Tanda-Tanda Kiamat: Perang dengan Bangsa Turk, Begini Penjelasannya

Kamis, 03 November 2022 - 18:37 WIB
loading...
Tanda-Tanda Kiamat:...
Tentara Mongol. Wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu. Foto/Ilustrasi: Ist
A A A
Rasulullah SAW mengatakan perang dengan bangsa Turk adalah salah satu tanda terjadinya kiamat. Perang itu telah terjadi dari masa Khalifah Muawiyah kemudian masa akhir Dinasti Abbasiyah . Belakangan diketahui banyak bangsa Turk yang memeluk agama Islam dan berperan penting dalam dakwah Agama Tauhid.

Dr Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil dalam kitab yang berjudul "Asyraathus Saa’ah" menyebutkan ciri-ciri bangsa Turk sebagaimana disampaikan Rasulullah SAW.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan terjadi hari Kiamat hingga kaum muslimin memerangi bangsa Turk, yaitu kaum di mana wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, mereka memakai (pakaian) yang terbuat dari bulu dan berjalan (dengan sandal) yang terbuat dari bulu.”



Ciri yang sama disampaikan dalam hadis riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah ra. "Sandal-sandal mereka terbuat dari bulu, bermata sipit, wajahnya merah, hidungnya pesek, wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit.”

Ciri lainnya, diriwayatkan dari ‘Amr bin Taghlib: "Berwajah lebar, wajah-wajah mereka seperti tameng yang dilapisi kulit.’”

Pada era Muawiyah, perang dengan orang Turk sudah terjadi. Abu Ya’la meriwayatkan dari Mu’awiyah bin Khudaij, dia berkata:

Saat itu aku bersama Mu’awiyah bin Abi Sufyan ketika datang kepadanya surat dari petugasnya di suatu daerah, dia mengabarkan bahwa telah terjadi peperangan dengan bangsa Turk dan kaum muslimin telah mengalahkannya.

Banyak korban dari mereka, demikian pula banyak harta rampasan perang yang didapatkan dari mereka. Lalu Mu’awiyah marah karena hal itu, kemudian memerintahkan untuk menulis surat (yang isinya):

“Aku telah memahami apa yang engkau katakan, korban yang telah engkau bunuh dan harta rampasan perang yang engkau dapatkan, maka aku tidak akan pernah ingin tahu terhadap apa yang engkau telah persiapkan, dan jangan engkau perangi mereka sampai datang perintahku kepadamu.”

Aku bertanya, “Kenapa wahai Amirul Mukminin?”

Beliau menjawab, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Sungguh bangsa Turk akan mengalahkan orang Arab hingga mengejarnya di asy-Syiih dan al-Qaishuum, ’ dan aku tidak suka untuk memerangi mereka karena hal itu.”



Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Buraidah dari bapaknya ra, dia berkata, "Aku pernah duduk bersama Rasulullah SAW kemudian kami mendengar beliau bersabda:

'Sesungguhnya umatku akan digiring oleh satu kaum yang berwajah lebar, bermata sipit, wajah-wajah mereka seperti tameng (hal itu terjadi tiga kali), hingga mereka dapat mengejarnya di Jazirah Arab.

Adapun pada kali yang pertama, selamatlah orang yang lari darinya. Pada kali kedua, sebagiannya binasa dan sebagian lainnya selamat, sementara pada kali yang ketiga, mereka semua membunuh yang tersisa.’

Para Sahabat bertanya, ‘Wahai Nabiyullah! Siapakah mereka?’

Beliau menjawab, ‘Mereka adalah bangsa Turk.’ Beliau berkata, ‘Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, niscaya kuda-kuda mereka akan ditambatkan di tiang-tiang masjid kaum muslimin.’”

Telah masyhur pada zaman Sahabat sebuah hadis yang berbunyi:

اُتْرُكُوا التُّرْكَ مَا تَرَكُوكُمْ.

Biarkanlah bangsa Turk selama mereka membiarkan kalian.” (Sunan Abi Dawud)



Penghalang
Sementara itu, Ibnu Hajar dalam Fathul Baari menjelaskan sebelumnya ada penghalang antara mereka dengan kaum muslimin hingga penghalang tersebut terbuka sedikit demi sedikit.

Tawanan dari kalangan mereka sangat banyak sehingga para penguasa saling berlomba mendapatkannya karena mereka memiliki sifat kuat dan pemberani sehingga sebagian besar tentara al-Mu’tashim adalah dari kalangan mereka.

Lalu bangsa Turk menguasai raja al-Mu’tashim dan mereka membunuh puteranya, al-Mutawakkil, kemudian anak-anaknya yang lain satu persatu, sehingga kerajaan Islam bercambur baur dengan kerajaan ad-Dailam.

