Kehidupan Nabi Sebelum Menikah
A
A
A
Di masa mudanya, Nabi Muhammad SAW tidak memiliki pekerjaan tetap. Namun banyak riwayat menyebutkan bahwa beliau bekerja sebagai penggembala kambing di perkampungan Bani Sa’ad. Selain itu terdapat juga riwayat lain menyebutkan bahwa beliau menggembalakan kambing penduduk Mekkah dengan upah beberapa qirath (salah satu bentuk dinar).
Sebagaiamana Beliau pernah bersabda: “Tidaklah seorang Nabi diutus melainkan ia menggembala kambing”. Para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga?” Beliau menjawab, “Iya, dulu aku menggembala kambing penduduk Mekkah dengan upah beberapa qirath”. (HR Al-Bukhari)
Setelah kakek Beliau wafat, Rasulullah SAW diasuh oleh seorang paman bernama Abu Thalib. Abu Thalib sangat menyayangi Nabi Muhammad SAW sebagaimana anaknya sendiri. Di masa mudanya, sang paman mengajari Rasulullah SAW cara-cara berdagang (berbisnis).
Bahkan mengajaknya pergi bersama untuk berdagang ke negeri Syam pada saat Rasulullah SAW baru berusia 12 tahun. Tidak heran jika beliau telah pandai berdagang sejak berusia belasan tahun. Kesuksesan Rasulullah SAW dalam berbisnis tidak terlepas dari kejujuran dan sifat amanahnya.
Penduduk kafir Quraish Makkah juga mengakui kejujuran Rasulullah SAW sehingga beliau digelari As-Shiddiq. Selain itu, Muhammad juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan tidak pernah sekali-kali mengkhianatinya. Tidak heran jika beliau mendapat julukan Al-Amin (Terpercaya).
Menurut sejarah, tercatat bahwa Muhammad SAW telah melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri di antaranya ke Syam (Suriah), Bahrain, Yordania dan Yaman. Dalam semua perjalanan itu, Nabi SAW selalu mendapatkan kesuksesan besar dan tidak pernah mendapatkan kerugian.
Disebutkan juga dalam Kitab Shirah Nabawiyah, ketika Nabi berusia 25 tahun, beliau pergi berdagang ke negeri Syam dengan membawa modal dari Khadijah (radhiallahu’anha), pengusaha kaya Makkah yang ketika itu belum menjadi istri beliau. Khadijah pertama kali mengenal Rasulullah SAW ketika ia hendak mengirim kafilah dagang ke negeri Syam.
Ibnu Ishaq berkata dalam Sirah Ibnu Hisyam, dinukil dari Ar Rahiqul Makhtum bahwa Khadijah binti Khuwailid ketika itu adalah pengusaha wanita yang memiliki banyak harta dan memiliki kedudukan terhormat. Ia mempekerjakan orang-orang untuk menjalankan usahanya dengan sistem mudharabah (bagi hasil) sehingga para pekerjanya pun mendapat keuntungan.
Kaum Quraisy memang dikenal sebagai kaum pedagang. Kala itu, Khadijah mendengar tentang kejujuran Rasulullah (saat itu belum diutus menjadi Rasul). Khadijah juga kagum dengan sifat amanah dan kemuliaan akhlak beliau.Maka ia pun mengutus orang untuk menemui Rasulullah. Khadijah menawarkan beliau untuk menjual barang-barangnya ke negeri Syam, didampingi seorang budaknya Khadijah yang bernama Maisarah. Khadijah pun memberi imbalan istimewa kepada beliau yang tidak diberikan kepada para pedagangnya yang lain. Rasulullah pun menerima tawaran itu dan lalu berangkat dengan barang dagangan Khadijah bersama budaknya yaitu Maisarah sampai ke negeri Syam.
Dari kisah singkat ini disimpulkan bahwa Khadijah tertarik dengan Rasulullah SAW karena kemuliaan akhlak beliau. Sebelum menikah dengan Nabi, diceritakan Khadijah pernah curhat ke sahabatnya Nafisah. Nafisah kemudian membantu menyampaikan niat Khadijah untuk minta dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW. Akhirnya Rasulullah SAW menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta.
