Meminta Maaf Jangan Ditunda, Tak Perlu Menunggu Jelang Ramadhan
A
A
A
MEMINTA maaf kepada sanak, keluarga, dan handai taulan sudah menjadi tradisi sebagian umat Islam saat menjelang Ramadhan tiba. Tradisi ini layak dilestarikan. Namun, meminta maaf sejatinya, tidak harus menunggu Ramadhan .
Meminta maaf, menurut Ustaz Adi Hidayat, jangan tunda-tunda. "Tidak perlu persiapan. Begitu punya salah langsung minta maaf. Jangan tunggu Ramadhan ," ujarnya, suatu ketika.
۞ وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS Ali 'Imran: 133)
Muhammad Quraish Shihab menafsirkan, "Lalu bergegaslah untuk melaksanakan amal saleh, agar kalian mendapatkan ampunan yang besar dari Allah atas dosa-dosa kalian! Juga, agar kalian mendapatkan surga yang amat luas, seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan untuk orang-orang yang takut kepada Allah dan siksa-Nya."
Menurut Ustaz Adi Hidayat, pada dasarnya meminta maaf tidak harus menunggu waktu hendak tibanya bulan Ramadhan . Meminta maaf hendaknya langsung dilakukan pada saat memiliki kesalahan atau kekhilafan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam (SAW) juga bersabda:
من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه
“Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal saleh, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal saleh, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zalimi” (HR. Bukhari no.2449)
Memaafkan dan saling meminta maaf bukan hanya sebuah tradisi sebagaimana keutamaan Ikhlas dalam Islam. Namun, juga merupakan nilai yang harus ditanamkan. Islam mengajarkan sikap saling memaafkan merupakan kunci untuk menggalang persatuan serta menghindari api permusuhan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه
“Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa” (HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
Meminta maaf, menurut Ustaz Adi Hidayat, jangan tunda-tunda. "Tidak perlu persiapan. Begitu punya salah langsung minta maaf. Jangan tunggu Ramadhan ," ujarnya, suatu ketika.
۞ وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (QS Ali 'Imran: 133)
Muhammad Quraish Shihab menafsirkan, "Lalu bergegaslah untuk melaksanakan amal saleh, agar kalian mendapatkan ampunan yang besar dari Allah atas dosa-dosa kalian! Juga, agar kalian mendapatkan surga yang amat luas, seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan untuk orang-orang yang takut kepada Allah dan siksa-Nya."
Menurut Ustaz Adi Hidayat, pada dasarnya meminta maaf tidak harus menunggu waktu hendak tibanya bulan Ramadhan . Meminta maaf hendaknya langsung dilakukan pada saat memiliki kesalahan atau kekhilafan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam (SAW) juga bersabda:
من كانت له مظلمة لأخيه من عرضه أو شيء فليتحلله منه اليوم قبل أن لا يكون دينار ولا درهم إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فحمل عليه
“Orang yang pernah menzalimi saudaranya dalam hal apapun, maka hari ini ia wajib meminta perbuatannya tersebut dihalalkan oleh saudaranya, sebelum datang hari dimana tidak ada ada dinar dan dirham. Karena jika orang tersebut memiliki amal saleh, amalnya tersebut akan dikurangi untuk melunasi kezalimannya. Namun jika ia tidak memiliki amal saleh, maka ditambahkan kepadanya dosa-dosa dari orang yang ia zalimi” (HR. Bukhari no.2449)
Memaafkan dan saling meminta maaf bukan hanya sebuah tradisi sebagaimana keutamaan Ikhlas dalam Islam. Namun, juga merupakan nilai yang harus ditanamkan. Islam mengajarkan sikap saling memaafkan merupakan kunci untuk menggalang persatuan serta menghindari api permusuhan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
إن الله تجاوز لي عن أمتي الخطأ والنسيان وما استكرهوا عليه
“Sesungguhnya Allah telah memaafkan ummatku yang berbuat salah karena tidak sengaja, atau karena lupa, atau karena dipaksa” (HR Ibnu Majah, 1675, Al Baihaqi, 7/356, Ibnu Hazm dalam Al Muhalla, 4/4, di shahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
(mhy)