Beberapa Wasiat Rasulullah SAW Kepada Muadz bin Jabal
loading...
A
A
A
Wasiat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada Muadz bin Jabal menjadi pelajaran bagi umat Nabi Muhammad pada saat sekarang. Karena wasiat tersebut berisi pesan-pesan yang menyentuh dan banyak pelajaran tentang hidup.
Muadz bin Jabal Radhiyallahu'anhu adalah seorang sahabat yang diajari iman dan zuhud oleh Nabi Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. Dia adalah mutiara para ulama, sahabat Nabi Nabi Shallalahu 'Alaihi wa Sallam yang paling tahu soal halam dan haram. Dan Muadz adalah salah seorang dari enam sahabat yang mengumpulkan Al-Qur'an di masa hidup Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga kerap memuji Muadz bin Jabal . Beliau Shalallahu 'Alaihi wa Salamm bersabda :
“Umatku yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Hibban).
Dalam Az-Zuhhud Mi'ah A'zhamuhum Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam karya Syaikh Muhammad Siddiq al-Minsyawi, disebutkan bahwa Muadz termasuk orang yang paling baik sifatnya, berwajah cerah ceria, bagus bicaranya, giginya putih bersinar, bulatan kedua matanya hitam pekat, penuh gairah, manis tutur katanya, Dan indah penjelasannya. Beliau termasuk pemuda dari kalangan Anshar yang mempunyai otak cemerlang, cerdas, pemalu, dan dermawan.
Bila Muadz diam maka terlihat menarik, sering menjadi pusat perhatian karena ketenangan dan ketampanannya. Bila bicara maka akan menguasai hati yang mendengarnya seolah-olah keluar cahaya mutiara dari milutnya. Dia masuk Islam saat usia masih muda dan terlibat dalam Perjanjian 'Aqabah bersama tujuh puluh sahabat Anshar. Selain berbai’at 'Aqabah, beliau terlibat peperangan Badar serta peristawa penting lainnya bersama Rasulallah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sangat banyak sekali hadis yang meriwayatkan keutamaan yang dimiliki oleh Muadz karena kedudukannya yang sangat mulia. Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berwasiat:
“Ambillah al-Qur’an dari empat orang, dari Ibnu Ummi Abdin (Abdullah bin Mas’ud), Mu’adz bin Jabal, dan Ubai bin Ka’ab serta Salim mantan sahayanya Abu Hudzaifah“.(HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Beliau salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadis Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah pernah mengutusnya ke Yaman sebagai gubernur di sana, dan meninggal karena terserang wabah tho’un pada tahun delapan belas Hijriyah. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala mengutus Mu’adz ke Yaman, Beliau Shalallahu 'Alaihi wa Sallam berwasiat pada Muadz:
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi sekelompok kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah. Jika sekiranya mereka mentaatimu akan hal tersebut, maka beritahulah mereka bahwasannya Allah telah mewajibkan atas mereka sholat lima waktu setiap harinya“.(HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Dalam kecerdasan otak dan keberaniannya mengemukakan pendapat, Mu'adz hampir sama dengan Umar bin Khathab. Ketika Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya, "Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu'adz?"
"Kitabullah," jawab Mu'adz. "Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?", tanya Rasulullah pula. "Saya putuskan dengan Sunnah Rasul."
"Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?" "Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia," jawab Muadz. Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah," sabda beliau.
Beliau Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda :
“Hai Muadz, aku ingin memberi wasiat padamu. Jangan sampai kau lewatkan untuk membaca di setiap usai shalat, ‘Allahumma A’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu).” (Hadits Shahih riwayat Abu Dawud).
Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Muadz bin Jabal hendak bersafar.
Muadz berkata, “Wahai Nabi Allah, beri aku wasiat.” Nabi bersabda, “Sembahlah Allah dan jangan kau sekutukan dengan sesuatu apa pun.” Muadz kembali berkata, “Wahai Nabi Allah, tambahkan lagi.” Beliau bersabda, “Jika kau meminta (bertanya), lakukanlah dengan baik.” “Tambahkan lagi”, pinta Muadz. “Istiqomahlah dan perbaguslah akhlakmu.” (Shahih Ibnu Hibban, Kitab al-Bir wa al-Ihsan).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa di hari kiamat, Muadz berada jauh di depannya para ulama. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya di datang pada hari kiamat nanti sebagai pimpinan para ulama. Di depan mereka sejauh lemparan yang jauh.” (HR. al-Hakim)
Muadz bin Jabal Radhiyallahu'anhu adalah seorang sahabat yang diajari iman dan zuhud oleh Nabi Shallalahu 'Alaihi wa Sallam. Dia adalah mutiara para ulama, sahabat Nabi Nabi Shallalahu 'Alaihi wa Sallam yang paling tahu soal halam dan haram. Dan Muadz adalah salah seorang dari enam sahabat yang mengumpulkan Al-Qur'an di masa hidup Rasulullah Shallalahu 'Alaihi wa Sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga kerap memuji Muadz bin Jabal . Beliau Shalallahu 'Alaihi wa Salamm bersabda :
“Umatku yang paling tahu tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Hibban).
