QS. An-Naba' Ayat 12

وَّبَنَيۡنَا فَوۡقَكُمۡ سَبۡعًا شِدَادًا
Wa banaina fauqakum sab 'an shi daada
dan Kami membangun di atas kamu tujuh (langit) yang kokoh,
Juz ke-30
Tafsir
Dan bukankah Kami telah pula membangun di atas kamu tujuh langit yang kukuh, padahal tidak kau jumpai tiang-tiang yang menyangganya? Tidak kamu dapati keretakan di langit itu agar dapat menjadi atap kuat yang menanungi penghuni bumi.
Ketujuh, Allah membangun di atas manusia tujuh langit yang kokoh tanpa memiliki tiang dan tunduk kepada hukum Allah.

Secara ilmiah, tujuh langit yang kokoh kemungkinan dapat diartikan dengan lapisan-lapisan atmosfer yang dekat dengan bumi ini, seperti: (1) Troposphere (Troposfer), (2) Tropopause (Tropopaus), (3) Stratosphere (Stratosfer), (4) Stratopause (Stratopaus), (5) Mesosphere (Mesosfer), (6) Mesopause (Mesopause), dan (7) Thermosphere (Termosfer). Pembagian ini berdasarkan temperatur (suhu) dari lapisan-lapisan atmosfer dan jaraknya dari permukaan bumi. Kekokohan lapisan-lapisan tersebut, dalam pengertian kokoh dalam menyelimuti bola bumi kita, karena adanya gaya gravitasi bumi. (lihat pula telaah ilmiah dalam Surah ar-Ra'd/13:2, Juz-13). Pada telaah ilmiah Surah ar-Ra'd/13: 2 tersebut, pembagian lapisan atmosfer sedikit berbeda dengan yang dijelaskan pada telaah ilmiah ini, di mana Ionosfer dan Eksosfer disatukan dalam Termosfer.

Namun apabila pengertian tujuh langit ini dikaitkan dengan Mi'raj Rasulullah Muhammad saw, tampak kurang tepat. Tujuh langit dalam Surah an-Naba'/78: 12 ini mungkin dapat diartikan sebagai Tujuh Dimensi Ruang-Waktu dalam Kaluza-Klein Theory (KKT). Seperti dinyatakan dalam fisika bahwa terdapat empat (4) Gaya Fundamental yang ada di jagad raya ini, yaitu Gaya Elektromagnetik, Gaya Nuklir Lemah, Gaya Nuklir Kuat, dan Gaya Gravitasi. Jika keempat gaya ini terbentuk dari Ledakan Besar (Big Bang) dari suatu Singularity, maka mestinya keempat gaya ini dahulunya 'menyatu sebagai Satu Gaya Tunggal (Grand Unified Force), ini yang dikenal dalam Grand Unified Theory (GUT, Teori Ketersatuan Agung?). KKT menjelaskan bahwa untuk dapat menerangkan ketersatuan gaya-gaya yang empat itu, maka adanya geometri ruang-waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini tidaklah cukup. Geometri ruang-waktu yang kita berada di dalamnya sekarang ini hanya mampu menjelaskan sedikit tentang gaya-gaya Elektromagnetik dan dalam beberapa hal Gaya Gravitasi. Untuk bisa menjelaskan keempat gaya tersebut, maka KKT menyatakan harus ada tujuh dimensi ruang-waktu (time-space dimensions) yang lain. Dengan demikian bersama empat dimensi yang sudah dikenal, yaitu: garis, bidang, ruang dan waktu; maka total dimensi ada sebelas (11) dimensi. Pernyataan ini berbasiskan pada perhitungan Matematika-Fisika. Berbasiskan pada KKT ini, para saintis telah mampu pula menghitung 'garis tengah salah satu dimensi ruang-waktu itu, yaitu sebesar 10-32 cm, jadi dimensi itu sangat kecil sekali. Dengan demikian, tidaklah mungkin dengan instrument yang ada sekarang ini kita dapat menembus tujuh dimensi ruang-waktu yang lain itu. Kaluza-Klein Theory telah memberikan gambaran adanya Tujuh Dimensi Ruang-Waktu, yang kesemuanya ini akan mengokohkan geometri jagad-raya dengan empat gaya-gaya fundamentalnya. Mungkinkah tujuh langit yang kokoh tersebut adalah tujuh dimensi ruang-waktu menurut Kaluza-Klein Theory ? Wallahu a'lam bis-sawab.
sumber: kemenag.go.id
Keterangan mengenai QS. An-Naba'
Surat An Naba´ terdiri atas 40 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Ma´aarij. Dinamai An Naba´ (berita besar) diambil dari perkataan An Naba´ yang terdapat pada ayat 2 surat ini. Dinamai juga Amma yatasaa aluun diambil dari perkataan Amma yatasaa aluun yang terdapat pada ayat 1 surat ini.