Setan dan dua pakaian

Minggu, 28 Juli 2013 - 06:55 WIB
Setan dan dua pakaian
Setan dan dua pakaian
A A A
SALAH satu ukuran peradaban dan kehormatan manusia terletak pada pakaian yang dikenakannya. Karena itu, sebagai makhluk yang beradab, manusia memerlukan pakaian dalam kehidupannya sehari-hari.

Namun setan tidak menghendaki manusia memiliki peradaban yang tinggi dan kehormatan yang mulia, karenanya, setan berusaha dengan berbagai cara untuk menyesatkan dan menjatuhkan martabat serta kehormatan manusia dengan cara mengusahakan manusia untuk melepaskan pakaian yang melekat pada tubuhnya dan saling memperlihatkan auratnya, hal ini diingatkan oleh Allah SWT bukan hanya kepada orang-orang yang beriman, tapi juga kepada seluruh umat manusia, Allah berfirman yang artinya: Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kalian dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya (QS 7:27).

Karena itu, kepada anak Adam yang berarti seluruh manusia, diharuskan untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat, Allah SWT berfirman yang artinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (QS 7:26).

Ketika menafsirkan ayat ini, Muhammad Ali Ash Shabuny dalam Qabas min nur Al-Qur’anul Karim menyebutkan bahwa ada dua macam pakaian. Pertama, pakaian untuk menutup aurat, pakaian yang merupakan perhiasan bagi manusia sehingga manusia tampak indah, menambah keelokan dan kebagusan, yang diistilahkan di dalam Alqur’an dengan kata “riisy” (pakaian indah).

Dari keterangan ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa dengan pakaian yang menutup aurat, manusia akan nampak menjadi lebih indah dipandang, lebih elok dan enak dipandang mata. Namu syaitan berusaha agar manusia menanggalkan pakaian yang menutup auratnya, selanjutnya Ash Shabuny menyatakan: “Setan ingin membuat kita telanjang sama sekali tanpa selembar pakaianpun, sehingga kita tidak peduli terhadap rasa malu, lalu ia dapat menyeret kita kepada perbuatan keji dan cabul”.

Sebagai seorang muslim, kita sudah mengetahui mana yang menjadi batas-batas aurat yang harus kita tutup, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Namun sekarang ini kita dapati begitu banyak diantara manusia, bahkan mereka yang mengaku muslim menampakkan auratnya, padahal setiap orang yang berakal dan mau menggunakan akal sehatnya pasti menganggap bahwa membuka aurat merupakan perbuatan buruk, karena itu, menurut Ash Shabuny, dalam bahasa Arab, aurat diistilahkan dengan sau’ah yang secara harfiyah artinya buruk, sehingga orang yang membuka auratnya dapat digolongkan ke dalam orang yang menodai kehormatan pribadinya dan orang yang menyeru, mentradisikan dan mencontohkan buka-bukaan aurat termasuk orang yang menyeru kepada keburukan, kemaksiatan dan kehinaan, apalagi bila mereka menganggap bahwa dengan cara itu telah mencapai kehidupan modern.

Di dalam Islam, meskipun seseorang telah memakai pakaian tapi bila tidak menutup aurat, atau menutup aurat tapi dengan busana yang transparan (tipis) dan ketat hingga menampakkan begitu jelas lekuk-lekuk tubuhnya, maka pada hakikatnya orang itu tetap telanjang, orang seperti ini tidak akan masuk surga, bahkan tidak bisa mencium baunya.

Dalam satu hadits, Rasulullah SAW bersabda: Dua golongan dari penghuni neraka yang belum pernah aku lihat, yaitu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia, dan wanita-wanita yang berpakaian tapi telanjang, yang memalingkan (orang lain kepada kemaksiatan) dan berlenggak-lenggok, kepalanya (rambutnya) seperti punuk unta yang miring; mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium aromanya, padahal aroma surga itu dapat dicium dari perjalanan sekian dan sekian (HR. Muslim).

Kedua, pakaian takwa, pakaian wara dan menjauhkan kedurhakaan kepada Allah SWT, ini merupakan hiasan yang lebih baik dan pakaian yang lebih indah. Tidak ada kebaikan pada diri manusia jika dia tidak berselubung takwa dan ketakutan kepada Allah. Kesucian batin jauh lebih penting daripada keindahan zahir. Berhias dengan keutamaan-keutamaan dan akhlak lebih baik daripada berhias dengan pakaian, baju dan perhiasan.