Dalam Az-Zuhhud Mi'ah A'zhamuhum Muhammad Shallalahu 'Alaihi wa Sallam karya Syaikh Muhammad Siddiq al-Minsyawi, disebutkan bahwa Muadz termasuk orang yang paling baik sifatnya, berwajah cerah ceria, bagus bicaranya, giginya putih bersinar, bulatan kedua matanya hitam pekat, penuh gairah, manis tutur katanya, Dan indah penjelasannya. Beliau termasuk pemuda dari kalangan Anshar yang mempunyai otak cemerlang, cerdas, pemalu, dan dermawan.
Bila Muadz diam maka terlihat menarik, sering menjadi pusat perhatian karena ketenangan dan ketampanannya. Bila bicara maka akan menguasai hati yang mendengarnya seolah-olah keluar cahaya mutiara dari milutnya. Dia masuk Islam saat usia masih muda dan terlibat dalam Perjanjian 'Aqabah bersama tujuh puluh sahabat Anshar. Selain berbai’at 'Aqabah, beliau terlibat peperangan Badar serta peristawa penting lainnya bersama Rasulallah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Sangat banyak sekali hadis yang meriwayatkan keutamaan yang dimiliki oleh Muadz karena kedudukannya yang sangat mulia. Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah berwasiat:
خُذُوا الْقُرْآنَ مِنْ أَرْبَعَةٍ مِنِ ابْنِ أُمِّ عَبْدٍ وَمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ وَأُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ وَسَالِمٍ مَوْلَى أَبِى حُذَيْفَةَ
“Ambillah al-Qur’an dari empat orang, dari Ibnu Ummi Abdin (Abdullah bin Mas’ud), Mu’adz bin Jabal, dan Ubai bin Ka’ab serta Salim mantan sahayanya Abu Hudzaifah“.(HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Beliau salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadis Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah pernah mengutusnya ke Yaman sebagai gubernur di sana, dan meninggal karena terserang wabah tho’un pada tahun delapan belas Hijriyah. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam tatkala mengutus Mu’adz ke Yaman, Beliau Shalallahu 'Alaihi wa Sallam berwasiat pada Muadz:
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi sekelompok kaum dari Ahli Kitab, maka ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah. Jika sekiranya mereka mentaatimu akan hal tersebut, maka beritahulah mereka bahwasannya Allah telah mewajibkan atas mereka sholat lima waktu setiap harinya“.(HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Dalam kecerdasan otak dan keberaniannya mengemukakan pendapat, Mu'adz hampir sama dengan Umar bin Khathab. Ketika Rasulullah SAW hendak mengirimnya ke Yaman, lebih dulu ditanyainya, "Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Mu'adz?"
"Kitabullah," jawab Mu'adz. "Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?", tanya Rasulullah pula. "Saya putuskan dengan Sunnah Rasul."
"Jika tidak kamu temui dalam Sunnah Rasulullah?" "Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia," jawab Muadz. Maka berseri-serilah wajah Rasulullah. "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah," sabda beliau.
Beliau Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Sallam juga bersabda :
“Hai Muadz, aku ingin memberi wasiat padamu. Jangan sampai kau lewatkan untuk membaca di setiap usai shalat, ‘Allahumma A’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika (Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu).” (Hadits Shahih riwayat Abu Dawud).
Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Muadz bin Jabal hendak bersafar.
Muadz berkata, “Wahai Nabi Allah, beri aku wasiat.” Nabi bersabda, “Sembahlah Allah dan jangan kau sekutukan dengan sesuatu apa pun.” Muadz kembali berkata, “Wahai Nabi Allah, tambahkan lagi.” Beliau bersabda, “Jika kau meminta (bertanya), lakukanlah dengan baik.” “Tambahkan lagi”, pinta Muadz. “Istiqomahlah dan perbaguslah akhlakmu.” (Shahih Ibnu Hibban, Kitab al-Bir wa al-Ihsan).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa di hari kiamat, Muadz berada jauh di depannya para ulama. Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Sesungguhnya di datang pada hari kiamat nanti sebagai pimpinan para ulama. Di depan mereka sejauh lemparan yang jauh.” (HR. al-Hakim)