Doa Sapu Jagat untuk Meraih Tujuh Indikator Kebahagiaan Dunia
A
A
A
Berdoa punya peranan sangat penting bagi manusia. Doa merupakan permohonan sekaligus pengakuan seorang manusia bahwa hanya kepada Allah tempat meminta. Kita mengimani bahwa meskipun Allah Mahapengatur, Allah masih memberikan celah bagi hamba-Nya untuk menyampaikan keinginannya supaya terpenuhi.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (Q.S Ghafir ayat 60).
Ali bin Muhammad Al Mawardi dalam kitab Al Nukat wa Al 'Uyun Tafsir Al Mawardi, menjelaskan pandangan As Sadiy tentang makna kata 'ud'uni' dalam Surat Ghafur ayat 60. Menurut As Sadiy, kata tersebut bermakna perintah agar manusia meminta segala sesuatu kepada Allah.
Lafal doa yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah SAW adalah doa sapu jagat, yaitu doa kebaikan secara umum yang mencakup dunia dan akhirat. Intensitas yang tinggi menunjukkan betapa pentingnya doa ini. Hal ini dapat diketahui dari kesaksian para sahabatnya sebagaimana riwayat hadits berikut ini:
عن أنس قال كان أكثر دعاء النبي صلى الله عليه وسلم اللهم ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
Artinya, “Dari Anas, ia berkata, ‘Kebanyakan doa yang dibaca Rasulullah SAW adalah ‘Allāhumma, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār, ’’” (HR Bukhari dan Muslim).
Kita dianjurkan untuk banyak membaca doa sapu jagat, Doa ini mengandung banyak keutamaan karena besarnya cakupan permohonan kebaikan. Lafal doa sapu jagat adalah sebagai berikut:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbanā, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār
Artinya, “Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.”
Lafal doa ini dikutip dari Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 201.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya, “Di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.’”
Sebab turunnya Ayat ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas, katanya, “Suatu golongan dari kalangan Arab biasa datang ke tempat berwukuf lalu berdoa, ‘Ya Allah! Jadikanlah tahunku ini tahun hujan dan tahun kesuburan, serta tahun kasih sayang dan kebaikan,’ tanpa menyebut-nyebut soal akhirat walau sedikit pun.” Allah pun menurunkan tentang mereka, “Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Ya Tuhan kami berilah kami (kebaikan) di dunia, tetapi tiadalah bagian di akhirat.’ (Q.S. Al-Baqarah 200). Setelah itu datanglah golongan lain yakni orang-orang beriman yang memohon, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka. Mereka itulah yang beroleh bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.'” (Q.S. Al-Baqarah 201)
Dalam elaborasinya, para ahli tafsir mengatakan bahwa kebaikan di dunia adalah kesejahteraan dan kebahagiaan. Keduanya meliputi tiga dimensi: ruhani (mental dan spiritual), jasmani (tubuh), dan sosial. Kesejahteraan yang pertama meliputi, antara lain, kecerdasan intelektual, moral dan mental. Kesejahteraan kedua mencakup tubuh yang tidak cacat, tidak luka, kuat, dan indah. Sementara kebaikan yang ketiga adalah kemampuan ekonomi dan kehormatan diri.
Ahli tafsir terkemuka, Fakhr al-Din al-Razi, berpendapat bahwa kebaikan dunia adalah hidup aman, anak-anak (generasi) yang saleh (berakhlak mulia), istri yang salehah (berakhlak mulia), rizki halal yang mencukupi dan aman dari kekerasan. (Al-Tafsir al-Kabir).
Ibn Katsir, ahli tafsir lain, mengatakan bahwa doa sapu jagat mengandung semua tindakan yang membawa kebaikan dan menjauhkan diri dari semua keburukan. Kebaikan di dunia meliputi tubuh yang tidak berpenyakit (‘afiah), rumah yang lapang, pasangan yang menarik, rezeki yang cukup, ilmu yang bermanfaat, amal saleh (kerja-kerja yang baik), kendaraan yang nyaman, dan kehormatan diri yang terjaga. Sementara kebaikan di akhirat adalah kebahagiaan dan surga. (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim).
Indikator kebahagiaan dunia
Suatu hari Ibnu Abbas RA, seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Beliau menjawab ada ada 7 indikator.
1) Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur, selalu menerima apa adanya (qona’ah), tidak ada ambisi berlebih, tidak ada stress, inilah nikmatnya hati yang selalu bersyukur. Bila sedang kesulitan segera ingat sabda Rasulullah SAW: "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “mantap” dan “makin mantap” bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan lebih besar lagi. Berbahagialah orang yang pandai bersyukur!!!
2) Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang saleh.
Pasangan hidup saleh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang saleh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai kepala keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesalehan. Berbahagialah menjadi istri memiliki suami saleh, yang pasti dia akan bekerja keras mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang saleh. Begitupula istri yang salehah, memiliki kesabaran dan keikhlasan luar biasa melayani suaminya. Berbahagialah suami yang memiliki istri yang saleh.
3) Al auladun abrar, yaitu anak yang saleh.
Suatu cerita saat Rasulullah SAW thawaf, bertemu dengan anak muda pundaknya lecet-lecet. Selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya; "Kenapa pundakmu itu?" Jawab anak muda : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, mempunyai ibu yang sudah uzur. Saya sangat mencintai dan tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan hanya ketika buang hajat, ketika salat, atau ketika istirahat, selain itu selalu menggendongnya". Lalu anak muda bertanya: "Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk orang yang sudah berbakti kepada orang tua?" Rasulullah SAW memeluk anak muda dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang saleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadis ini, gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup membalas cinta dan kebaikan orang tua, namun paling tidak bisa memulai dengan menjadi anak yang saleh, do’a anak aleh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah bila memiliki anak saleh.
4) Albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
Lingkungan yang kondusif, di antaranya ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikan sahabat karib, harus orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam hadits, Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang saleh. Orang-orang saleh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila berbuat salah. Orang-orang saleh adalah orang-orang bahagia karena nikmat iman dan Islam selalu terpancar pada wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut ikut menyinari orang-orang yang di sekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi orang-orang saleh.
5) Al malul halal, atau harta yang halal.
Di dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya tetapi halalnya. Tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah bertemu seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya di dapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”.
Berbahagialah jadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, hingga memberi ketenangan hidupnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
6) Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin belajar, semakin terangsang belajar lebih jauh lagi ilmu Allah SWT. Allah SWT menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin belajar semakin cinta kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Inilah yang akan memberi cahaya hatinya. Semangat memahami agama menghidupkan hatinya, hati yang hidup selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan Iman. Berbahagialah orang bersemangat memahami ilmu agama Islam.
7) Umur yang barokah.
Umur yang baroqah, artinya semakin tua semakin saleh, setiap detik waktunya diisi amal ibadah. Katanya; seorang yang mengisi hidup untuk kebahagiaan dunia semata, hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Di samping itu pikirannya bias terfocus, bagaimana cara menikmati sisa hidupnya, sibuk berangan-angan kenikmatan dunia yang belum sempat dirasakan, hati kecewa tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedang yang mengisi umurnya dengan mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah), semakin tua semakin rindu bertemu Sang Pencipta. Hari tuanya akan diisi dengan bermesra-mesra bersama Sang Maha Pengasih dan Penyayang. Tidak ada rasa takut meninggalkan dunia, bahkan penuh harap segera merasakan keindahan alam kehidupan berikut seperti yang dijanjikan Allah SWT. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya. Berbahagialah orang-orang yang umurnya barokah.
Bagaimana caranya agar dikaruniakan Allah SWT ke-7 butir indikator kebahagiaan dunia tersebut? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka amat baik dan tidak ada salahnya dengan rajin, sering dan khusyuk mohon kepada Allah SWT membaca doa “sapu jagat”.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
"Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (Q.S Ghafir ayat 60).
Ali bin Muhammad Al Mawardi dalam kitab Al Nukat wa Al 'Uyun Tafsir Al Mawardi, menjelaskan pandangan As Sadiy tentang makna kata 'ud'uni' dalam Surat Ghafur ayat 60. Menurut As Sadiy, kata tersebut bermakna perintah agar manusia meminta segala sesuatu kepada Allah.
