Ikan dan Kucing
A
A
A
Ketika memiliki uang cukup banyak, Nasrudin (tokoh sufi) membeli ikan di pasar dan membawanya ke rumah.
Ketika istrinya melihat ikan yang banyak itu, ia berpikir. ”Oh sudah lama aku tidak mengundang teman-temanku makan di sini.”
Ketika malam itu, Nasrudin pulang kembali, ia berharap ikannya sudah dimasakkan untuknya. Alangkah kecewanya ia melihat ikan-ikanya itu sudah habis, tingal duri-durinya saja.
“Siapa yang menghabiskan ikan sebanyak ini?”
Istrinya menjawab, ”Kucingmu itu, tentu saja. Mengapa kau pelihara kucing yang nakal dan rakus itu!”
Nasrudin pun makan malam dengan seadanya saja. Setelah makan, dipanggilnya kucingnya, dibawanya ke kedai terdekat, diangkatnya ketimbangan, dan ditimbangnya.
Lalu ia pulang ke rumah, dan berkata cukup keras.
“Ikanku tadi dua kilo beratnya. Yang barusan aku timbang ini juga dua kilo. Kalau kucingku dua kilo, mana ikannya? Dan kalau dua kilo ini ikan, lalu mana kucingnya?”
Ketika istrinya melihat ikan yang banyak itu, ia berpikir. ”Oh sudah lama aku tidak mengundang teman-temanku makan di sini.”
Ketika malam itu, Nasrudin pulang kembali, ia berharap ikannya sudah dimasakkan untuknya. Alangkah kecewanya ia melihat ikan-ikanya itu sudah habis, tingal duri-durinya saja.
“Siapa yang menghabiskan ikan sebanyak ini?”
Istrinya menjawab, ”Kucingmu itu, tentu saja. Mengapa kau pelihara kucing yang nakal dan rakus itu!”
Nasrudin pun makan malam dengan seadanya saja. Setelah makan, dipanggilnya kucingnya, dibawanya ke kedai terdekat, diangkatnya ketimbangan, dan ditimbangnya.
Lalu ia pulang ke rumah, dan berkata cukup keras.
“Ikanku tadi dua kilo beratnya. Yang barusan aku timbang ini juga dua kilo. Kalau kucingku dua kilo, mana ikannya? Dan kalau dua kilo ini ikan, lalu mana kucingnya?”
(lis)