Kisah Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, Yuk Ambil Hikmahnya!

Sabtu, 26 Oktober 2019 - 05:15 WIB
Kisah Pertemuan Nabi...
Kisah Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, Yuk Ambil Hikmahnya!
A A A
Pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam (AS) dan Nabi Khidir AS adalah kisah luar biasa yang sarat hikmah. Allah menceritakannya dalam Alqur'an agar manusia mengambil iktibar betapa luasnya ilmu-Nya.

Dalam hadits riwayat Al-Bukhari, Ubay bin Ka'ab berkata ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam (SAW) bersabda: "Suatu ketika, Nabi Musa berkhotbah di depan bani Israil, lalu ia ditanya, 'Siapa manusia yang paling berilmu?' Musa menjawab: 'Aku'. Allah kemudian menegur Nabi Musa karena tidak menyatakan yang paling tahu adalah Allah. Allah kemudian mewahyukan kepadanya, "Sungguh, Aku memiliki seorang hamba-Ku di pertemuan antara dua lautan, dan lebih berilmu dari kamu."

Nabi Musa bertanya, "Ya Rabb, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya? Allah berfirman kepada Musa, "Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan itu menghilang maka di situlah hamba-Ku itu berada!"

Kemudian Nabi Musa pergi bersama seorang pelayan (ada yang mengatakan muridnya) bernama Yusya' bin Nun. Keduanya membawa ikan itu hingga keduanya tiba di sebuah batu besar. Mereka membaringkan tubuhnya sejenak lalu tertidur. Tiba-tiba ikan itu menghilang dari tempat tersebut. Ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut. Musa dan pelayannya merasa aneh.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir ini diabadikan dalam Surah Al-Kahfi. Berikut kisah selengkapnya:

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.'

Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, 'Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.'

Muridnya menjawab, 'Tahukah kamu, ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan; dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”

Musa berkata, "Itulah (tempat) yang kita cari." Lalu, keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.

Musa berkata kepada Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajariku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"

Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam satu urusan pun."

Dia berkata, "Jika kamu mengikutiku, janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."

Berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata, "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar."

Dia (Khidir) berkata, "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku?'

Musa berkata, "Janganlah kamu menghukumku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku."

Berjalanlah keduanya, hingga keduanya bertemu dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa kemudia berkata, "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar."

Khidir berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sungguh kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"

Musa berkata, ‘Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, janganlah kamu membolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."

Keduanya pun berjalan, hingga keduanya sampai di penduduk suatu negeri. Mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding itu.

Musa berkata, "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu."

Khidir berkata, "Inilah perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."

"Adapun bahtera (perahu) itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusak bahtera itu karena di hadapan mereka ada seorang raja (dzalim) yang merampas setiap bahtera."

"Adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang mukmin. Kami khawatir bahwa dia akan memaksa kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Kami menghendaki supaya Rabb mereka mengganti anak lain bagi mereka, yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih mendalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya)."

"Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan tidaklah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya'."
(Surah Al-Kahfi: ayat 60-82)

Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari pertemuan dua sosok manusia pilihan Allah itu. Di antaranya pelajaran berharga tentang adab, kesabaran, hakikat ilmu serta hikmah agar tidak menyombongkan diri. Kisah Nabi Musa dan Khidir ini telah mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa ilmu-Nya benar-benar Mahaluas.

Di dalam Kitab 'Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah' karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki diterangkan bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas adalah nabi yan hidup kekal sampai hari kiamat.

Nabi Khidir berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di lautan. Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling di sekitar gunung-gunung untuk memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di gunung. Allahu A'lam.
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1636 seconds (0.1#10.140)