8 Syarat Orang yang Ingin Menjalankan Tarekat Menurut KH Hasyim Asyari

Rabu, 18 Januari 2023 - 18:23 WIB
loading...
A A A
Kemudian mereka lanjutkan kesufian itu mencapai makna orang yang berkata benar (al-siddiq), dan semulia-mulia manusia setelah para nabi ialah orang-orang yang berkata benar itu, seperti difirmankan Allah:

"Mereka itulah orang-orang yang diberikan nikmat kebahagiaan oleh Allah, yang terdiri dari para Nabi, orang-orang yang berkata benar, para syuhada, dan orang-orang salih. Sungguh baik mereka itu dalam perkawanan" ( QS al-Nisa' 4 :69).

Oleh karena itu, bagi mereka sesudah para nabi tidak ada yang lebih mulia daripada kaum sufi. Namun sesungguhnya kaum sufi termasuk jenis tertentu kelompok orang-orang yang benar, yaitu orang yang benar dalam zuhud atau asketisme dan ibadat menurut cara yang mereka ijtihadkan. Jadi orang sufi adalah al-shiddzq dalam arti di kalangan para pengamal zuhud dan ibadat itu, sebagaimana juga adanya al-shiddiqu di kalangan para ulama, al-shiddiq-u di kalangan para umara (pejabat), dan seterusnya.



Mereka belum tentu mencapai derajat al-shiddiq-u mutlak, yang sempurna kualitas kebenarannya dalam berkata, yang terdiri dari para sahabat Nabi, kaum Tabi'un dan kaum pengikut Tabi'un itu.

Kesufian merupakan cabang keagamaan dalam Islam yang sering kontroversial. Beberapa tokohnya menjadi sasaran kritik, bahkan penyiksaan atau pembunuhan, disebabkan pendirian atau praktik mereka yang dianggap menyimpang dari agama yang benar.

Sekalipun KH Hasyim Asy'ari, menghargai tasawuf dan kaum sufi, namun ia dikenal sangat keras terhadap setiap gejala penyimpangan dalam amalan thariqat. Sikap ini ia ungkapkan dalam risalahnya yang ia tulis pada tahun 1360 H. Al-Tibyanfi al-Nahy 'an Muqatha'at al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.8188 seconds (0.1#10.140)