Masjid Perahu Casablanca, Teladani Kisah Nabi Nuh

Kamis, 09 Juli 2015 - 11:13 WIB
Masjid Perahu Casablanca, Teladani Kisah Nabi Nuh
Masjid Perahu Casablanca, Teladani Kisah Nabi Nuh
A A A
JAKARTA - Selain berpuasa, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengisi hari-hari di bulan Ramadan, seperti memperbanyak Tadarus, berdzkir, dan yang bisa dicoba untuk menambah khasanah kita dengan berwisata religi.

Siapa bilang berwisata religi hanya dapat dilakukan di makam-makam tokoh Islam di daerah, di Jakarta pun kita tetap bisa berwisata religi. Bagi Anda warga Ibu Kota cobalah datang ke Masjid Agung Al Munada Darussalam Baiturrahman atau dikenal dengan nama Masjid Perahu yang terletak di Jalan Casablanca No 38, Menteng Dalam, Jakarta Selatan.

Sindonews.com berkesempatan mengunjungi masjid yang telah dibangun sejak tahun 1963 oleh oleh KH Abdurrahman Maksum. Bagi orang awam cukup sulit mencari masjid ini lantaran tempatnya di dalam gang kecil ditambah lagi diapit oleh dua apartemen besar.

Hanya muat sepeda motor, terkadang jika ada dua sepeda motor harus bergantian untuk melaluinya. Ada tiga akses jalan untuk bisa berkunjung ke masjid ini, pertama dari Jalan Casablanca lewat gang kecil berkaligrafi dan grafiti, kedua lewat Jalan DR Soepmo, Tebet atau lewat Pasar Jembatan Merah.

Sesampainya di lokasi, ada satu pemadangan menarik, yakni sebuah kapal berwarna cokelat yang berada persis di sebelah masjid ini. Penasaran, SIndonews.com pun mencoba berbincang dengan Aryo, salah satu pengurus Masjid Perahu ini.

"Perahu ini terinspirasi dari kisah Nabi Nuh saat itu yang mengajak umatnya untuk naik ke perahu agar selamat dari azab Allah berupa air bah," tutur Aryo kepada Sindonews.com, Rabu 1 Juli 2015.

Dari Kisah Nabi Nuh inilah, lanjut Aryo kita bisa meneladani ajakan untuk beribadah. Dalam kisah tersebut,anak dan istrinya tidak mau diajak ikut serta beserta Nabi Nuh umatnya pun juga tidak terlalu banyak yang ikut.

Kapal ini bukan hanya sebagai hiasan, namun juga memiliki fungsi sebagai tempat wudhu. Ada lima keran air di masing-masing sisi untuk tempat wudhu pria maupun wanita serta dilengkapi kamar mandi.

Sebelum masuk masjid terdapat seonggok fosil kayu yang cukup besar dengan diameter 50 cm dan panjang sekitar 100 cm di taruh depan pintu masuk.

Di bagian dalam masjid, khususnya di tempat shalat imam dan mimbar, dindingnya dipenuhi dengan ukiran Ayat Kursi dan An Nur. Empat Tiang penyangganya yang terbuat dari kayu jati, tak luput dari ukiran-ukiran.

"Ini semua asli dari pohon jati bunder. Yang di bagian depan sudah agak rapuh agak kopong gitu," tambahnya.

Bergeser ke ruang perpustakaan, ada sebuah Alquran raksasa berukuran sekitar 2x1,5 meter dengan ketebalan sekitar 30-an centimeter. Kulit luarnya terbuat dari kayu jati yang berukir.

Mushaf ini selesai dibuat sekitar akhir 90-an oleh salah seorang ustaz dan penyelesaiannya memakan waktu beberapa tahun.Alquran itu dikelilingi oleh batu akik yang dibingkai dengan kotak kaca. Di halaman masjid terdapat sebuah bedug besar yang dikandangi dengan teralis besi.

"Dulu kan di sini rumah masih pada jarang, apartemen belum ada. Itu bedug pas dipukul suaranya bisa sampai ke Kuningan. Lah kalau sekarang bedug dipukul bisa-bisa kita kena omel warga. Karena tempatnya udah sempit dan rumah udah jadi apartemen," terang Aryo.

Puas berkeliling Masjid Perahu, Aryo pun bercerita, tempat ibadah ini sudah dibangun sebelum apartemen digagas. Beberapa perumahan warga digusur dan disulap menjadi tower apartemen. Masjid Perahu ini akan tetap tegak berdiri sebagai tempat beribadah kaum muslim.
(lis)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2465 seconds (0.1#10.140)