaih)
Menurut Imam An-Nawawi, mereka (para Nabi) mengurus urusan mereka (Bani Israil) sebagaimana yang dilakukan para pemimpin (umara) dan penguasa terhadap rakyat. As Siyasah adalah melaksanakan sesuatu dengan apa-apa yang membawa maslahat. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6/316)
"Maka Siyasah (politik) bukan barang baru dalam Islam. Bahkan para Nabi pun dahulu mengambil peranan dalam mengatur urusan umatnya. Anda boleh saja mengatakan dengan istilah "warisan kenabian", sebab semua keterangan ayat dan hadits ini sudah cukup menggambarkan bahwa antara Islam, kepemimpinan, kekuasaan, tidak bisa dipisahkan," terang Ustaz Farid dalam satu kajiannya.
Imam Al-Ghazali rahimahullah juga menggambarkan dengan indah antara hubungan agama (Islam) dan negara. Beliau berkata:
والملك والدين توأمان؛ فالدين أصل والسلطان حارس، وما لا أصل له فمهدوم، وما لا حارس له فضائع، ولا يتم الملك والضبط إلا بالسلطان
Artinya: "Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar; agama merupakan pondasi dan penguasa adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur, dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan hilang. Dan tidaklah sempurna kekuasaan dan hukum kecuali dengan adanya kekuasaan." (Ihya ‘Ulumuddin, 1/17. Mawqi’ Al-Warraq)
Tidak kalah indahnya apa yang dikatakan Imam Ibnu Taimiyah dalam As-Siyasah Asy-Syar'iyyah tentang fungsi kekuasaan dalam menjalankan ajaran agama.
يجب أن يعرف أن ولاية أمر الناس من أعظم واجبات الدين بل لا قيام للدين ولا للدنيا إلا بها . فإن بني آدم لا تتم مصلحتهم إلا بالاجتماع لحاجة بعضهم إلى بعض ، ولا بد لهم عند الاجتماع من رأس حتى قال النبي صلى الله عليه وسلم : « إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمّروا أحدهم » . رواه أبو داود ، من حديث أبي سعيد ، وأبي هريرة
Artinya: "Wajib diketahui, bahwa kekuasaan kepemimpinan yang mengurus urusan manusia termasuk kewajiban agama yang paling besar, bahkan agama dan dunia tidaklah tegak kecuali dengannya. Segala kemaslahatan manusia tidaklah sempurna kecuali dengan memadukan antara keduanya (agama dan kekuasaan), di mana satu sama lain saling menguatkan. Dalam perkumpulan seperti inilah diwajibkan adanya kepemimpinan, sampai-sampai Nabi ﷺ mengatakan: "Jika tiga orang keluar bepergian maka hendaknya salah seorang mereka menjadi pemimpinnya." (Diriwayatkan Abu Daud dari Abu Said dan Abu Hurairah).
Semoga negeri kita diberkahi Allah Ta'ala, dijaga dari marabahaya dan mampu melewati berbagai ujian, sehingga menjadi Baldatun Thayyibah wa Rabbun Ghafur (negeri yang penuh kebaikan). Aamin.
Wallahu A'lam
Baca Juga: Pesan Ustaz Adi Hidayat untuk Para Pemimpin dan Calon Pemimpin
Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia, Ustaz Farid Nu'man Hasan mengatakan, Islam bukanlah agama yang alergi membicarakan politik (as-Siyasah) dan kekuasaan (as-Sulthah). Bahkan dalam Al-Qur'an, Allah Ta'ala membicarakan di antara tugas-tugas para penguasa.
Di antaranya menegakkan sholat, menunaikan zakat, amar makruf nahi munkar (QS Al-Hajj Ayat 41). Kemudian mendelegasikan amanah kepada ahlinya dan menetapkan hukum dengan adil (QS An-Nisa Ayat 58).