Lafal doa yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah SAW adalah doa sapu jagat, yaitu doa kebaikan secara umum yang mencakup dunia dan akhirat. Intensitas yang tinggi menunjukkan betapa pentingnya doa ini. Hal ini dapat diketahui dari kesaksian para sahabatnya sebagaimana riwayat hadits berikut ini:
عن أنس قال كان أكثر دعاء النبي صلى الله عليه وسلم اللهم ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار
Artinya, “Dari Anas, ia berkata, ‘Kebanyakan doa yang dibaca Rasulullah SAW adalah ‘Allāhumma, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār, ’’” (HR Bukhari dan Muslim).
Kita dianjurkan untuk banyak membaca doa sapu jagat, Doa ini mengandung banyak keutamaan karena besarnya cakupan permohonan kebaikan. Lafal doa sapu jagat adalah sebagai berikut:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Rabbanā, ātinā fid dunyā hasanah, wa fil ākhirati hasanah, wa qinā ‘adzāban nār
Artinya, “Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.”
Lafal doa ini dikutip dari Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 201.
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya, “Di antara mereka ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Lindungilah kami dari siksa neraka.’”
Sebab turunnya Ayat ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Abbas, katanya, “Suatu golongan dari kalangan Arab biasa datang ke tempat berwukuf lalu berdoa, ‘Ya Allah! Jadikanlah tahunku ini tahun hujan dan tahun kesuburan, serta tahun kasih sayang dan kebaikan,’ tanpa menyebut-nyebut soal akhirat walau sedikit pun.” Allah pun menurunkan tentang mereka, “Di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Ya Tuhan kami berilah kami (kebaikan) di dunia, tetapi tiadalah bagian di akhirat.’ (Q.S. Al-Baqarah 200). Setelah itu datanglah golongan lain yakni orang-orang beriman yang memohon, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari siksa neraka. Mereka itulah yang beroleh bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.'” (Q.S. Al-Baqarah 201)
Dalam elaborasinya, para ahli tafsir mengatakan bahwa kebaikan di dunia adalah kesejahteraan dan kebahagiaan. Keduanya meliputi tiga dimensi: ruhani (mental dan spiritual), jasmani (tubuh), dan sosial. Kesejahteraan yang pertama meliputi, antara lain, kecerdasan intelektual, moral dan mental. Kesejahteraan kedua mencakup tubuh yang tidak cacat, tidak luka, kuat, dan indah. Sementara kebaikan yang ketiga adalah kemampuan ekonomi dan kehormatan diri.
Ahli tafsir terkemuka, Fakhr al-Din al-Razi, berpendapat bahwa kebaikan dunia adalah hidup aman, anak-anak (generasi) yang saleh (berakhlak mulia), istri yang salehah (berakhlak mulia), rizki halal yang mencukupi dan aman dari kekerasan. (Al-Tafsir al-Kabir).
Ibn Katsir, ahli tafsir lain, mengatakan bahwa doa sapu jagat mengandung semua tindakan yang membawa kebaikan dan menjauhkan diri dari semua keburukan. Kebaikan di dunia meliputi tubuh yang tidak berpenyakit (‘afiah), rumah yang lapang, pasangan yang menarik, rezeki yang cukup, ilmu yang bermanfaat, amal saleh (kerja-kerja yang baik), kendaraan yang nyaman, dan kehormatan diri yang terjaga. Sementara kebaikan di akhirat adalah kebahagiaan dan surga. (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim).
Indikator kebahagiaan dunia
Suatu hari Ibnu Abbas RA, seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah ditanya oleh para Tabi'in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Beliau menjawab ada ada 7 indikator.
1) Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur, selalu menerima apa adanya (qona’ah), tidak ada ambisi berlebih, tidak ada stress, inilah nikmatnya hati yang selalu bersyukur. Bila sedang kesulitan segera ingat sabda Rasulullah SAW: "Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita". Bila sedang diberi kemudahan, bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “mantap” dan “makin mantap” bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan lebih besar lagi. Berbahagialah orang yang pandai bersyukur!!!
2) Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang saleh.
Pasangan hidup saleh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang saleh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai kepala keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesalehan. Berbahagialah menjadi istri memiliki suami saleh, yang pasti dia akan bekerja keras mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang saleh. Begitupula istri yang salehah, memiliki kesabaran dan keikhlasan luar biasa melayani suaminya. Berbahagialah suami yang memiliki istri yang saleh.
