Beginilah Sakaratul Maut dan Kisah Nabi Isa Menghidupkan Orang Mati (1)

Selasa, 14 Januari 2020 - 05:15 WIB
Beginilah Sakaratul Maut dan Kisah Nabi Isa Menghidupkan Orang Mati (1)
Beginilah Sakaratul Maut dan Kisah Nabi Isa Menghidupkan Orang Mati (1)
A A A
Sehebat apapun manusia dan penduduk bumi tidak akan bisa lari dari sakaratul maut. Bahkan Malaikat pencabut nyawa akan merasakan mati. Semuanya musnah kecuali Allah Ta'ala, Zat yang Maha Mulia dan Maha Hidup.

Betapa dahsyatnya sakaratul maut hingga Rasulullah SAW sendiri pernah merasakannya. Dalam sebuah hadis riwayat Al-Bukhari dari Anas bin Malik RA, ia berkata: "Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah RA (putri Rasulullah) berkata: 'Alangkah berat penderitaanmu ayahku'. Beliau SAW menjawab: 'Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini".

Ulama besar kelahiran Khurasan (Uzbekistan) yang dijuluki Al-Faqih, Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) mengulas dahsyatnya sakaratul maut dalam Kitab Tanbihul Ghafilin (peringatan bagi orang yang lalai). Beliau menukil beberapa hadis Nabi yang becerita tentang kematian.

Abu Laits dengan sanadnya dari Jabir RA berkata bahwa Nabi Muhammad bersabda yang artinya: "Kami boleh bercerita tentang Bani Israil, dan tidak ada dosa, karena pada mereka telah terjadi berita-berita yang aneh-aneh."

Kemudian Rasulullah menceritakan: "Suatu hari serombongan Bani Israil keluar sehingga sampai di perkuburan, lalu mereka berkata: "Andaikata kita sembahyang di sini kemudian berdoa kepada Tuhan supaya keluar salah seorang yang telah mati di sini lalu menerangkan kepada kita bagaimana soal mati. Maka sembahyanglah mereka kemudian berdoa, tiba-tiba ada orang menonjolkan kepalanya dari kuburan berupa hitam, lalu bertanya: "Hai kaum, apakah maksudmu, demi Allah saya telah mati sejak 90 tahun yang lalu, maka hingga kini belum hilang juga rasa pedihnya mati. Karena itu berdoalah kamu kepada Allah untuk mengembalikan aku sebagaimana tadi. Padahal orang itu di antara kedua matanya terdapat tanda bekas sujud."

Kisah lain disebutkan, Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata: "Ayahku sering berkata: "Aku heran dengan orang yang akalnya sehat ketika didatangi maut mengapa tidak menerangkan sifat maut itu." Kemudian ia (Amr bin Ash) didatangi sakaratul maut dalam keadaan sadar, aku berkata kepadanya: "Ayah, engkau dulu heran terhadap orang yang akalnya sehat mengapa tidak menceritakan tentang maut?"

Lalu Amr bin Ash menjawab: "Anakku, maut itu sangat ngeri dan dahsyat. Tidak dapat disifatkan tetapi aku akan menerangkan sedikit padamu. Demi Allah, ia bagaikan bukit radhwa di atas bahuku, sedang rohku seakan-akan keluar dari lubang jarum. Sedang dalam tubuhku seolah-olah ada pohon berduri, sedang langit seakan-akan rapat dengan bumi dan aku di tengah-tengahnya. Wahai putraku, sebenarnya aku telah mengalami tiga masa. Pertama, aku kafir dan pernah berusaha membunuh Nabi Muhammad, maka alangkah celaka diriku sekiranya aku mati pada masa itu. Kedua, kemudian aku mendapat hidayah sehingga masuk Islam dan sangat mencintai Nabi Muhammad SAW hingga aku selalu diangkat menjadi pemimpin pasukan yang dikirimnya. Alangkah bahagianya sekiranya aku mati ketika itu, niscaya aku akan mendapat doa restu Nabi Muhammad. Kemudian ketiga, kami sibuk dengan urusan dunia, karena itu aku tidak mengetahui bagaimana keadaanku di sisi Allah Ta'ala."

Abdullah bin Amr berkata: "Maka aku tidak bangun dari tempatnya sehingga mati di saat itu. Rahimahullah."

Umar bin Khattab RA pernah bertanya kepada Ka'ab: "Terangkanlah kepada kami tentang maut." Ka'ab berkata: "Maut itu bagaikan pohon berduri dimasukkan ke dalam tubuh anak Adam. Maka tiap duri berkait dengan urat, lalu dicabut oleh seorang yang kuat sehingga dapat memutuskan apa yang terputus, dan meninggalkan apa yang masih tinggal."

Ali bin Abi Thalib RA berkata: "Nabi Muhammad melihat Malaikat Maut di dekat kepala seorang sahabat Anshar, maka Nabi berkata kepadanya: 'Kasihanilah sahabatku karena ia seorang mukmin.' Jawab Malaikat Maut: 'Terimalah kabar baik Wahai Rasulullah, bahwa aku sangat belas kasihan terhadap tiap mukmin. Demi Allah, Ya Muhammad, aku mencabut roh seorang anak Adam, apabila ada orang menjerit dari keluarganya, aku katakan: 'Mengapa menjerit, demi Allah kami tidak berbuat aniaya dan tidak mendahului ajalnya, maka kami tidak salah dalam mencabut rohnya. Apabila kamu rela dengan hukum Allah kamu mendapat pahala, dan jika kamu murka dan mengeluh kamu berdosa, dan kamu jangan mencela kami, sebab masih akan kembali maka berhati-hatilah kamu. Dan tidak ada penduduk rumah batu atau bambu, kain bulu di darat atau laut melainkan aku perhatikan wajahnya tiap kali lima kali. Demi Allah Ya Muhammad, andaikan aku akan mencabut roh nyamuk tidak akan bisa kecuali mendapat perintah dari Allah untuk mencabutnya."

Rasulullah ketika menasihati seseorang, Beliau bersabda: "Pergunakanlah lima sebelum tibanya lima, masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, kayamu sebelum miskinmu, dan hidupmu sebelum matimu."

Kisah lain diceritakan, Nabi Isa 'alaihissalam biasa menghidupkan orang mati, maka Beliau ditegur oleh orang kafir dengan berkata: "Engkau hanya dapat menghidupkan orang yang baru mati, kemungkinan belum mati benar orang itu. Maka coba hidupkan orang yang dulu-dulu itu."

Bersambung...
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8721 seconds (0.1#10.140)