Kisah Sahabat yang Buruk Rupa dan Miskin Jadi Rebutan Bidadari

Kamis, 15 Desember 2022 - 05:10 WIB
loading...
Kisah Sahabat yang Buruk Rupa dan Miskin Jadi Rebutan Bidadari
Kisah Saad Al-Aswad As-Sulami (Julaibib) ini termasuk salah satu kisah sahabat yang sangat menyentuh hati. Foto/Ilustrasi
A A A
Sosok sahabat Nabi satu ini mungkin tak banyak diketahui kaum muslim, namun kisahnya sangat menyentuh hati dan membuat kita iri padanya.

Kulitnya memang hitam dan wajahnya tidak menarik, tetapi ia mendapat kemuliaan di sisi Allah. Bahkan ketika wafatnya, para bidadari surga berebut untuk menemaninya.

Sahabat Nabi ini bernama Sa'ad Al-Aswad As-Sulami radhiyallahu 'anhu. Rasulullah SAW memanggilnya dengan Julaibib (جليبيب). Sa'ad berasal dari Bani Sulam dan mengalami diskriminasi di Madinah. Keadaan fisiknya membuatnya tersisih dari kaumnya.

Riwayat lain menyebutkan, fisiknya pendek dan kurang menarik menyebabkan ia kurang dikenali di Madinah. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Ia tak dikenal dan tidak diketahui jelas apa sukunya. Bagi masyarakat Madinah kala itu, tak bernasab dan tak bersuku adalah simbol cacat kemasyarakatan.

Wajahnya terlihat jelek, pendek, bungkuk, hitam dan fakir. Pakaiannya lusuh, kakinya tak beralas. Tak ada rumah untuk berteduh. Demikian sekilas gambaran sosok Julaibib. Namun jika Allah berkehendak memuliakan seseorang, tak satu makhluk pun bisa menghalanginya. Julaibib menjadi salah seorang sahabat yang disayangi Nabi Muhammad SAW.

Suatu ketika ia datang ke Majelis Nabi dan berkata: "Wahai Rasulullah, apakah kehitaman kulitku dan hodohnya (jelek) wajahku menghalangiku untuk masuk surga?" Nabi kemudian

Ketika Rasulullah SAW menikahkannya dengan seorang gadis cantik bernama Atiqah binti Amar, putri salah satu sahabat. Qadarullah, Julaibib justru wafat dalam keadaan syahid pada satu perang.

Kisah yang Sangat Menyentuh
Dikisahkan, suatu ketika Sa'ad (Julaibib) datang ke Majlis Nabi dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah kehitaman kulitku dan hodohnya (jelek) wajahku menghalangiku untuk masuk surga?"

"Tidak, Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Asalkan engkau benar-benar yakin kepada Tuhanmu dan beriman kepada apa yang disampaikan Rasul-Nya!" kata baginda Nabi.

Sa'ad berkata: "Demi Zat yang telah memuliakan engkau dengan kenabian, Ya Rasulullah, sungguh saya telah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa engkau adalah hamba dan utusan-Nya."

Beberapa saat berhenti, kemudian Saa'd berkata lagi, "Wahai Rasulullah, sejak delapan bulan saya duduk di sini sehingga saat ini, saya telah meminang orang yang berada di sekitarmu, tetapi mereka semua menolak karena hitamnya kulitku dan hodohnya wajahku."

Nabi sangat memahami kegelisahan sahabatnya ini. Beliau memandang sekeliling seolah mencari seseorang, kemudian bersabda: "Apakah Amar bin Wahab ada di sini?"

Amar bin Wahab adalah seorang sahabat dari Bani Saqif di Thaif yang baru memeluk Islam dan baru pindah ke Madinah. Dia mempunyai seorang putri yang cantik dan cerdas bernama Atiqah binti Amar. Beberapa sahabat menjawab bahwa Amar tidak hadir dalam majlis beliau saat itu. Beliau memandang kepada Sa'ad dan bersabda, "Apakah kamu tahu rumahnya?"

"Tahu, ya Rasulullah," kata Sa'ad. "Pergilah ke rumahnya. Ketuklah pintu rumahnya perlahan dan ucapkanlah salam. Apabila engkau telah masuk, katakan: Rasulullah SAW telah menikahkan saya dengan puterimu!"

Sa'ad bergegas memenuhi perintah Nabi. Ia pun berangkat ke rumah Amar bin Wahab. Ketika berdiri di depan pintu rumahnya, mengetuk pintu, mengucap salam dan meminta izin masuk, dia mendengar kegembiraan di dalam rumah Amar.

Tetapi begitu pintu terbuka dan melihat wujud penampilannya, segera saja kegembiraan itu lenyap dari wajah-wajah penghuni rumah Amar. Melihat gelagat seperti itu, tanpa menunggu dipersilakan masuk, Sa'ad berkata: "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah menikahkan aku dengan puterimu!"

Makin nampak tidak-senang Amar bin Wahab dengan kehadiran Sa'ad. Amar menolaknya kemudian menyuruhnya segera pergi. Nampaknya Sa'ad cukup tegar menerima penolakan kasar ini. Pengalamannya selama delapan bulan membuatnya cukup terbiasa dengan penolakan.

Dia segera berlalu dari rumah Amar dan kembali ke Majelis Rasulullah SAW. Belum jauh dia berlalu dari rumah Amar, terdengar langkah mendekat dan suara memanggilnya. Dia berhenti dan berbalik, kelihatan seorang gadis yang sangat cantik berdiri agak jauh di hadapannya.

Sang gadis yang tak lain adalah Atiqah binti Amar berkata: "Wahai hamba Allah, kembalilah! Jika memang Rasulullah SAW menjodohkan engkau dengan aku, aku rela dengan apa yang ditetapkan dan direlakan Rasulullah!"

Sa'ad sejenak bimbang, walau dia memang ingin menikah, dia tidak pernah bermimpi untuk mendapatkan istri secantik gadis yang kini berdiri di hadapannya, dia sadar keadaan dirinya.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1824 seconds (0.1#10.140)