Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut 4 Mazhab dan Ulama Kontemporer

Minggu, 25 Desember 2022 - 07:30 WIB
loading...
Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut 4 Mazhab dan Ulama Kontemporer
Hukum mengucapkan Selamat Natal termasuk masalah khilafiyah. Sebagian ulama kontemporer membolehkannya dan mayoritas ulama 4 mazhab melarangnya. Foto ilustrasi/dok Duta Islam
A A A
Hukum mengucapkan Selamat Natal kerap menjadi topik hangat bagi kalangan muslim di Indonesia. Hal ini selalu diperdebatkan setiap perayaan Natal tanggal 25 Desember.

Bagaimana sebenarnya hukum mengucapkan Selamat Natal atau memberikan ucapan selamat (Tahniah) kepada umat Kristiani? Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu: (1) Hukumnya boleh menurut ulama kontemporer dan lembaga fatwa dunia. (2) Dilarang menurut mayoritas ulama 4 Mazhab.

Dai lulusan Al-Azhar Mesir yang juga Pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kalimantan Timur, Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq menjelaskan, hukum merayakan hari raya agama lain telah disepakati keharamannya oleh para ulama tanpa khilaf, karena termasuk bentuk Tasyabbuh. Adapun mengucapkan Selamat Natal, para ulama berbeda pendapat. Mayoritas ulama 4 mazhab melarang, sedangkan sebagian ulama kontemporer membolehkannya.

1. Kalangan yang Membolehkan
Kalangan yang membolehkan ucapan Selamat Natal adalah Ulama kontemporer dan lembaga fatwa dunia. Di antara, Syaikh Dr Yusuf Al-Qaradawi, Syaikh Ali Jum'ah, Syaikh Wahbah Zuhayli, Habib Umar bin Hafidz, Habib Ali Al-Jufri, Syaikh Mustafa Ahmad Zarqa, Syaikh Abdullah bin Bayyah, Syaikh Syaraf Qudhat, Dr Abdul Latif Al-Banna, Majelis Ulama Mesir, Majelis Ulama Eropa dan lainnya.

Syaikh Wahbah Zuhaili berkata:

لا مانع من مجاملة النصارى في رأي بعض الفقهاء في مناسباتهم على ألا يكون من العبارات ما يدل على إقرارهم على معتقداتهم.

Artinya: "Tidak ada halangan dalam bersopan santun (mujamalah) dengan orang Nasrani menurut pendapat sebagian ahli fiqh berkenaan hari raya mereka asalkan tidak bermaksud sebagai pengakuan atas (kebenaran) ideologi mereka."

Syaikh Dr Musthafa Zarqa berkata:

إنّ تهنئةَ الشّخص المُسلِم لمعارِفه النّصارَى بعيدِ ميلاد المَسيح ـ عليه الصّلاة والسلام ـ هي في نظري من قَبيل المُجاملة لهم والمحاسَنة في معاشرتهم. وإن الإسلام لا ينهانا عن مثل هذه المجاملة أو المحاسَنة لهم، ولا سيّما أنّ السيد المَسيح هو في عقيدتنا الإسلاميّة من رسل الله العِظام أولي العزم، فهو مُعظَّم عندنا أيضًا، لكنهم يُغالُون فيه فيعتقدونَه إلهًا، تعالى الله عما يقولون عُلُوًّا كبيرًا.

Artinya: "Ucapan Selamat Natal seorang muslim pada temannya yang Nasrani menurut pendapat saya termasuk dalam kategori mujamalah (sopan santun) pada mereka dan muhasanah (berbaikan) dalam pergaulan. Islam tidak melarang kita untuk bermujamalah dan muhasanah dengan mereka. Apalagi dalam akidah Islam termasuk Rasul Allah yang agung dan Ulul Azmi. Nabi Isa diagungkan juga dalam Islam. Hanya saja mereka, Nasrani berlebihan pada Nabi Isa dan menganggapnya tuhan. Maha Luhur Allah dari apa perkataan mereka yang melampaui batas."

Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri dalam satu kajiannya mengatakan, jangan saling menghujat satu sama lain yang berbeda pandangan dalam hal ucapan Selamat Natal. Ucapan tahniah Natal merupakan persoalan khilafiyah sebab masing-masing memiliki dasar argumentasinya.

Fatwa Darul Ifta Mishriyah:

إن هذا الفعل يندرج تحت باب الإحسان الذي أمرنا الله عز وجل به مع الناس جميعا دون تفريق، مذكرة بقوله تعالى: ﴿وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا﴾، وقوله تعالى:﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ﴾.

"Perbuatan (ucapan selamat untuk hari raya agama lain) ini termasuk dalam berbuat baik yang diperintahkan Allah kepada seluruh manusia tanpa perbedaan. Sebagaimana firman Allah, "Katakan kebaikan pada manusia" dan "Allah memerintahkan berbuat adil dan berbuat baik."

Fatwa Majelis Ulama Eropa:

فلا مانع إذن أن يهنئهم الفرد المسلم، أو المركز الإسلامي بهذه المناسبة، مشافهة أو بالبطاقات التي لا تشتمل على شعار أو عبارات دينية تتعارض مع مبادئ الإسلام. والكلمات المعتادة للتهنئة في مثل هذه المناسبات لا تشتمل على أي إقرار لهم على دينهم، أو رضا بذلك، إنما هي كلمات مجاملة تعارفها الناس. ولا مانع من قبول الهدايا منهم، ومكافأتهم عليها، فقد قبل النبي –صلى الله عليه وسلم - هدايا غير المسلمين مثل المقوقس عظيم القبط بمصر وغيره، بشرط ألا تكون هذه الهدايا مما يحرم على المسلم كالخمر ولحم الخنزير.

"Tidak ada larangan bagi individu muslim atau organisasi Islam untuk mengucapkan selamat atas peringatan (Natal) ini secara lisan atau dengan kartu yang tidak mengandung syiar atau ucapan keagamaan yang berlawanan dengan prinsip Islam. Hendaknya kalimat yang digunakan untuk ucapan selamat Natal tidak mengandung pengakuan apapun pada agama mereka atau rela atasnya. Ia hendaknya berupa kalimat mujamalah (courtesy) yang umum dikenal.

Tidak ada larangan menerima hadiah dari mereka dan memberi hadiah pada mereka. Karena, Nabi pernah menerima hadiah dari non-muslim seperti Muqauqis pembesar Kristen Koptik Mesir dan lainnya dengan syarat hadiah tersebut tidak haram bagi muslim seperti minuman alkohol dan daging babi."

Dalil yang Digunakan Ulama Kontemporer
Dalil yang digunakan para ulama yang membolehkan ucapan Selamat hari raya untuk agama lain di antaranya, Surat Al-Mumtahanah ayat 8; Surat Al-Baqarah ayat 83; Surat An-Nahl ayat 90; Surat An-Nisa' ayat 86. Dalil lainnya adalah keumuman kaidah: "Bahwa bab Muamalah hukumnya boleh sampai ada dalil yang melarangnya. Kalangan ini memandang bahwa tahniyah hari raya agama lain tidaklah berkaitan dengan masalah ibadah apalagi aqidah. Ketika sesesorang mengucapkannya, bukan serta merta bisa diartikan bahwa dia menyetujui dan mengakui kebenaran ajaran agama mereka."

2. Kalangan yang Melarang
Kalangan yang melarang adalah mayoritas ulama empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali). Mereka mengharamkan ucapan Selamat Natal atau bertahniah kepada non muslim yang sedang berhari raya. Berikut penjelasan masing-masing mazhab:
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1131 seconds (0.1#10.140)