Dalam kajian Ba'da Maghrib di Masjid Raya Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Habib Geys, bercerita panjang lebar tentang kedudukan guru dan adab-adab sebagai murid.
Diceritakan, ada kisah penuh hikmah ketika seorang ulama Tabi'in namanya Hisyam bin Amar hendak menuntut ilmu kepada ulama besar Imam Malik. Ketika itu Hisyam bin Amar masih kecil dari diberi bekal 10.000 Dinar oleh ayahnya. 1 Dinar setara Rp600.000, maka uangnya senilai Rp6 Miliar.
Uang itu diperuntukkan sebagai ongkos haji dan umrah sekaligus ongkos belajar kepada Imam Malik. Sesampainya di Madinah, Imam Malik menolak kehadiran Hisyam bin Amar karena masih kecil. Bukan Hasyim bin Amar saja, Imam Syafi'i juga pernah ditolak oleh Imam Malik ketika masih kecil.
Baca Juga:
Hisyam bin Amar berpikir ayahnya sudah menjual rumah senilai Rp6 miliar untuk pendidikannya, maka ia pun tak ingin pulang dengan tangan hampa. Lalu Imam Malik menyuruh muridnya mengajarkan Hisyam kecil dan ia dipukul 15 kali.
Lalu Hisyam kecil mengatakan akan menuntut di akhirat karena sudah memukulnya 15 kali. Lalu bagaimana aku bisa menebusnya? Hisyam kecil berkata, setiap sekali pukulan tebusannya 1 hadis.
Masya Allah, betapa hebatnya pengorbanan orang yang menuntut ilmu di zaman dulu. "Kalau sekarang dicubit sedikit saja, sudah bikin laporan. Di zaman dulu orang menuntut ilmu menghinakan dirinya. Sekarang guru dimarahin, dipukulin, dihina. Inilah akhir zaman," kata Habib Geys.
Jika ingin mencari guru, seorang murid harus beristikharah meminta etunjuk apakah orang ini pantas dijadikan Guru. Kemudian lihat adab dan akhlaknya.
"Pernah ada Qari' bacaannya bagus, tapi pas minum pakai tangan kiri. Kerusakan terbesar itu 'alim tapi jahil. Yang satu lagi orang awam berpenampilan layaknya orang 'alim. Dua jenis orang ini adalah fitnah terbesar bagi yang berpegang kepadanya," terang Habib Geys.