Para penguasa as-Samaniyyah pun dari bangsa Turk, hingga mereka dapat menguasai negeri-negeri selain Arab. Kemudian kerajaan-kerajaan tersebut dikuasai oleh Dinasti Sabaktikin, lalu oleh Dinasti Saljuk, dan kekuasaan meluas mereka sampai Irak, Syam, dan Romawi.

Selanjutnya dikuasai oleh sisa-sisa pengikut mereka di Syam -yaitu Dinasti Zanki- dan pengikut mereka -yaitu Baitu Ayyub-, mereka pun banyak dari bangsa Turk, mereka bisa mengalahkan kerajaan di Mesir, Syam dan Hijaz.

Selanjutnya al-Ghazz memberontak kepada dinasti Saljuk pada abad ke-5 H. Mereka menghancurkan berbagai negeri dan banyak membunuh manusia.

Kemudian tibalah bencana besar dengan kedatangan bangsa Tatar. Keluarnya Jengis Khan terjadi setelah abad ke-6. Dunia dibumihanguskan olehnya, terutama daerah timur dan sekitarnya sehingga tidak tersisa satu negeri pun kecuali mendapatkan bagian kejelekan dari mereka.

Dan konon hancurnya Baghdad dan terbunuhnya Khalifah al-Musta’shim, khalifah mereka yang terakhir di tangan-tangan bangsa Tatar pada tahun 650 H.

Kemudian, sisa-sisa mereka senantiasa melakukan kerusakan sampai pada akhirnya datang Ling yang maknanya si pincang. Namanya adalah Tamur, datang ke Syam dan hidup di sana.

Dia membakar Damaskus sampai ke atap-atapnya, masuk ke Romawi, India dan daerah yang ada di antara keduanya. Umurnya panjang hingga Allah mematikannya, dan berpencaranlah anak-anaknya di berbagai negeri.



Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW:

إِنَّ بَنِي قُنْطُوْرَاءَ أَوَّلُ مَنْ سَلَبَ أُمَّتِيْ مُلْكَهُمْ.

Sesungguhnya Bani Qunthura’ adalah yang pertama kali merampas kerajaan umatku.”

Ibnu Hajar menjelaskan seakan-akan maksud dari sabdanya “umatku” adalah umat secara nasab, bukan umat dakwah, yaitu bangsa Arab. Wallaahu a’lam.

Dengan penjelasan di atas, maka sesungguhnya bangsa Tatar yang muncul pada abad ke-7 Hijriyyah adalah bangsa Turk, karena sifat-sifat yang disifatkan untuk bangsa Turk sesuai dengan bangsa Tatar (Mongolia).

Kemunculan mereka terjadi pada masa Imam an-Nawawi. Beliau berkata tentang mereka dalam "Shahiih Muslim". “Peperangan dengan bangsa Turk didapati dengan segala sifat mereka yang diungkapkan oleh Nabi SAW: Mata mereka kecil (sipit), muka mereka merah, hidung mereka kecil (pesek), muka mereka seperti tameng yang dilapisi kulit, memakai terompah dari bulu, mereka didapati dengan sifat-sifat tersebut pada masa kami, kaum muslimin telah memerangi mereka beberapa kali dan sekarang pun mereka memeranginya.”



Membawa Kebaikan
Telah banyak bangsa Turk yang masuk Islam, bahkan banyak kebaikan juga manfaat yang mereka berikan untuk Islam dan kaum muslimin. Mereka menjadikan negeri Islam sebagai negeri yang kuat dan dengannya Islam menjadi jaya.

Banyak terjadi penaklukan yang sangat besar pada masa mereka, di antaranya penaklukan Konstantinopel, ibu kota Romawi. Hal itu merupakan pijakan awal bagi penaklukan besar di akhir zaman sebelum kemunculan Dajjal, dan masuknya Islam ke Eropa serta berbagai negeri lainnya di timur maupun di barat.

Sikap mereka terhadap Islam membenarkan apa yang disabdakan Rasulullah SAW, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah ra setelah beliau SAW menjelaskan peperangan dengan bangsa Turk, beliau bersabda:

وَتَجِدُونَ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ أَشَدَّهُمْ كَرَاهِيَةً لِهَذَا اْلأَمْرِ، حَتَّـى يَقَعَ فِيهِ وَالنَّاسُ مَعَادِنُ، خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي اْلإِسْلاَمِ.

“Dan kalian akan mendapati manusia yang paling baik adalah yang (sebelumnya) paling benci terhadap perkara ini (Islam) hingga ia masuk ke dalamnya dan manusia ibarat barang tambang (beragam), orang terbaik dari mereka pada masa Jahiliyyah adalah orang terbaik dari mereka pada masa Islam.”

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2523 seconds (0.1#10.140)