Benarkah Nabi Muhammad SAW Tercipta dari Cahaya, Berikut Penjelasannya
loading...
A
A
A
Rabiul Awal selalu identik dengan bulannya Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam karena beliau dilahirkan pada bulan ini. Setiap momen Rabiul Awal, kita akan diingatkan dengan sosok manusia mulai ini.
Salah satu ungkapan yang sering kita dengar adalah Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam itu bukan manusia biasa. Beliau tercipta dari "Nur" atau cahaya. Tidak seperti manusia biasa yang tercipta dari tanah. Benarkah beliau tercipta dari cahaya?
Pengasuh Rumah Fiqih Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA menjelaskan dalam satu kajiannya yang dilansir dari rumahfiqih. Jika merujuk Al-Qur'an Al-Karim, sering kali disebutkan bahwa Rasulullah SAW itu cahaya (Nur). Misalnya pada ayat-ayat berikut ini:
يٰۤـاَهۡلَ الۡكِتٰبِ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلُـنَا يُبَيِّنُ لَـكُمۡ كَثِيۡرًا مِّمَّا كُنۡتُمۡ تُخۡفُوۡنَ مِنَ الۡكِتٰبِ وَيَعۡفُوۡا عَنۡ كَثِيۡرٍ ؕ قَدۡ جَآءَكُمۡ مِّنَ اللّٰهِ نُوۡرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيۡنٌ
Artinya: "Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan." (QS. Al-Maidah:15)
Para mufassir sepakat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan cahaya dari Allah adalah Nabi Muhammad SAW. Jadi pernyataan bahwa Rasulullah SAW adalah cahaya, memang berasal dari firman Allah. Namun ayat ini tidak menyebutkan bahwa beliau terbuat dari cahaya. Yang disebutkan justru beliau itu sendiri adalah cahaya.
Demikian juga dengan ayat lainnya, secara tegas Allah menyatakan bahwa Rasulullah SAW diutus sebagai cahaya yang menerangi. Namun tidak dijelaskan bahwa fisik beliau terbuat dari cahaya.
"Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi." (QS. Al-Ahzab: Ayat 45-46)
Kalau diperhatikan, ternyata bukan hanya Rasulullah SAW saja yang di dalam Al-Qur'an disebut sebagai cahaya. Bahkan Allah pun menyebutkan dirinya sebagai cahaya, sebagaimana yang kita baca dalam surat An-Nur berikut ini.
فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَالنُّوۡرِ الَّذِىۡۤ اَنۡزَلۡنَاؕ وَاللّٰهُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِيۡرٌ
Artinya: "Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS At-Taghabun: Ayat 8)
Para mufassir menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan cahaya di ayat ini adalah Al-Qur'an. Jadi bisa disimpulkan bahwa dalam beberapa kesempatan yang berbeda, Al-Qur'an menyebut Allah, Rasulullah SAW dan Al-Qur'an sebagai cahaya. Tentunya, yang dimaksudkan adalah sebuah makna dan pengibaratan, bukan cahaya dari bentuk fisiknya.
Dan yang terpenting, tidak ada penjelasan bahwa Rasulullah SAW terbuat dari cahaya. Bahkan secara fisik, diri beliau pun bukan cahaya. Beliau SAW hanya manusia biasa, butuh makan, minum, menikah dan bahkan berjalan di pasar.
Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang Malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?" (QS. Al-Furqan: Ayat 7)
Bahkan Rasulullah SAW sendiri yang menyatakan bahwa dirinya hanya manusia biasa. Yang membuat beliau istimewa adalah beliau menerima wahyu dari Allah dan diangkat sebagai Rasul utusan Allah untuk umat manusia. Selebihnya, manusia biasa yang lahir dari rahim ibunya.
"Maha suci Tuhanku, aku ini tidak lain hanyalah manusia yang diutus." (QS. Al-Isra': Ayat 93)
"Maka penjelasan yang paling kuat dalam masalah cahaya Muhammad ini adalah bahwa secara fisik beliau adalah manusia biasa, sama dengan manusia lainnya. Namun secara risalah dan hidayah, beliau diumpakan seperti cahaya dari Allah untuk semua umat manusia," jelas Ustaz Ahmad Sarwat.
Hormat dan kecintaan kita kepada beliau bukan karena beliau terbuat dari cahaya secara fisik, melainkan karena Allah memerintahkan kita untuk menghormati dan mencintai beliau. Sebagaimana perintah Rasulullah SAW:
Katakanlah: "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: Ayat 31)
Wallahu A'lam
Salah satu ungkapan yang sering kita dengar adalah Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam itu bukan manusia biasa. Beliau tercipta dari "Nur" atau cahaya. Tidak seperti manusia biasa yang tercipta dari tanah. Benarkah beliau tercipta dari cahaya?
