Pesan Keluhuran Al-Habib Ali Al-Jufri
A
A
A
Al-Habib Ahmad bin Novel bin Salim Jindan
Pengasuh Yayasan Al Hawthah Al Jindaniyah
Pengajar di Ponpes Al-Fachriyah Tangerang
Yayasan Al-Fachriyah Tangerang dan Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah menggelar perayaan maulid Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sekaligus peringatan haul ke-14 Al Habib Novel bin Salim bin Jindan pada hari Ahad, 11 Rabiul Akhir 1441H/8 Desember 2019. Adalah khas dari setiap perayaan maulid di Al-Fachriyah, suasana agung dari diangkatnya zikir dan ilmu dan tidak ada selain itu.
Bagaimana tidak? Sejak pukul 8 pagi hingga lepas zuhur, pondok yang didirikan Al-Walid Al Habib Novel bin Salim bin Jindan, digaungkan digemakan di dalamnya dizkir, salawat, pembacaan dan kajian hadis, serta maulid Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Hati, lisan, pendengaran, pemandangan, semua disinkronkan di sebuah suasana yang mendukung jamaah untuk khusu'. Menjadikan seluruh rangkaian acara menjadi sebenar-benarnya sebuah perayaan. Waktu 5 jam terasa cepat, tak lain karena suasana terasa nikmat.
Warisan Qalbun Salim
Al-Walid Al Habib Novel bin Salim bin Jindan, lahir pada tanggal 2 Rabiuts-Tsani 1361H/18 April 1942 dan wafat tanggal 25 Rabiuts-Tsani 1426H/3 Juni 2005. Beliau adalah sosok yang penuh khidmah, tulus dan semangat dalam berdakwah. Sejak tahun 1968, sepulangnya beliau menimba ilmu di Mekkah, beliau mulai berdakwah mendampingi ayah beliau, Al Habib Salim bin Jindan. Beliau dikenang sebagai sosok yang pemurah dan pemaaf, gemar menyambung silaturahmi ke siapa pun, termasuk kepada orang-orang yang berbeda pemikiran dan mencaci beliau.
Beliau menganggap gangguan dalam dakwah adalah hal lumrah. Beliau mempersilakan orang yang mencaci beliau untuk berbicara di mimbar beliau. Beliau memuji orang tersebut dan perbuatan ini lebih jauh dari sekadar memaafkan. Hal yang tidak mungkin dilakukan kecuali karena hati yang 'salim'. Beliau juga dikenang sebagai sosok yang melazimkan qiyamul-lail, salat malam, beribadah sejak sebelum subuh, meskipun dalam keadaan sakit dan menjelang wafatnya.
Perjuangan dan keberkahan dari sosok Al-Habib Novel bin Salim bin Jindan sungguh tampak dari anak keturunan beliau, sebagai mana sebuah riwayat: "Imam Fakhrul Wujud tatkala diberi pilihan oleh Allah apakah menginginkan ilmu yang luas ataukah kesucian hati (qalbun salim), maka Syaikh Abu Bakr bin Salim memilih qalbun salim untuk anak keturunannya".
Pesan Al-Habib Ali Al-Jufri
Keutamaan menjaga kesucian hati juga menjadi salah satu inti nasihat yang disampaikan oleh tetamu yang mulia, Ad-Dai Ilallah Al Allamah Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri . Al Habib Ali menyampaikan perbedaan yang ada pada ulama terdahulu adalah perbedaan argumentasi dan pemikiran ilmiah dan bukan perbedaan pada nafsu dan kesucian hati. Sehingga para ulama terdahulu tidak mencaci, berkata kotor, maupun ghibah, meskipun mereka berbeda pendapat ataupun dengan alasan membela agama Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa aalihi washahbihi wa sallam.
Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri menyerukan kepada para pendakwah, untuk menjaga lisan dan berakhlak baik kepada semua manusia, baik muslim maupun non muslim. Al Habib Ali mencontohkan bahwa tanpa perangai dan akhlak budi yang luhur, Indonesia tidak akan menjadi negara Islam terbesar.
Dakwah yang dibawa Wali Songo di masa dahulu dengan kondisi keterbatasa penyampaian bahasa. Namun, dakwah mereka diterjemahkan dengan pancaran hati yang bersih dan muamalah yang baik kepada sesama, maka cahaya pun masuk dan mudah diterima. Bukan karena ucapan, tetapi karena raut wajah dan akhlak yang penuh rahmat.
Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri berpesan kepada kita semua untuk menjadikan akhlak kita sebagai cermin akhlak Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa aalihi washahbihi wasallam. Perhatikan akhlak Nabi, sebarkan akhlak nabi. Sungguh orang-orang haus akan akhlak Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa aalihi washahbihi wa sallam dan dengan perbaikan akhlak ini, Islam akan terpancar kembali. Wallahu A'lam.
