Kisah Mualaf Navis B Jolly: Perempuan Kristen yang Memilih Islam setelah Sempat Ateis

Rabu, 04 Januari 2023 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Pada pertama kali, nampak kepada saya seakan-akan kebanyakan isi Al-Qur'an itu berulang-ulang dan saya belum percaya sepenuhnya atas semua isinya. Akan tetapi saya merasa bahwa isi Al-Qur'an itu telah meresap ke dalam jiwa saya secara sedikit demi sedikit.

Selang beberapa malam, saya menemukan keinginan dalam jiwa saya untuk tidak melepaskan lagi Al-Qur'an dari tangan saya. Kebanyakan yang menarik perhatian saya ialah itu persoalan yang ajaib, bagamana bisa terjadi bahwa petunjuk yang demikian sempurna itu sampai kepada alam kemanusiaan melalui manusia yang bersifat kekurangan. Kaum Muslimin sendiri selalu mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW itu manusia biasa.

Sungguh saya mengerti bahwa menurut Islam, rasul-rasul itu adalah orang-orang yang tidak pernah berbuat dosa dan bahwa wahyu bukan perkara baru, sebab dahulu wahyu pernah diturunkan kepada para Nabi Yahudi dan bahwa Isa (Yesus) adalah Nabi terakhir dari kalangan bangsa Yahudi.



Akan tetapi sebuah teka-teki selalu menggoda pikiran saya: Mengapa wahyu itu tidak diturunkan kepada rasul-rasul abad kedua puluh?!

Jawabnya, saya pikir ialah apa yang diterangkan oleh Al-Qur'an bahwa Muhammad SAW adalah Rasul Allah dan Nabi penutup. Hal itu jawaban yang sempurna dan tidak bisa dibantah, karena bagamana bisa jadi diutus lagi rasul-rasul sesudah Muhammad SAW, sedangkan Al-Qur'anul-Majid adalah sebuah Kitab yang komplit yang menjelaskan segala sesuatu dan membenarkan segala yang ada di hadapan kita, dan bahwa Al-Qur'an itu kekal untuk selama-lamanya tanpa penggantian dan perubahan, sebagaimana dinyatakan oleh Al-Qur'an dan diperkuat dengan kenyataan:

Sesungguhnya Aku telah menurunkan Al-Qur'an dan Aku menjaganya. ( QS Al-Hijr : 9).

Tidak bisa diragukan bahwa sesudah itu tidak akan ada kebutuhan lagi kepada Rasul-rasul dan Kitab-kitab baru. Hal itu tertanam kuat dalam lubuk hati saya.

Saya baca bahwa Al-Qur'an itu petunjuk bagi mereka yang berpikir dan Al-Qur'an menantang kepada setiap orang yang ragu-ragu, supaya mereka membuat satu surat saja yang serupa dengan Surat Al-Qur'an:

Jika kamu berada dalam keraguan mengenai apa yang telah Aku turunkan kepada hamba-Ku, datangkanlah satu surat yang semacamnya dan panggillah berhala-berhala kamu, jika memang kamu benar. ( QS Al-Baqarah : 23).

Saya berpikir keras, jika ternyata pengaturan Al-Qur'an tentang hidup diberikan kepada seorang yang lahir pada tahun 570 Masehi, maka saya merasa pasti bahwa kita yang hidup pada tahun 1944 ini akan mampu untuk mencapai ajaran yang lebih baik dari itu. Mulailah saya pelajari kemungkinan ini, tapi ternyata saya gagal dalam segala lapangan.



Soal Poligami dan Sholat
Saya yakin, bahwa saya telah pernah terpengaruh dengan apa yang saya dengar dari atas mimbar-mimbar Kristen yang menentang Islam dalam soal poligami.

Saya mengira bahwa saya dapat melancarkan kritik mengenai masalah itu, karena waktu itu saya yakin bahwa teori Barat tentang monogami itu lebih baik dari pada teori kolot yang menyerukan poligami.

Soal itu saya bicarakan dengan sahabat saya, orang Islam itu yang dengan kontan mengemukakan bantahan yang meyakinkan bahwa bolehnya poligami itu dalam batas-batas tertentu.

Poligami itu hanya satu usaha untuk mengatasi apa yang sekarang terjadi di dunia Barat, yaitu meluasnya hubungan-hubungan gelap antara dua jenis manusia yang berbeda, dalam bentuk yang semakin beraneka-ragam.

Keterangan sahabat saya itu diperkuat dengan berita-berita yang tersiar dalam surat-surat kabar yang menjelaskan sedikitnya jumlah orang-orang yang mencukupkan diri dalam praktik dengan satu istri saja di Inggris.

Saya sendiri melihat bahwa sesudah selesainya perang, jumlah kaum wanita dalam usia tertentu menjadi lebih banyak dari pada pria. Keadaan ini mengakibatkan tidak sedikit kaum wanita yang menghadapi kesulitan untuk menemukan kesempatan bersuami. Apakah memang Allah SWT menciptakan wanita semata-mata untuk menghadapi kesulitan?

Saya selalu ingat, bahwa dalam program siaran radio yang dikenal dengan nama "Dear Sir", seorang gadis Inggris yang belum pernah kawin mengajukan tuntutan supaya diadakan undang-undang yang membolehkan poligami. Dia mengatakan bahwa dirinya lebih baik hidup dalam ikatan perkawinan bersama dengan istri-istri lain dari pada hidup menyendiri secara liar yang seolah-olah menjadi ketentuan takdir buat dirinya.

Dalam Islam tidak ada kewajiban berpoligami, tapi jelas bahwa tanda agama yang sempurna itu ialah memberikan kesempatan untuk itu.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3005 seconds (0.1#10.140)