Pengasuh Rumah Fiqih Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA menjelaskan dalam satu kajiannya yang dilansir dari rumahfiqih. Jika merujuk Al-Qur'an Al-Karim, sering kali disebutkan bahwa Rasulullah SAW itu cahaya (Nur). Misalnya pada ayat-ayat berikut ini:
يٰۤـاَهۡلَ الۡكِتٰبِ قَدۡ جَآءَكُمۡ رَسُوۡلُـنَا يُبَيِّنُ لَـكُمۡ كَثِيۡرًا مِّمَّا كُنۡتُمۡ تُخۡفُوۡنَ مِنَ الۡكِتٰبِ وَيَعۡفُوۡا عَنۡ كَثِيۡرٍ ؕ قَدۡ جَآءَكُمۡ مِّنَ اللّٰهِ نُوۡرٌ وَّكِتٰبٌ مُّبِيۡنٌ
Artinya: "Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari (isi) kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak (pula) yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan." (QS. Al-Maidah:15)
Para mufassir sepakat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan cahaya dari Allah adalah Nabi Muhammad SAW. Jadi pernyataan bahwa Rasulullah SAW adalah cahaya, memang berasal dari firman Allah. Namun ayat ini tidak menyebutkan bahwa beliau terbuat dari cahaya. Yang disebutkan justru beliau itu sendiri adalah cahaya.
Demikian juga dengan ayat lainnya, secara tegas Allah menyatakan bahwa Rasulullah SAW diutus sebagai cahaya yang menerangi. Namun tidak dijelaskan bahwa fisik beliau terbuat dari cahaya.
"Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi." (QS. Al-Ahzab: Ayat 45-46)
Kalau diperhatikan, ternyata bukan hanya Rasulullah SAW saja yang di dalam Al-Qur'an disebut sebagai cahaya. Bahkan Allah pun menyebutkan dirinya sebagai cahaya, sebagaimana yang kita baca dalam surat An-Nur berikut ini.
فَاٰمِنُوۡا بِاللّٰهِ وَرَسُوۡلِهٖ وَالنُّوۡرِ الَّذِىۡۤ اَنۡزَلۡنَاؕ وَاللّٰهُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِيۡرٌ
Artinya: "Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS At-Taghabun: Ayat 8)
Para mufassir menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan cahaya di ayat ini adalah Al-Qur'an. Jadi bisa disimpulkan bahwa dalam beberapa kesempatan yang berbeda, Al-Qur'an menyebut Allah, Rasulullah SAW dan Al-Qur'an sebagai cahaya. Tentunya, yang dimaksudkan adalah sebuah makna dan pengibaratan, bukan cahaya dari bentuk fisiknya.
Dan yang terpenting, tidak ada penjelasan bahwa Rasulullah SAW terbuat dari cahaya. Bahkan secara fisik, diri beliau pun bukan cahaya. Beliau SAW hanya manusia biasa, butuh makan, minum, menikah dan bahkan berjalan di pasar.
Dan mereka berkata: "Mengapa Rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang Malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?" (QS. Al-Furqan: Ayat 7)
Bahkan Rasulullah SAW sendiri yang menyatakan bahwa dirinya hanya manusia biasa. Yang membuat beliau istimewa adalah beliau menerima wahyu dari Allah dan diangkat sebagai Rasul utusan Allah untuk umat manusia. Selebihnya, manusia biasa yang lahir dari rahim ibunya.
"Maha suci Tuhanku, aku ini tidak lain hanyalah manusia yang diutus." (QS. Al-Isra': Ayat 93)
"Maka penjelasan yang paling kuat dalam masalah cahaya Muhammad ini adalah bahwa secara fisik beliau adalah manusia biasa, sama dengan manusia lainnya. Namun secara risalah dan hidayah, beliau diumpakan seperti cahaya dari Allah untuk semua umat manusia," jelas Ustaz Ahmad Sarwat.
Hormat dan kecintaan kita kepada beliau bukan karena beliau terbuat dari cahaya secara fisik, melainkan karena Allah memerintahkan kita untuk menghormati dan mencintai beliau. Sebagaimana perintah Rasulullah SAW:
Katakanlah: "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Ali Imran: Ayat 31)
Wallahu A'lam
(rhs)