Prancis vs Maroko, Pemain Berharap Doa Ibu yang Mustajab

Rabu, 14 Desember 2022 - 15:30 WIB
loading...
Prancis vs Maroko, Pemain Berharap Doa Ibu yang Mustajab
Sofiani Boufal pemain sepak bola Maroko bersama ibunya. Foto/Ilustrasi: Reuters
A A A
Ada hal yang menyentuh hati tatkala Sofiani Boufal memeluk perempuan paruh baya di Stadion Al Thumama di Doha, Qatar . Selanjutnya, Sofiani Boufal mengajak perempuan itu untuk berselebrasi bersama di tengah lapangan. Perempuan yang dipeluk pesepak bola asal Maroko tersebut adalah ibunya.

Gambar ikonik yang viral tersebut diambil seusai pertandingan perempat final Piala Dunia FIFA 2022 antara Maroko melawan Portugal, Sabtu (10/12/2022). Maroko mengalahkan Portugal (1-0).

Selanjutnya, Maroko akan menghadapi Prancis di Stadion Al Bayt Stadium, Al Khor, Qatar, pada Kamis, 15 Desember 2022, pukul 02.00 WIB. Pertandingan Maroko vs Perancis di semifinal Piala Dunia 2022 itu bukan hanya soal perebutan laga final. Ini adalah drama yang mengejutkan. Maroko mampu menyingkirkan tim-tim besar dunia.

Foto Boufal bersama bunda yang viral belakangan ini adalah dakwah yang efektif oleh lelaki kelahiran Paris, Prancis, pada 17 September 1993 tersebut. Boufal adalah seorang muslim dari negara yang mayoritas penduduknya muslim. Pamer keakraban Boufal dengan bundanya ditangkap publik bahwa itulah gambaran rumah tangga islami.



Kisah Juraij
Berbakti kepada orangtua terutama ibu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Wajar pula tatkala publik menghubungkan melajunya Maroko ke semi final piala dunia ini dengan doa ibu yang mustajab.

Para ibu Maroko telah memberi energi bagi kesebelasan mereka. Dan doa ibu sungguh amat mustajab. Kini, Maroko sudah barang tentu berharap doa para ibu-ibu mereka.

Gambaran bahwa doa ibu mustajab --bahkan untuk doa yang buruk sekalipun-- tercermin dari kisah Juraij, sebagaimana dikisahkan dalam hadis dari Abu Hurairah.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW, beliau bersabda.

“Juraij adalah seorang laki-laki ahli ibadah, ia jadikan suatu bangunan untuk beribadah. (Suatu saat) ibunya mendatanginya sedangkan ia dalam keadaan sholat, ibunya berkata: “Wahai Juraij !”, maka Juraij (bimbang) dan berkata: “Ya Allah (aku memenuhi panggilan) ibuku ataukah (aku meneruskan) sholatku?”

Maka ia berketetapan meneruskan sholatnya, ibunya pergi. Keesokan hari ibunya mendatanginya lagi dan memanggilnya: “Wahai Juraij !”, maka Juraij (bimbang) dan berkata: “Ya Allah (aku memenuhi panggilan) ibuku ataukah (aku meneruskan) sholatku?”

Maka ia berketetapan meneruskan sholatnya. Keesokan hari ibunya mendatanginya lagi, dan memanggilnya: “Wahai Juraij !”, maka Juraij (bimbang) dan berkata: “Ya Allah (aku memenuhi panggilan) ibuku ataukah (aku meneruskan) sholatku ?”

Maka ia berketetapan meneruskan sholatnya. Ibunya pun jengkel dan berkata: “Ya Allah Jalla Jala Luhu janganlah matikan anakku hingga ia melihat wajah pelacur”.

Adalah Bani Israil membicarakan tentang Juraij dan ibadahnya, maka berkata seorang wanita pelacur yang cantik: “Jika kalian berkehendak, saya akan menggodanya”.



Pelacur itu pun menggoda Juraij, akan tetapi Juraij tidak bergeming padanya, lalu wanita itu mendatangi penggembala yang berteduh di tempat peribadatan Juraij, hingga berzina dengannya.

Perempuan itu pun hamil. Tatkala melahirkan, ia berkata: “Bayi ini anaknya Juraij”.

Mereka pun segera meminta Juraij keluar, dan menghancurkan tempat peribadatan Juraij, serta memukulinya. Juraij berkata: “Ada apa kalian ini?”

Mereka berkata: “Engkau telah berzina dengan wanita pelacur hingga melahirkan bayi!

Juraij berkata, “Dimana bayi itu ?”

Kemudian mereka mendatangkan bayi itu. “Biarkan aku sholat!" kata Juraij.
Selanjutnya, Juraij pun sholat. Tatkala selesai, ia datangi bayi itu dan ia tekan perutnya. Lalu ia bertanya (kepada bayi itu), “Siapa ayahmu?”

Bayi itu menjawab: “Fulan, seorang penggembala”.

