Inilah Kiat-kiat Menghindari Penyakit Riya

Senin, 26 Desember 2022 - 11:10 WIB
loading...
Inilah Kiat-kiat Menghindari Penyakit Riya
Hanya kepada Allahlah kita memohon agar hati kita diteguhkan dan dijauhkan dari penyakit riya, karena itu agar terhindar dari riya, ada beberapa kiat yang bisa dilakukan. Foto ilustrasi/ist
A A A
Riya merupakan salah satu sifat tercela, bahkan digolongkan sebagai penyakit hati . Riya sendiri memiliki arti memperlihatkan amal. Tujuan awal beramal sebenarnya karena Allah Subhanahu wa ta'ala, tetapi tiba-tiba muncul niatan yang ditujukan kepada selain-Nya, yaitu mengharap pujian dan sanjungan dari orang lain. Itulah riya'.

Sebuah hadis dari Mu'adz bin Jabal Radhiyallahu-anhu diriwayatkan bahwa ia berkata , Rasullulah Shallahu alaihi wa sallam bersabda:

"Tidaklah seorang hamba berdiri di dunia ini dalam keadaan berlaku sum'ah dan riya' kecuali Allah akan memperdengarkan aibnya kepada seluruh mahluk pada hari kiamat nanti'.



Dari hadis ini dijelaskan akan bahaya riya . Amalan yang dikerjakan dengan ikhlas akan mendatangkan pahala. Namun karena bercampur dengan riya, maka tentu saja akan merusak pahala amalan tersebut. Bisa merusak salah satu bagiannya saja atau bahkan merusak keseluruhan dari pahala amalan itu.

Beberapa bentuk riya'yang mencampuri amal dari awal hingga akhir, maka amalannya terhapus. Misalnya seseorang yang hendak mengerjakan sholat lalu datang seseorang yang ia kagumi. Kemudian ia sholat dengan bagus dan khusyu’ karena ingin dilihat orang tersebut. Riya’ tersebut ada dari awal hingga akhir sholatnya dan ia tidak berusaha untuk menghilangkannya, maka amalannya terhapus.

Bila riya’ muncul tiba-tiba di tengah-tengah namun dibiarkan terus berlanjut, maka ini adalah syirik asghar atau syrik kecil dan menghapus amalannya. Namun dalam kondisi ini ulama berselisih pendapat tentang amalan mana yang terhapus, misalnya riya’ dalam sholat. Apakah rakaat yang tercampuri riya’ saja yang terhapus ataukah keseluruhan sholatnya?

Pendapat pertama menyatakan bahwa yang terhapus hanyalah pada amalan yang terkait. Pendapat kedua, yaitu perlu dirinci; Kalau amalannya merupakan satu rangkaian dan tidak mungkin dipisahkan satu dengan yang lain, misalnya salat dhuhur empat rakaat, maka terhapus rangkaian amal tersebut.

Kalau amalannya bukan merupakan satu rangkaian, maka amal yang terhapus pahalanya adalah sebatas yang tercampuri saja. Misalnya seseorang yang bersedekah kepada sepuluh orang anak yatim.

Saat bersedekah pada anak kesatu sampai yang kelima ia ikhlas. Akan tetapi riya’ muncul saat ia bersedekah pada anak ke-enam, maka pahala yang terhapus adalah sedekah pada anak ke-enam. Contoh yang serupa adalah puasa.

Pada fitrahnya, manusia memiliki kecenderungan ingin dipuji dan takut dicela. Hal ini menyebabkan riya’ menjadi sangat samar dan tersembunyi. Terkadang, seorang merasa telah beramal ikhlas karena Allah, namun ternyata secara tak sadar ia telah terjerumus ke dalam penyakit riya’.

Pernahkah Anda mendengar langkah laki seekor semut? Suara langkahnya begitu samar bahkan tidak dapat kita dengar. Seperti inilah RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan kesamaran riya’. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Kesyirikan itu lebih samar dari langkah kaki semut.” Lalu Abu Bakar bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah kesyirikan itu ialah menyembah selain Allah atau berdoa kepada selain Allah disamping berdoa kepada selain Allah?” maka beliau bersabda.”Bagaimana engkau ini. Kesyirikan pada kalian lebih samar dari langkah kaki semut.” (HR Abu Ya’la Al Maushili dalam Musnad-nya, tahqiq Irsya Al Haq Al Atsari, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Targhib)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhawatirkan bahaya riya’ atas umat Islam melebihi kekhawatiran beliau terhadap bahaya Dajjal. Disebutkan dalam sabda beliau: “Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang lebih aku takutkan menimpa kalian daripada Dajjal.” Kami menyatakan, “Tentu!” beliau bersabda “Syirik khafi (syirik yang tersembunyi). Yaitu seseorang mengerjakan sholat, lalu ia baguskan sholatnya karena ia melihat ada seseorang yang memandangnya.”

Bagaimana Mengobati Penyakit Riya’?

Setiap manusia tidak akan pernah lepas dari kesalahan. Sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat kepada Allah atas kesalahan yang pernah dilakukannya. Hati manusia juga cepat berubah. Jika saat ini beribadah dengan ikhlas, bisa jadi beberapa saat kemudian ikhlas tersebut berganti dengan riya’. Pagi ikhlas, mungkin sore sudah tidak. Hari ini ikhlas, mungkin esok tidak. Hanya kepada Allahlah kita memohon agar hati kita diteguhkan dalam agama ini.

Agar terhindar dari riya', ada beberapa kiat yang bisa dilakukan, antara lain :
1. Memohon dan selalu berlindung kepada Allah agar mengobati penyakit riya’ dan sum'ah ini.
2. Berusaha menghindarinya
3. Mengingat-ingat akibat buruk perbuatan riya' ini di dunia dan akhirat
4. Usahakan selalu menyembunyikan dan merahasiakan ibadah
5. Latihan dan mujahadah

Yang paling penting adalah bulatkan tekad bahwa apa yang kita lakukan adalah perbuatan ibadah yang hanya ingin mencapai ridha Allah SWT dan mendapat surga-Nya.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2263 seconds (0.1#10.140)