Tak hanya Al-Qur'an, Rasulullah SAW juga memuji para penguasa dengan sebutan "Naungan Allah" di muka bumi. Artinya tugas penguasa adalah melindungi rakyatnya dan memastikan keamanan dan kenyamanan bagi mereka.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:
السلطان ظل الله في الأرض
Artinya: "Pemimpin adalah naungan Allah di muka bumi." (Dihasankan oleh As Sakhawiy dalam Al-Maqashid Al-Hasanah)
Hebatnya lagi, tugas mengurus urusan umat, mengatur sekaligus melayani mereka, merupakan tugasnya para Nabi sejak masa silam. Rasulullah bersabda:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ
Artinya: "Adalah Bani Israil, dahulu mereka di-siyasah-kan (diatur, dikuasai) oleh para Nabi." (HR Muttafaq 'Alaih)
Menurut Imam An-Nawawi, mereka (para Nabi) mengurus urusan mereka (Bani Israil) sebagaimana yang dilakukan para pemimpin (umara) dan penguasa terhadap rakyat. As Siyasah adalah melaksanakan sesuatu dengan apa-apa yang membawa maslahat. (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 6/316)
"Maka Siyasah (politik) bukan barang baru dalam Islam. Bahkan para Nabi pun dahulu mengambil peranan dalam mengatur urusan umatnya. Anda boleh saja mengatakan dengan istilah "warisan kenabian", sebab semua keterangan ayat dan hadits ini sudah cukup menggambarkan bahwa antara Islam, kepemimpinan, kekuasaan, tidak bisa dipisahkan," terang Ustaz Farid dalam satu kajiannya.
Imam Al-Ghazali rahimahullah juga menggambarkan dengan indah antara hubungan agama (Islam) dan negara. Beliau berkata:
والملك والدين توأمان؛ فالدين أصل والسلطان حارس، وما لا أصل له فمهدوم، وما لا حارس له فضائع، ولا يتم الملك والضبط إلا بالسلطان
Artinya: "Kekuasaan dan agama adalah saudara kembar; agama merupakan pondasi dan penguasa adalah penjaganya. Apa saja yang tidak memiliki pondasi akan hancur, dan apa saja yang tidak memiliki penjaga akan hilang. Dan tidaklah sempurna kekuasaan dan hukum kecuali dengan adanya kekuasaan." (Ihya ‘Ulumuddin, 1/17. Mawqi’ Al-Warraq)
Tidak kalah indahnya apa yang dikatakan Imam Ibnu Taimiyah dalam As-Siyasah Asy-Syar'iyyah tentang fungsi kekuasaan dalam menjalankan ajaran agama.
يجب أن يعرف أن ولاية أمر الناس من أعظم واجبات الدين بل لا قيام للدين ولا للدنيا إلا بها . فإن بني آدم لا تتم مصلحتهم إلا بالاجتماع لحاجة بعضهم إلى بعض ، ولا بد لهم عند الاجتماع من رأس حتى قال النبي صلى الله عليه وسلم : « إذا خرج ثلاثة في سفر فليؤمّروا أحدهم » . رواه أبو داود ، من حديث أبي سعيد ، وأبي هريرة
Artinya: "Wajib diketahui, bahwa kekuasaan kepemimpinan yang mengurus urusan manusia termasuk kewajiban agama yang paling besar, bahkan agama dan dunia tidaklah tegak kecuali dengannya. Segala kemaslahatan manusia tidaklah sempurna kecuali dengan memadukan antara keduanya (agama dan kekuasaan), di mana satu sama lain saling menguatkan. Dalam perkumpulan seperti inilah diwajibkan adanya kepemimpinan, sampai-sampai Nabi ﷺ mengatakan: "Jika tiga orang keluar bepergian maka hendaknya salah seorang mereka menjadi pemimpinnya." (Diriwayatkan Abu Daud dari Abu Said dan Abu Hurairah).
Semoga negeri kita diberkahi Allah Ta'ala, dijaga dari marabahaya dan mampu melewati berbagai ujian, sehingga menjadi Baldatun Thayyibah wa Rabbun Ghafur (negeri yang penuh kebaikan). Aamin.
Wallahu A'lam
Baca Juga: Pesan Ustaz Adi Hidayat untuk Para Pemimpin dan Calon Pemimpin
(rhs)