Setelah mendengar perkataan Juraij ini merekapun menghadap Juraij dan menciuminya serta mengusap-usapnya. Kemudian mereka berkata, “Kami akan membangun kembali tempat peribadatanmu dari emas”. Lalu Juraij berkata: “Tidak, kembalikan sebagaimana semula terbuat dari tanah”

Sungguh Ibu Juraij telah berdo’a (dan do’a orang tua itu dikabulkan) ketika anaknya tidak memenuhi panggilannya, dan ibunya mendo’akan kejelekan atas Juraij, yaitu ia berdo’a agar Juraij melihat wajah pelacur.



Prof Dr Shalih Al Ayid dalam buku berjudulDam’ah ‘ala Qabri Ummi(Air Mata di Pusara Ibu) mengatakan sesungguhnya doa ibu tidak mungkin meleset, ibuku –semoga Allah merahmatinya- selalu ridha terhadap anak-anaknya dan sangat mencintai mereka. Oleh karena itu ia selalu berdoa memohon kebaikan untuk mereka di setiap waktu. Berdoa dengan hati yang bersih tanpa ada dendam dan kebencian, oleh karena itu saya melihat dalam segala urusanku adalah hasil dari doa beliau secara nyata dan tidak ada keraguan sedikitpun.

"Berapa banyak pintu kebaikan terbuka untukku dengan tidak disangka-sangka dan berapa banyak tipudaya orang-orang yang hasad dan dengki menjadi runtuh karena karunia Allah disebabkan doa ibuku yang dikabulkanNya,” ujar Shalih Al Ayid.

Sementara itu, Prof Dr Abdul Karim Bakkar dalam buku "50 Lilin Untuk Menerangi Jalan Hidup Kalian" mengatakan sesungguhnya doa kedua orangtua untuk anak-anaknya ada dua macam, ada yang disebabkan rasa iba dan kasihan, hal ini dilakukan oleh kedua orang tua meskipun anak-anaknya kurang berbakti kepada mereka.

"Ada lagi doa dari orang tua diucapkan dari lubuk hati yang paling dalam, doa tersebut merupakan ungkapan rasa senang, puas, ridha dan kagum kepada perbuatan dan bakti anak mereka, doa yang seperti inilah yang lebih pantas untuk dikabulkan oleh Allah,” tuturnya.



Prancis vs Maroko, Pemain Berharap Doa Ibu yang Mustajab

Berbakti kepada Orangtua
Hak kedua orangtua atas anak-anak mereka sangat agung. Karena itu, Allah menyandingkan perintah untuk beribadah kepadaNya dengan keharusan berbakti kepada mereka berdua. Allah berfirman:

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلآ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu. (QS Al Isra/17`: 23).

Lantaran begitu tingginya hak mereka, Allah memerintahkan kita untuk selalu menyuguhkan kebaikan kepada mereka dan berinteraksi dengan mereka dengan sikap yang makruf (pantas). Kendatipun mereka dalam kungkungan kekafiran. Allah taala berfirman:

وَإِن جَاهَدَاكَ عَلَى أَن تُشْرِكَ بِي مَالَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلاَ تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergauilah keduanya dengan baik”. (QS Luqman/31: 15).

Saking besarnya martabat mereka dipandang dari kacamata syari’at, Nabi mengutamakan bakti kepada mereka atas jihad fi sabilillah. Ibnu Mas’ud berkata:

سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Aku pernah bertanya kepada Rasulullah,”Amalan apakah yang paling dicintai Allah?” Beliau menjawab,”Mendirikan shalat pada waktunya.” Aku bertanya kembali,”Kemudian apa?” Jawab Beliau,”Berbakti kepada ke orang tua,” lanjut Beliau. Aku bertanya lagi,”Kemudian?” Beliau menjawab,”Jihad di jalan Allah.” [HR Bukhari no. 5.970].



Perlu dipahami, perintah berbakti kepada Allah merupakan titah ilahi yang sudah berlaku pada umat sebelumnya. Allah berfirman:

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِى إِسْرَاءِيلَ لاَ تَعْبُدُونَ إِلاَّ اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang miskin… (QS Al Baqarah/2:83).

Demikian juga Allah menyanjung para nabi karena telah berbuat baik dengan baktinya kepada orang tua. Secara khusus, Allah menyebut nama Nabi Yahya atas baktinya kepada kedua orang tuanya yang telah tua renta. Dan bakti akan bernilai lebih tinggi, tatkala dilaksanakan dalam waktu yang dibutuhkan. Masa tua dengan segala problematikanya adalah masa yang sangat membutuhkan perhatian ekstra, terutama dari orang terdekat, anak-anaknya. Allah berfirman:

وَبَرَّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا

Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (QS Maryam/19:14).

Begitu pula Allah memuji Nabi Isa, lantaran beliau telah melayani sang ibu dengan sepenuh hati, dan bahkan merasa mendapat kehormatan dengan sikapnya itu. Allah berfirman:

وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا

Dan berbakti kepada ibuku dan Dia (Allah) tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS Maryam/19:32).

Berbakti kepada orang tua, akan melahirkan banyak kebaikan; terangkatnya musibah, lenyapnya masalah dan kesedihan.

(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1734 seconds (0.1#10.140)