Dari keterangan ini kita bisa mengambil suatu pelajaran bahwa meskipun manusia telah memakai pakaian yang menutup aurat tapi bila tidak dibarengi dengan ketakwaan kepada Allah SWT, apa artinya pakaian lahiriyah itu, karena pakaian takwa justeru lebih baik dan jauh lebih baik dari sekedar pakaian lahiriyah (jasmaniyah).

Namun, untuk bisa mencapai derajat takwa, memakai pakaian yang menutup aurat merupakan salah satu tangga yang harus dilalui, sebab dengan pakaian yang tidak menurutp aurat menjadi semakin besar kemungkinan seseorang untuk jauh dari jalan ketakwaan, karena mereka adalah orang-orang yang telah hilang rasa malunya.

Dengan demikian, dalam kehidupan ini, setiap manusia apalagi mereka yang mengaku muslim harus menghiasi dirinya dengan sifat takwa kepada Allah SWT dimanapun mereka berada, dalam satu hadits, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik (HR. Thabrani).

Karena begitu penting kedudukan takwa sebagai pakaian, maka perintah bertakwa kepada Allah Swt tidak hanya terdapat di dalam hadits, tapi juga pada banyak ayat d dalam Alquran, satu diantaranya adalah firman Allah yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar takwa dan jangan sampai kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada Allah/muslim (QS 3:103).

Manusia hina

Manakala manusia tidak memiliki dan tidak menggunakan dua pakaian dalam kehidupannya sehari-hari, maka manusia itu akan menjadi manusia yang sangat hina. Bianatang kita anggap sebagai makhluk yang sangat rendah martabatnya, disamping dia tidak menggunakan pakaian untuk menutupi jasmaninya, binatang juga tidak memiliki sifat-sifat ketakwaan kepada Allah SWT sehingga kita dapati binatang itu memakan apa saja dan punya siapa saja sesuai dengan apa yang dikehendakinya, tidak ada perasaan bersalah dan malu sedikitpun.

Dalam melampiaskan keinginan seksual, binatang bisa melakukan dengan sesamanya meskipun sebenarnya dari segi keturunan antara anak dengan orang tua atau antara saudara dengan saudaranya, begitulah seterusnya.

Apabila manusia bersikap dan bertindak seperti binatang dengan gambaran seperti di atas, betapa hinanya manusia itu, karenanya Allah SWT di dalam Alquran menyebutkan bahwa manusia itu bisa lebih rendah kedudukan dan martabatnya dari binatang ternak disebabkan kelalaiannya sebagai manusia yang bermartabat.

Ungkapan yang menyebutkan bahwa manusia bisa lebih rendah dari binatang ternak menunjukkan bahwa masih ada binatang yang martabatnya lebih tinggi dari binatang ternak, misalnya binatang peliharaan tertentu menjadi lebih mulia mungkin karena suaranya yang merdu, larinya yang kencang dan sebagainya, sedangkan ukuran kemuliaan binatang ternak itu hanya terletak pada berat badannya, misalnya kambing yang timbangan mencapai 30 kg tentu menjadi lebih mahal daripada yang beratnya hanya mencapai 20 kg, begitulah seterusnya. Allah SWT berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS 7:179).

Munculnya manusia-manusia hina seperti yang digambarkan di atas merupakan sesuatu yang harus kita waspadai, hal ini karena bahaya yang ditimbulkannya tidak hanya menimpa dirinya secara pribadi, tapi juga bisa menimpa masyarakat banyak dan inilah yang sudah kita rasakan dengan tercabutnya keberkahan dari langit dan bumi sehingga yang terjadi masyarakat kita didera dengan berbagai krisis yang begitu banyak dan berkepanjangan, bukan hanya krisis ekonomi, tapi juga krisis akhlak (moral), kepemimpinan, keamanan, persaudaraan dan sebagainya, Allah Swt berfirman yang artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya (QS 7:96).

Dengan demikian menjadi jelas bagi kita bahwa kemuliaan manusia terletak pada ketakwaannya kepada Allah SWT dan pakaian takwa yang bersifat lahir dan batin menjadi penting untuk selalu dikenakannya sehingga akan selalu kita tunjukkan ketakwaan itu dimanapun kita berada dan dalam keadaan bagaimanapun situasi dan kondisinya.

Drs H. Ahmad Yani

Ketua Lembaga Dakwah KHAIRU UMMAH
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0874 seconds (0.1#10.140)