Kado-kado istimewa bulan Ramadan (1)

Kamis, 18 Juli 2013 - 07:23 WIB
Kado-kado istimewa bulan Ramadan (1)
Kado-kado istimewa bulan Ramadan (1)
A A A
BULAN Ramadan sudah sepatutnya disambut dengan sukacita. Ia adalah penghulu bilangan bulan (sayyidus syuhur), karena itu harus disongsong layaknya menjemput tamu agung.

Setiap pribadi yang beriman harus menyiapkan diri agar cukup pantas menjadi tuan rumah bagi datangnya sang tamu. Tamu ini datang membawa beberapa kado istimewa yang akan diberikan kepada mereka yang bersukacita mengharapkan kedatangannya dan menyiapkan diri menyambut kehadiran sang tamu dengan upacara-upacara spesial.

Kado istimewa pertama adalah lailatul qadar. Mayoritas ulama berpendapat bahwa lailatul qadar datang berulang-ulang, di setiap Ramadan, sebagaimana petunjuk Nabi agar kita menekuni malam-malam ganjil pada tiap 10 akhir bulan Ramadan. Dalam Alquran, kata al-qadar digunakan untuk tiga arti, yaitu penentuan (QS Al-Dukhan/44:3-5), kemuliaan (QS Al-An’am/6:91), dan sempit atau terbatas (Al- Ra’d/13:26).

Dengan demikian, lailatul qadarberarti malam penentuan sebagaimana malam turunnya wahyu pertama yang menentukan jalannya sejarah umat manusia dengan diangkatnya Nabi Muhammad sebagai rasul. Malam itu juga malam yang sangat mulia karena para malaikat turun menaburkan berkah untuk semesta. Momennya sempit dan terbatas karena datang di keheningan malam sehingga hanya mungkin diraih oleh mereka yang terjaga dan menyambutnya dengan jiwa yang damai dalam bimbingan malaikat hingga fajar (salâmun hiya hattâ mathla’il fajr).

Orang yang meraih lailatul qadarakan menjumpai saat-saat yang menentukan dalam hidupnya dan sejak saat itu malaikat akan selalu membimbingnya ke jalan Allah hingga terbitnya fajar kehidupan yang lebih cerah di kemudian hari. Kado istimewa kedua adalah kemesraan yang ditawarkan Allah kepada orang-orang yang berpuasa. Amal-amal ibadah manusia adalah untuk mereka sendiri, kecuali puasa. “Ia,” kata Allah dalam hadis qudsi, “adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.”

Puasa menjadi ibadah yang sangat spesial, sampai-sampai Allah sendiri yang “turun tangan”. Balasan ibadah puasa menjadi rahasia Allah. Ada orang yang, sebagaimana disebutkan Rasulullah SAW hanya memperoleh lapar dan dahaga saja dari ibadah puasanya. Sementara yang lain, sebagaimana ditegaskan Allah, akan mendapatkan balasan yang tiada terkira.

Firman Allah dalam Surat Al-Zumar/39: 10 menyatakan: “Sesungguhnya hanya orang-orang bersabar yang akan dipenuhi pahalanya tanpa batas.” Para ulama menafsirkan orang-orang yang bersabar adalah orang-orang yang berpuasa, yaitu mereka yang menahan diri dari godaan nafsu yang menjauhkan manusia dari jalan Tuhan. Keistimewaan puasa adalah sifatnya yang sama sekali tidak rentan terhadap riya’. Riya’ adalah “pamer” ibadah selain kepada Allah.

Orang salat bisa terperangkap riya’jika ingin terlihat khusyuk oleh orang lain. Orang membaca Quran bisa terkena riya’kalau ingin dipuji keindahan suaranya oleh orang lain. Orang bersedekah bisa terjerumus riya’bila tujuannya ingin dipuji orang lain sebagai dermawan.

Adapun puasa adalah jenis ibadah yang tersembunyi dalam relung batin pelakunya. Seseorang bisa membohongi orang lain tentang puasanya, tetapi dia tahu tidak bisa membohongi Allah dan dirinya sendiri.

ALI MASYKUR MUSA
Ketua Umum PPISNU
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2401 seconds (0.1#10.140)