Tafsir Al-Mulk Ayat 23: Tiga Karunia Allah yang Sering Tak Disyukuri Manusia
loading...
A
A
A
Sedikit sekali manusia yang mau bersyukur kepada Allah atas karunia dan nikmat yang diberikan-Nya. Surat Al-Mulk ayat 23 ini menjadi peringatan kepada manusia untuk memperhatikan kejadian dirinya sendiri.
Yang awalnya tiada menjadi ada. Allah menciptakan manusia tahap demi tahap dan menjadikan telinga sebagai pendengaran, mata untuk melihat dan hati nurani yang sempurna. Hendaknya nikmat ini digunakan dengan baik sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Tiga karunia Allah untuk manusia yaitu: telinga, mata dan hati nurani disebutkan dalam Surat Al-Mulk ayat 23:
Artinya: "Katakanlah, 'Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." (QS Al-Mulk ayat 23)
Penjelasan
Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh manusia untuk menyadari karunia Allah tersebut. Allah menyuruh manusia memperhatikan kejadian diri mereka sendiri.
Mengutip tafsir Kemenag, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW mengatakan kepada orang-orang kafir Mekkah bahwa sesungguhnya Allah-lah yang menganugerahkan kepada manusia, telinga sehingga dapat mendengarkan ajaran-ajaran agama-Nya. Allah juga menganugerahkan kepada mereka mata sehingga dapat melihat, memandang, dan memperhatikan kejadian alam semesta ini.
Kemudian Dia memberi hati, akal, dan pikiran untuk memikirkan, merenungkan, menimbang, dan membedakan mana yang baik bagi mereka dan mana yang tidak baik. Dengan anugerah Allah ini, manusia dapat mencapai semua yang baik sebagai makhluk-Nya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati merupakan satu kesatuan. Pendengaran dan penglihatan adalah piranti yang digunakan oleh manusia untuk dapat memahami ayat-ayat Allah, sunnatullah, dan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Metode observasi (pengamatan) dalam penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat bergantung kepada penggunaan piranti pendengaran dan penglihatan.
Namun apabila hanya piranti pendengaran dan penglihatan yang dipakai, dan mengabaikan hati (al-af'idah) dalam penerapannya, maka hasilnya akan counter productive, yaitu akan memberikan hasil yang lebih banyak mudharatnya dibanding manfaatnya.
Pada hakikatnya, hati (al-af'idah) harus dijadikan panduan dalam mengambil keputusan yang dihasilkan dengan metode pendengaran dan penglihatan tadi. Dari Al-af'idah ini dapat dikembangkan etika ilmu pengetahuan dan teknologi (science ethics) yang didasarkan kepada nilai-nilai Islami.
Dalam ayat ini, Allah menyatakan sedikit sekali manusia yang mau bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Artinya, sangat sedikit manusia yang menyadari ketergantungan mereka kepada nikmat itu, padahal apabila sedikit saja nikmat itu ditangguhkan atau dicabut oleh Allah, maka manusia akan mendapat kesulitan besar.
Di saat itulah mereka baru ingat kepada-Nya. Akan tetapi, bila kesulitan itu telah berlalu, mereka kembali kafir kepada Allah. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang bersyukur.
Wallahu A'lam
Yang awalnya tiada menjadi ada. Allah menciptakan manusia tahap demi tahap dan menjadikan telinga sebagai pendengaran, mata untuk melihat dan hati nurani yang sempurna. Hendaknya nikmat ini digunakan dengan baik sebagai tanda syukur kepada-Nya.
Tiga karunia Allah untuk manusia yaitu: telinga, mata dan hati nurani disebutkan dalam Surat Al-Mulk ayat 23:
قُلۡ هُوَ الَّذِىۡۤ اَنۡشَاَكُمۡ وَجَعَلَ لَـكُمُ السَّمۡعَ وَالۡاَبۡصَارَ وَ الۡاَفۡـــِٕدَةَ ؕ قَلِيۡلًا مَّا تَشۡكُرُوۡنَ
Artinya: "Katakanlah, 'Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati nurani bagi kamu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur." (QS Al-Mulk ayat 23)
Penjelasan
Ayat ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh manusia untuk menyadari karunia Allah tersebut. Allah menyuruh manusia memperhatikan kejadian diri mereka sendiri.
Mengutip tafsir Kemenag, Allah memerintahkan Nabi Muhammad SAW mengatakan kepada orang-orang kafir Mekkah bahwa sesungguhnya Allah-lah yang menganugerahkan kepada manusia, telinga sehingga dapat mendengarkan ajaran-ajaran agama-Nya. Allah juga menganugerahkan kepada mereka mata sehingga dapat melihat, memandang, dan memperhatikan kejadian alam semesta ini.
Kemudian Dia memberi hati, akal, dan pikiran untuk memikirkan, merenungkan, menimbang, dan membedakan mana yang baik bagi mereka dan mana yang tidak baik. Dengan anugerah Allah ini, manusia dapat mencapai semua yang baik sebagai makhluk-Nya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati merupakan satu kesatuan. Pendengaran dan penglihatan adalah piranti yang digunakan oleh manusia untuk dapat memahami ayat-ayat Allah, sunnatullah, dan mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi. Metode observasi (pengamatan) dalam penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sangat bergantung kepada penggunaan piranti pendengaran dan penglihatan.
Namun apabila hanya piranti pendengaran dan penglihatan yang dipakai, dan mengabaikan hati (al-af'idah) dalam penerapannya, maka hasilnya akan counter productive, yaitu akan memberikan hasil yang lebih banyak mudharatnya dibanding manfaatnya.
Pada hakikatnya, hati (al-af'idah) harus dijadikan panduan dalam mengambil keputusan yang dihasilkan dengan metode pendengaran dan penglihatan tadi. Dari Al-af'idah ini dapat dikembangkan etika ilmu pengetahuan dan teknologi (science ethics) yang didasarkan kepada nilai-nilai Islami.
Dalam ayat ini, Allah menyatakan sedikit sekali manusia yang mau bersyukur atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Artinya, sangat sedikit manusia yang menyadari ketergantungan mereka kepada nikmat itu, padahal apabila sedikit saja nikmat itu ditangguhkan atau dicabut oleh Allah, maka manusia akan mendapat kesulitan besar.
Di saat itulah mereka baru ingat kepada-Nya. Akan tetapi, bila kesulitan itu telah berlalu, mereka kembali kafir kepada Allah. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang bersyukur.
Wallahu A'lam
(rhs)