Pengasuh Yayasan Al Hawthah Al Jindaniyah
Pengajar di Ponpes Al-Fachriyah Tangerang
Yayasan Al-Fachriyah Tangerang dan Yayasan Al-Hawthah Al-Jindaniyah menggelar perayaan maulid Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sekaligus peringatan haul ke-14 Al Habib Novel bin Salim bin Jindan pada hari Ahad, 11 Rabiul Akhir 1441H/8 Desember 2019. Adalah khas dari setiap perayaan maulid di Al-Fachriyah, suasana agung dari diangkatnya zikir dan ilmu dan tidak ada selain itu.
Bagaimana tidak? Sejak pukul 8 pagi hingga lepas zuhur, pondok yang didirikan Al-Walid Al Habib Novel bin Salim bin Jindan, digaungkan digemakan di dalamnya dizkir, salawat, pembacaan dan kajian hadis, serta maulid Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Hati, lisan, pendengaran, pemandangan, semua disinkronkan di sebuah suasana yang mendukung jamaah untuk khusu'. Menjadikan seluruh rangkaian acara menjadi sebenar-benarnya sebuah perayaan. Waktu 5 jam terasa cepat, tak lain karena suasana terasa nikmat.
Warisan Qalbun Salim
Al-Walid Al Habib Novel bin Salim bin Jindan, lahir pada tanggal 2 Rabiuts-Tsani 1361H/18 April 1942 dan wafat tanggal 25 Rabiuts-Tsani 1426H/3 Juni 2005. Beliau adalah sosok yang penuh khidmah, tulus dan semangat dalam berdakwah. Sejak tahun 1968, sepulangnya beliau menimba ilmu di Mekkah, beliau mulai berdakwah mendampingi ayah beliau, Al Habib Salim bin Jindan. Beliau dikenang sebagai sosok yang pemurah dan pemaaf, gemar menyambung silaturahmi ke siapa pun, termasuk kepada orang-orang yang berbeda pemikiran dan mencaci beliau.
Beliau menganggap gangguan dalam dakwah adalah hal lumrah. Beliau mempersilakan orang yang mencaci beliau untuk berbicara di mimbar beliau. Beliau memuji orang tersebut dan perbuatan ini lebih jauh dari sekadar memaafkan. Hal yang tidak mungkin dilakukan kecuali karena hati yang 'salim'. Beliau juga dikenang sebagai sosok yang melazimkan qiyamul-lail, salat malam, beribadah sejak sebelum subuh, meskipun dalam keadaan sakit dan menjelang wafatnya.
Perjuangan dan keberkahan dari sosok Al-Habib Novel bin Salim bin Jindan sungguh tampak dari anak keturunan beliau, sebagai mana sebuah riwayat: "Imam Fakhrul Wujud tatkala diberi pilihan oleh Allah apakah menginginkan ilmu yang luas ataukah kesucian hati (qalbun salim), maka Syaikh Abu Bakr bin Salim memilih qalbun salim untuk anak keturunannya".
Pesan Al-Habib Ali Al-Jufri
Keutamaan menjaga kesucian hati juga menjadi salah satu inti nasihat yang disampaikan oleh tetamu yang mulia, Ad-Dai Ilallah Al Allamah Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri . Al Habib Ali menyampaikan perbedaan yang ada pada ulama terdahulu adalah perbedaan argumentasi dan pemikiran ilmiah dan bukan perbedaan pada nafsu dan kesucian hati. Sehingga para ulama terdahulu tidak mencaci, berkata kotor, maupun ghibah, meskipun mereka berbeda pendapat ataupun dengan alasan membela agama Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa aalihi washahbihi wa sallam.
Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri menyerukan kepada para pendakwah, untuk menjaga lisan dan berakhlak baik kepada semua manusia, baik muslim maupun non muslim. Al Habib Ali mencontohkan bahwa tanpa perangai dan akhlak budi yang luhur, Indonesia tidak akan menjadi negara Islam terbesar.
Dakwah yang dibawa Wali Songo di masa dahulu dengan kondisi keterbatasa penyampaian bahasa. Namun, dakwah mereka diterjemahkan dengan pancaran hati yang bersih dan muamalah yang baik kepada sesama, maka cahaya pun masuk dan mudah diterima. Bukan karena ucapan, tetapi karena raut wajah dan akhlak yang penuh rahmat.
Habib Ali bin Abdurrahman Al Jufri berpesan kepada kita semua untuk menjadikan akhlak kita sebagai cermin akhlak Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa aalihi washahbihi wasallam. Perhatikan akhlak Nabi, sebarkan akhlak nabi. Sungguh orang-orang haus akan akhlak Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa aalihi washahbihi wa sallam dan dengan perbaikan akhlak ini, Islam akan terpancar kembali. Wallahu A'lam.
(rhs)