Derbent, Gerbang Masuknya Islam ke Rusia pada 642 Masehi (1)

Jum'at, 24 Januari 2020 - 21:27 WIB
Derbent, Gerbang Masuknya Islam ke Rusia pada 642 Masehi (1)
Derbent, Gerbang Masuknya Islam ke Rusia pada 642 Masehi (1)
A A A
Fauzi Bustami
WNI yang Tinggal di Rusia


Banyak orang Indonesia masih menyimpan image bahwa negara Rusia adalah perpanjangan dari negara Uni Soviet yang komunis, anti-Tuhan (Atheis), anti-Islam dan otoritarian. Padahal, paskaruntuhnya Uni Soviet pada akhir 1991 dan berdirinya Federasi Rusia, kehidupan beragama termasuk Islam telah berkembang dengan sangat cepat di negeri ini.

Diperkirakan terdapat tidak kurang dari 8.000 masjid baru yang dibangun dalam 25 tahun terakhir. Pemeluk agama Islam pun telah berkembang hingga diperkirakan tidak kurang dari 25 juta orang atau sekitar 17% dari total penduduk negara Beruang Merah ini, yang berarti lebih banyak dari umat muslim di Malaysia. Bahkan, Ketua Dewan Mufti Rusia Sheikh Ravil Gaynutdin pernah mengatakan bahwa dalam 15 tahun ke depan Umat Islam diperkirakan akan berjumlah 30 persen dari total penduduk Rusia.

Pemerintah Rusia mengakui Islam sebagai agama tradisional, berbeda dengan Islam di Eropa yang dianggap agama imigran. Hal ini karena agama Islam telah masuk ke Rusia bahkan jauh sebelum negara ini terbentuk. Masih terdapat perselisihan mengenai kapan tepatnya Islam masuk ke Rusia.

Dalam beberapa sumber literatur dikatakan bahwa Islam telah masuk ke Rusia sejak awal-awal hijriah. Hal ini terbukti dengan adanya makam 40 Sahabat Nabi Muhammad SAW di daerah Derbent, Republik Dagestan yang bertarikh 642 Masehi. Mereka adalah orang-orang muslim Arab yang paling awal melakukan syiar ke negeri ini.

Derbent terletak di wilayah paling selatan Rusia, kawasan Kaukasus Utara, yang berbatasan langsung dengan Azerbaijan di selatan, Georgia di barat dan Laut Kaspia di timur. Kota ini merupakan kota tertua di Rusia, diperkirakan berdiri sejak abad 8 sebelum Masehi. Letaknya yang strategis, sebagai perlintasan Silk Route yang menghubungkan Timur Tengah dengan Eropa mendorong berbagai kekuatan asing untuk menguasainya, termasuk bangsa Persia, Arab, Turki, Shirvan, dan Timurid.

Khalifah Islam terkenal Harun Al Rasyid tercatat juga pernah tinggal di Derbent beberapa kali dan berhasil meningkatkan reputasi kota ini sebagai pusat seni dan perdagangan. Pentingnya posisi Derbent telah mendorong Kekaisaran Rusia beberapa kali melakukan upaya untuk menguasai Derbent yang saat itu di bawah kekuasaan Persia.

Upaya pertama dilakukan oleh Tsar Peter yang Agung pada tahun 1722-1723 dengan melakukan perang terhadap Persia dan untuk beberapa lama berhasil menduduki Derbent. Namun demikian, setelah adanya Treaty of Ganja antara Kekaisaran Rusia dan Safavid Iran pada 1735, Rusia terpaksa menyerahkannya kembali ke Persia. Pada 1796, Rusia kembali menyerang Derbent, namun kembali gagal.

Barulah pada abad ke-19, sebagai hasil perang Rusia-Persia (1804-1813) dan melalui Perjanjian Gulistan tahun 1813, Iran terpaksa menyerahkan Derbent, dan Dagestan secara umum, kepada Rusia dan menjadikannya bagian yang tidak terpisahkan dari Rusia hingga saat ini.

Komunitas Muslim diperkirakan terbentuk di Derbent setelah tahun 660-an, paskajatuhnya Persia ke tangan Kaum Muslimin Arab. Sebelum kedatangan Bangsa Arab, Derbent berada dalam kekuasaan bangsa Persia. Sejak itu, kota ini menjadi pusat penyebaran agama Islam ke Kawasan Kaukasus, Tatarstan, Siberia dan juga Rusia Utara.

Daerah ini kemudian menjadi spiritual home. Karena peran pentingnya tersebut, Derbent juga dinamakan oleh bangsa Arab sebagai "Baab Al-Abwab" yang berarti pintu dari segala pintu. Karena dari sinilah cahaya Islam dipancarkan ke seluruh kawasan Rusia.

(Bersambung)
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3081 seconds (0.1#10.140)