Setelah menikah dengan Rasulullah SAW, bisnis Kadijah pun diserahkan sepenuhnya kepada Rasulullah SAW. Sedangkan Khadijah memilih untuk melayani dan membantu suami tercintanya, Muhammad SAW.
Sebagaiamana Beliau pernah bersabda: “Tidaklah seorang Nabi diutus melainkan ia menggembala kambing”. Para sahabat bertanya, “Apakah engkau juga?” Beliau menjawab, “Iya, dulu aku menggembala kambing penduduk Mekkah dengan upah beberapa qirath”. (HR Al-Bukhari)
Setelah kakek Beliau wafat, Rasulullah SAW diasuh oleh seorang paman bernama Abu Thalib. Abu Thalib sangat menyayangi Nabi Muhammad SAW sebagaimana anaknya sendiri. Di masa mudanya, sang paman mengajari Rasulullah SAW cara-cara berdagang (berbisnis).
Bahkan mengajaknya pergi bersama untuk berdagang ke negeri Syam pada saat Rasulullah SAW baru berusia 12 tahun. Tidak heran jika beliau telah pandai berdagang sejak berusia belasan tahun. Kesuksesan Rasulullah SAW dalam berbisnis tidak terlepas dari kejujuran dan sifat amanahnya.
Penduduk kafir Quraish Makkah juga mengakui kejujuran Rasulullah SAW sehingga beliau digelari As-Shiddiq. Selain itu, Muhammad juga dikenal sangat teguh memegang kepercayaan (amanah) dan tidak pernah sekali-kali mengkhianatinya. Tidak heran jika beliau mendapat julukan Al-Amin (Terpercaya).
Menurut sejarah, tercatat bahwa Muhammad SAW telah melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri di antaranya ke Syam (Suriah), Bahrain, Yordania dan Yaman. Dalam semua perjalanan itu, Nabi SAW selalu mendapatkan kesuksesan besar dan tidak pernah mendapatkan kerugian.
Disebutkan juga dalam Kitab Shirah Nabawiyah, ketika Nabi berusia 25 tahun, beliau pergi berdagang ke negeri Syam dengan membawa modal dari Khadijah (radhiallahu’anha), pengusaha kaya Makkah yang ketika itu belum menjadi istri beliau. Khadijah pertama kali mengenal Rasulullah SAW ketika ia hendak mengirim kafilah dagang ke negeri Syam.
Ibnu Ishaq berkata dalam Sirah Ibnu Hisyam, dinukil dari Ar Rahiqul Makhtum bahwa Khadijah binti Khuwailid ketika itu adalah pengusaha wanita yang memiliki banyak harta dan memiliki kedudukan terhormat. Ia mempekerjakan orang-orang untuk menjalankan usahanya dengan sistem mudharabah (bagi hasil) sehingga para pekerjanya pun mendapat keuntungan.
Kaum Quraisy memang dikenal sebagai kaum pedagang. Kala itu, Khadijah mendengar tentang kejujuran Rasulullah (saat itu belum diutus menjadi Rasul). Khadijah juga kagum dengan sifat amanah dan kemuliaan akhlak beliau.Maka ia pun mengutus orang untuk menemui Rasulullah. Khadijah menawarkan beliau untuk menjual barang-barangnya ke negeri Syam, didampingi seorang budaknya Khadijah yang bernama Maisarah. Khadijah pun memberi imbalan istimewa kepada beliau yang tidak diberikan kepada para pedagangnya yang lain. Rasulullah pun menerima tawaran itu dan lalu berangkat dengan barang dagangan Khadijah bersama budaknya yaitu Maisarah sampai ke negeri Syam.
Dari kisah singkat ini disimpulkan bahwa Khadijah tertarik dengan Rasulullah SAW karena kemuliaan akhlak beliau. Sebelum menikah dengan Nabi, diceritakan Khadijah pernah curhat ke sahabatnya Nafisah. Nafisah kemudian membantu menyampaikan niat Khadijah untuk minta dinikahi oleh Nabi Muhammad SAW. Akhirnya Rasulullah SAW menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta.
Setelah menikah dengan Rasulullah SAW, bisnis Kadijah pun diserahkan sepenuhnya kepada Rasulullah SAW. Sedangkan Khadijah memilih untuk melayani dan membantu suami tercintanya, Muhammad SAW.
(rhs)