Perang Tiga Raja: Runtuhnya Imperium Portugal di Tangan Muslim Maroko

Sabtu, 10 Desember 2022 - 07:30 WIB
loading...
A A A
Padahal Rasululllah SAW bersabda: "Sesungguhnya saya tidak pernah meminta pertolongan pada orang-orang yang menyekutukan Allah."

Engkau sendiri telah membanggakan diri dalam suratmu bersama gerombolan orang-orang Romawi yang kini berada bersamamu. Dan kau merasa terangkat dengan datangnya raja itu dengan tentaranya. Lalu bagaimana posisimu dengan firman Allah berikut: "Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang kafir tidak menyukai." (QS At-Taubah ayat 32)

Abdul Malik juga mengirimkan surat kepada Sebastian, "Sesungguhnya pengaruhmu telah nampak sejak engkau pertama kali keluar dari negerimu, sedangkan engkau membawa permusuhan. Maka janganlah engkau bergerak dulu sebelum kami datang kepadamu. Jika itu yang engkau lakukan, maka engkau benar-benar seorang Kristen yang pemberani. Dan jika tidak, maka engkau tak lebih dari anak anjing. Bukanlah sikap pemberani dan bukan pula ksatria jika seseorang datang pada penduduk yang tidak terlindungi dan dia tidak menanti orang-orang yang siap perang."

Surat ini membuat marah Sebastian namun berhasil membuatnya memutuskan untuk menunggu, meskipun penasihat dan komandan perangnya meminta untuk tetap segera melakukan pendudukan. Strategi Abdul Malik berhasil.

Bertemulah 125.000 pasukan Portugis dan 40.000 pasukan muslimin di sebuah daerah bernama Istana Besar (Ksar al-Kabir), kurang lebih 100 Km di sebelah selatan Tangier dan 20 Km jauhnya dari pantai. Kecerdasan taktik Abdul Malik berhasil memancing dan mengisolasi pasukan Sebastian dari pasukan artileri armada kapalnya di pantai.

Pasukan kavaleri juga dikirimkan untuk menghancurkan jembatan di belakang Sebastian sehingga memutus jalur bantuan dan pelarian musuh. Abdul Malik mengatur meriam artileri di bagian depan kemudian pasukan infantri dan pemanah di tengah memanjang serta kavaleri kudanya di sayap kanan dan kiri.

Sebenarnya Abdul Malik dalam kondisi menderita sakit, namun semangat jihadnya yang menggelora membuatnya tegar. "Sejak kapan seseorang yang sakit mendapat pengecualian dalam jihad di jalan Allah?" Jawabnya ketika diminta untuk tidak terjun di medan perang.

Senin Tanggal 30 Jumadil Akhir 986 H atau 4 Agustus 1578 M menjadi hari bersejarah, baik bagi Portugis maupun Maroko dan khususnya dunia Islam. Pagi itu Sultan Abdul Malik berdiri di depan pasukannya menyampaikan khutbah jihad menjelang perang.

Sultan Abdul Malik terus membakar semangat muslimin untuk mati syahid. Di seberang mereka, para kardinal Portugis pun melakukan hal yang sama, membakar semangat pasukannya yang dipimpin Sebastian. Pasukan Portugis menjadikan perang ini sebagai bagian dari Perang Salib.

Perang ditandai dengan 10 letusan meriam dari kedua belah pihak. Takbir menggema dari muslimin menggetarkan siapa pun yang mendengarnya. Majulah kedua pasukan saling merangsek. Sultan Abdul Malik maju di barisan depan menyerang pasukan tengah musuh. Namun penyakitnya yang parah membuatnya harus dibawa kembali ke dalam tenda. Di tenda ini, hanya ditemani saudaranya Ahmad al-Manshur serta pengawalnya Ridwan al-Alaj, Sultan memberikan instruksi perang dan meminta kematiannya disembunyikan dari tentara mujahidin hingga akhirnya Sultan Abdul Malik pun wafat.

Semangat jihad disertai taktik perang berhasil menekan pasukan Sebastian. Tentara Muslim dibantu kavaleri elit Janisari Utsmaniyah menjadi momok menakutkan bagi Eropa. Tentara muslim berhasil menggulung pasukan sayap Portugis. Seluruh pasukan Portugis lari mundur ke jembatan Sungai Wadil Makhazin.

Aroma kematian menghinggapi pasukan Portugis karena banyak yang mati tercebur ke sungai, termasuk as-Sa'di dan Sebastian yang mayatnya tidak ditemukan. Sisanya tertawan dan terbunuh oleh pasukan muslim. Allah memberikan pertolongan-Nya dengan menghinakan pasukan Portugis di negeri kaum muslimin.
Perang Tiga Raja: Runtuhnya Imperium Portugal di Tangan Muslim Maroko

Paska perang Istana Besar ini, naiklah Ahmad al-Manshur sebagai Sultan di Maroko. Kabar kemenangan segera tersebar di seluruh negeri Masroko dan disambut dengan suka cita. Wibawa umat muslim di Maroko kian meningkat sehingga datanglah utusan-utusan dari berbagai negeri Eropa mengirimkan hadiah dan menjalin hubungan dagang.

Di sisi lain, Portugis mengalami masa-masa kegelapan, di mana imperiumnya di belahan dunia runtuh dan dicaplok negara-negara Eropa lainnya, hanya tersisa Timor Leste pada abad ke-20. Kerajaan Portugis sendiri dikuasai dan berada dalam genggaman Spanyol berabad-abad lamanya.

Demikian sekelumit sejarah Perang Tiga Raja dimenangkan oleh pasukan muslim Maroko. Akankah kemenangan serupa diraih Maroko saat bertemu Portugal di babak 8 besar Piala Dunia 2022 malam ini? Yuk kita tunggu saja hasilnya nanti. Wallahu A'lam!

Sumber:
1. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Ustmaniyyah oleh Ali Muhammad As Shalabi
2. Battle of Three Kings wikipedia.org
3. Hidayatullah.com

(rhs)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3563 seconds (0.1#10.140)