Agar Istighfar Kita Diterima Allah SWT, Ini Syarat-syaratnya

Kamis, 05 Januari 2023 - 09:59 WIB
loading...
Agar Istighfar Kita Diterima Allah SWT, Ini Syarat-syaratnya
Memohon ampunan atau beristighfar merupakan bagian dari doa, maka agar istighfar kita berfaedah ibarat doa mustajab, ada syarat-syarat yang telah ditentukan dalam syariat Islam. Foto ilustrasi/ist
A A A
Allah subhanahu wa ta’ala juga senantiasa mengingatkan kita untuk memohon ampun (istighfar) atas kesalahan dan dosa dalam banyak ayat-ayat-Nya. Seperti dalam firman-Nya berikut ini:

وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّيُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ ۗوَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ


“Dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh, aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (Kiamat).” (QS. Hud: 3)



Dalam hadis qudsi, Allah subhanahu wata’ala juga berfirman, “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian senantiasa berbuat kesalahan di siang dan malam hari, namun Aku mengampuni dosa-dosa kalian semua, maka meminta ampunlah kepada-Ku, pasti akan Aku ampuni!” (HR. Muslim no. 2577)

Memohon ampunan (istighfar) merupakan bagian dari doa, maka bila kita mengisi waktu dengan istighfar sama artinya kita mengisi lembaran-lembaran catatan amal kita dengan kebaikan-kebaikan, yang dengannya derajat kita bertambah mulia di sisi-Allah Subhanahu wa ta'ala. Dengan istighfar, setan pun lari dan tidak akan mampu menggoda kita. Sebagaimana yang disampaikan baginda Nabi dalam hadis shahihnya,

“Sesungguhnya setan berkata, demi kemulian-Mu, ya Rabb aku tidak akan berhenti menggoda hamba-hamba-Mu selama arwah masih berada di jasad mereka, Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Demi kemulian dan kebesaran-Ku akan aku ampuni hamba-hamba-Ku selama mereka beristighfar kepada-Ku.” (HR. Ahmad no. 11327)

Betapa banyak keutamaan dari bacaan istighfar ini. Karena istighfar merupakan bagian dari doa, maka agar istighfar kita berfaedah ibarat doa mustajab, ada syarat-syarat yang telah ditentukan dalam syariat Islam. Menurut Ustadz Nofriyanti M.Ag, dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Unida Gontor, syarat-syarat agar istighfar tersebut diterima Allah Ta'ala adalah sebagai berikut:

1. Takwa dan bebas dari syirik serta kekufuran

Istighfar kita harus berbalut takwa dan bebas dari syirik dan kufur, sebagaimana yang Allah firmankan,

اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ


“Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Maidah: 27)

2. Makan dan minum yang halal

Kenapa harus makan dan minum yang halal? Karena makanan dan minuman yang haram merupakan penghalang dikabulkannya doa hamba.

3. Yakin Allah akan mengabulkan doa dan permitaan.

Yakin sepenuhnya bahwa Allah akan mengabulkan doa dan permintaan kita. Sebagaimana pula dijelaskan dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

اُدْعُوا اللَّهَ وَأَنْتَمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ


“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. At-Tirmizi No. 3479)

4. Tidak berlebih-lebihan dalam berdoa

Artinya, kita tidak boleh berdoa yang dilarang, misalkan meminta suatu yang sudah jelas-jelas haram agar dihalalkan atau sebaliknya. Sebagaimana kita dilarang berdoa yang mustahil menyelisihi sunnah kauniyah-Nya. Seperti berdoa agar tidak mati dan lain sebagainya.

Selain syarat-syarat di atas, siapa saja yang ingin berdoa dan beristighfar seyogianya memperhatikan waktu mustajab untuk berdoa (al-auqaat al-mustajabah).

Adapun waktu-waktu tersebut sebagaimana dalam hadis-hadis Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu, saat sujud, dalam barisan jihad, turunnya hujan, saat safar berpergian, sepertiga akhir malam, ketika azan dikumandangkan, imam atau khatib naik mimbar di hari Jumat seperti sekarang ini dan di penghujung sore harinya, juga ketika berbuka puasa dan lain-lain.


Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.7015 seconds (0.1#10.140)