Ramadan melahirkan semangat persatuan

Kamis, 11 Juli 2013 - 18:28 WIB
Ramadan melahirkan semangat persatuan
Ramadan melahirkan semangat persatuan
A A A
PERSATUAN dalam Islam adalah sangat penting. Alquran secara jelas menunjukkan betapa pentingnya persatuan itu. Umat Islam dianjurkan agar selalu berpegang pada tali Allah agar tidak bercerai berai.

Dengan persatuan, umat Islam akan kuat dan kokoh. Begitu pula sebaliknya, mereka akan menjadi lemah lantaran tidak bersatu. Tentu persatuan tidak sekadar diartikan berkumpul atau bersama. Orang yang berkumpul dan atau bersama belum tentu bersatu. Suami-istri yang tinggal bersama atau berkumpul di dalam satu rumah, bisa jadi, suatu saat tidak bersatu. Keduanya saling bertengkar dan bahkan bermusuhan.

Beberapa orang menjadi anggota organisasi yang sama, tetapi sehari-hari konflik berebut posisi dalam organisasi itu. Oleh karena itu, bersatu sebenarnya lebih dari sekadar bersama dan berkumpul. Beberapa atau bahkan banyak orang disebut bersatu manakala berhasil menyatukan pikiran, perasaan, dan bahkan jiwa. Di antara mereka saling mengetahui, memahami, menghargai, menyayangi, dan berbuah saling bekerja sama. Persatuan, akhirnya, memang bukan perkara mudah diwujudkan.

Apalagi di dalam beberapa orang atau kelompok itu, ada keinginan saling berebut menjadi pemenang, lebih unggul, lebih benar dan modern, merasa lebih maju, dan seterusnya. Sedemikian penting persatuan itu, sehingga Nabi Muhammad SAW sejak awal, dalam membangun masyarakat Madinah, adalah menyatukan antara pihak-pihak yang berbeda. Kaum Muhajirin dipersatukan dengan kaum Anshar. Nabi juga membuat perjanjian yang disebut dengan Piagam Madinah.

Piagam atas nama kesepakatan bersama ini untuk mempersatukan masyarakat di Madinah yang terdiri kaum muslimin dan orang-orang nonmuslim, yaitu Nasrani dan Yahudi. Selain itu, Nabi Muhammad juga membangun masjid. Lewat masjid itu, kaum muslimin sehari-hari diajak bersama-sama, baik di dalam menjalankan salat lima waktu, tempat menyampaikan ilmu pengetahuan yang bersumber dari wahyu dan juga petunjuk atau penjelasan dari pribadi Nabi.

Tak hanya itu, melalui masjid ini Rasulullah bisa membicarakan berbagai persoalan kehidupan bersama. Masjid akhirnya menjadi tempat strategis untuk mempersatukan umat. Persatuan kaum Muhajirin dan kaum Anshar sedemikian mendalam dan kokoh. Dua kelompok ini sebenarnya memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda. Orangorang yang datang berhijrah dari Mekkah terbiasa hidup di kota. Mekkah sebagai kota perdagangan, dan sebaliknya Madinah sebagai daerah pertanian yang subur.

Dua kelompok yang memiliki latar belakang berbeda sekalipun disatukan oleh Nabi Muhammad sehingga terjadi saling mengetahui, memahami, menghargai, dan tolong-menolong. Berpuasa adalah kegiatan yang dilakukan oleh kaum muslimin untuk mengalahkan hawa nafsu, agar mendapatkan kemenangan, hingga meraih derajat takwa. Kemenangan itu bukan terhadap orang lain, tetapi terhadap dirinya sendiri.

Setelah berpuasa sebulan penuh, mereka akan menjadi sadar terhadap dirinya sendiri, mampu memahami dan juga menghargai orang lain. Selain itu mereka tidak takabur, tidak bakhil, peduli dengan orang lain, dan yang tidak kalah pentingnya adalah tumbuh kecintaannya terhadap persatuan. Mereka yang berjiwa mulia seperti itu disebut sebagai orang yang bertakwa. Bukan sebaliknya, dengan berpuasa, justru tumbuh perasaan bahwa dirinya sendiri yang benar.

Manakala puasa di bulan Ramadan ini mampu memerangi hawa nafsu yang selalu timbul pada diri masing-masing orang itu, dan kemudian mengubah atau menggantikannya dengan sifat-sifat mulia, seperti yang digambarkan di muka,––saling mencintai, menghargai, peduli sesama, menghilangkan kesombongan, sifat bakhil, dan seterusnya, maka puasa akan berhasil melahirkan semangat bersatu di kalangan umat Islam. Persatuan adalah ajaran Islam yang tidak kalah utamanya dari jenis ibadah lainnya yang juga harus ditunaikan.

Sementara itu, saya melihat di mana-mana, persatuan umat ini belum mendapatkan perhatian cukup dan sungguh-sungguh. Itulah di antara menjadi penyebab umat Islam masih lemah sehingga belum berhasil meraih kemenangan yang sebenarnya. Wallahu a’lam.

IMAM SUPRAYOGO
Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4735 seconds (0.1#10.140)