3) Al auladun abrar, yaitu anak yang saleh.
Suatu cerita saat Rasulullah SAW thawaf, bertemu dengan anak muda pundaknya lecet-lecet. Selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya; "Kenapa pundakmu itu?" Jawab anak muda : "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, mempunyai ibu yang sudah uzur. Saya sangat mencintai dan tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan hanya ketika buang hajat, ketika salat, atau ketika istirahat, selain itu selalu menggendongnya". Lalu anak muda bertanya: "Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk orang yang sudah berbakti kepada orang tua?" Rasulullah SAW memeluk anak muda dan mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang saleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadis ini, gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup membalas cinta dan kebaikan orang tua, namun paling tidak bisa memulai dengan menjadi anak yang saleh, do’a anak aleh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah bila memiliki anak saleh.
4) Albiatu sholihah, yaitu lingkungan yang kondusif untuk iman kita.
Lingkungan yang kondusif, di antaranya ialah, kita boleh mengenal siapapun tetapi untuk menjadikan sahabat karib, harus orang-orang yang mempunyai nilai tambah terhadap keimanan kita. Dalam hadits, Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang saleh. Orang-orang saleh akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila berbuat salah. Orang-orang saleh adalah orang-orang bahagia karena nikmat iman dan Islam selalu terpancar pada wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut ikut menyinari orang-orang yang di sekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi orang-orang saleh.
5) Al malul halal, atau harta yang halal.
Di dalam Islam mengenai harta bukanlah banyaknya tetapi halalnya. Tidak berarti Islam tidak menyuruh umatnya untuk kaya. Riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah bertemu seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. "Kamu berdoa sudah bagus", "Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya di dapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan”.
Berbahagialah jadi orang yang hartanya halal karena doanya sangat mudah dikabulkan Allah. Harta yang halal juga menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, hingga memberi ketenangan hidupnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
6) Tafakuh fi dien, atau semangat untuk memahami agama.
Semangat memahami agama diwujudkan dalam semangat memahami ilmu-ilmu agama Islam. Semakin belajar, semakin terangsang belajar lebih jauh lagi ilmu Allah SWT. Allah SWT menjanjikan nikmat bagi umat-Nya yang menuntut ilmu, semakin belajar semakin cinta kepada agamanya, semakin tinggi cintanya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Inilah yang akan memberi cahaya hatinya. Semangat memahami agama menghidupkan hatinya, hati yang hidup selalu dipenuhi cahaya nikmat Islam dan Iman. Berbahagialah orang bersemangat memahami ilmu agama Islam.
7) Umur yang barokah.
Umur yang baroqah, artinya semakin tua semakin saleh, setiap detik waktunya diisi amal ibadah. Katanya; seorang yang mengisi hidup untuk kebahagiaan dunia semata, hari tuanya akan diisi dengan banyak bernostalgia (berangan-angan) tentang masa mudanya, cenderung kecewa dengan ketuaannya (post-power syndrome). Di samping itu pikirannya bias terfocus, bagaimana cara menikmati sisa hidupnya, sibuk berangan-angan kenikmatan dunia yang belum sempat dirasakan, hati kecewa tidak mampu menikmati kenikmatan yang diangankannya. Sedang yang mengisi umurnya dengan mempersiapkan diri untuk akhirat (melalui amal ibadah), semakin tua semakin rindu bertemu Sang Pencipta. Hari tuanya akan diisi dengan bermesra-mesra bersama Sang Maha Pengasih dan Penyayang. Tidak ada rasa takut meninggalkan dunia, bahkan penuh harap segera merasakan keindahan alam kehidupan berikut seperti yang dijanjikan Allah SWT. Inilah semangat “hidup” orang-orang yang baroqah umurnya. Berbahagialah orang-orang yang umurnya barokah.
Bagaimana caranya agar dikaruniakan Allah SWT ke-7 butir indikator kebahagiaan dunia tersebut? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, maka amat baik dan tidak ada salahnya dengan rajin, sering dan khusyuk mohon kepada Allah SWT membaca doa “sapu jagat”.
(mhy)