Saat Abu Thalib Melamar Pekerjaan untuk Keponakannya kepada Khadijah

Minggu, 05 Juli 2020 - 08:02 WIB
loading...
Saat Abu Thalib Melamar...
Perjalanan sekali ini telah menghidupkan kembali kenangannya tentang perjalanan yang pertama dulu itu. Foto/Ilustrasi/Ist
A A A
Sayyidah Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan dihormati. Beliau mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya.

Ibnu Ishaq berkata: "Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang memiliki banyak harta dan bernasab baik. Dia menyewa banyak kaum lelaki untuk memperdagangkan hartanya dengan sistem bagi hasil".



Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Muhammad menyebut bawa Khadijah menjalankan dagangannya itu dengan bantuan ayahnya Khuwailid dan beberapa orang kepercayaannya.

Beberapa pemuka Quraisy pernah melamarnya, tetapi ditolaknya. “Ia yakin mereka itu melamar hanya karena memandang hartanya,” tulis Haekal.

Tatkala Abu Thalib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakannya yang ketika itu sudah berumur duapuluh lima tahun. ( )

"Anakku," kata Abu Thalib, "aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan kita juga. Aku mendengar, bahwa Khadijah mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga. Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?"

"Terserah paman," jawab Sayyidina Muhammad yang sudah ikut berdagang pamannya sejak usia 12 tahun. Perdagangan lintas negara. Beliau berdagang ke negeri Syam. Kini negeri Syam menjadi empat negara: Lebanon, Palestina, Suriah, Yordania. Nenek moyang Nabi, suku Quraisy adalah pedagang yang ulung.( )

Abu Thalibpun pergi mengunjungi Khadijah: "Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?" tanya Abu Thalib. "Aku mendengar engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi buat Muhammad aku tidak setuju kurang dari empat ekor."

"Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai," demikian jawab Sayyidah Khadijah.( )

Kembalilah sang paman kepada kemenakannya dengan menceritakan peristiwa itu. "Ini adalah rezeki yang dilimpahkan Tuhan kepadamu," katanya kepada Sayyidina Muhammad.

Setelah mendapat nasehat paman-pamannya, Sayyidina Muhammad pergi dengan Maisara, budak Khadijah. Mengambil jalan padang pasir, kafilah itupun berangkat menuju Syam, dengan melalui Wadi'l-Qura, Madyan dan Diar Thamud serta daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Sayyidina Muhammad dengan pamannya Abu Thalib tatkala umurnya baru duabelas tahun. ( )

Menurut Haekal, perjalanan sekali ini telah menghidupkan kembali kenangannya tentang perjalanan yang pertama dulu itu. Hal ini menambah dia lebih banyak bermenung, lebih banyak berpikir tentang segala yang pernah dilihat, yang pernah didengar sebelumnya: tentang peribadatan dan kepercayaan-kepercayaan di Syam atau di pasar-pasar sekeliling Makkah.



Setelah sampai di Bushra ia bertemu dengan agama Nasrani Syam. Ia bicara dengan rahib-rahib dan pendeta-pendeta agama itu, dan seorang rahib Nestoria juga mengajaknya bicara. Barangkali dia atau rahib-rahib lain pernah juga mengajak Sayyidina Muhammad berdebat tentang agama Nabi Isa, agama yang waktu itu sudah berpecah-belah menjadi beberapa golongan dan sekta-sekta.



Jatuh Cinta
Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Sayyidina Muhammad mampu benar memperdagangkan barang-barang Sayyidah Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira akan disukai oleh Khadijah.

Dalam perjalanan kembali kafilah itu singgah di Marr'-z-Zahran. Ketika itu Maisara berkata: "Muhammad, cepat-cepatlah kau menemui Khadijah dan ceritakan pengalamanmu. Dia akan mengerti hal itu."

( )

Sayyidina Muhammad berangkat dan tengah hari sudah sampai di Makkah. Ketika itu Sayyidah Khadijah sedang berada di ruang atas. Bila dilihatnya Sayyidina Muhammad di atas unta dan sudah memasuki halaman rumahnya, ia turun dan menyambutnya. Didengarnya Sayyidina Muhammad bercerita dengan bahasa yang begitu fasih tentang perjalanannya serta laba yang diperolehnya, demikian juga mengenai barang-barang Syam yang dibawanya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2560 seconds (0.1#10.140)