Bulan untuk mengemis

Senin, 29 Juli 2013 - 06:48 WIB
Bulan untuk mengemis
Bulan untuk mengemis
A A A
Dalam strategi berdoa agar kesampaian, salah satu faktor yang kudu diperhatikan adalah soal waktu atau saat. Dalam sehari, ada waktu yang Insya Allah pasti dikabulkan atau mustajab untuk berdoa, yaitu pada sepertiga malam terakhir. Dalam seminggu, waktu istimewa buat berdoa adalah Hari Jumat.

Demikian pula dalam sebulan adaayyaamulbiedh(hari-hari putih atau purnama) yaitu tanggal 13, 14, dan 15. Ini hari-hari istimewa dalam kalender hijriah, yang karenanya disunahkan untuk berpuasa. Dan dalam setahun, ada satu bulan yang memiliki 1001 macam keistimewaan nan luar biasa, yang singkat kata diwasiatkan Rasulullah SAW: "Seandainya para hamba Allah mengetahui keutamaan Ramadan, pasti mereka berharap Ramadan berlangsung sepanjang setahun" (HR Thabrani dan Baihaqi).

Demikianlah, Ramadan adalah bulan yang agung, bulan yang penuh berkah, bulan yang terdapat di dalamnya satu malam yang nilainya lebih besar daripada seribu bulan. Mengamalkan perbuatan-perbuatan yang sunnat di dalamnya sama pahalanya seperti melakukan yang wajib di luar bulan Ramadan; dan melakukan perbuatan-perbuatan yang wajib di dalamnya diberikan pahala seperti melakukan hal yang sama sebanyak tujuh puluh kali di luar bulan Ramadan. Bahkan sekedar memberi santapan kepada orang yang berbuka puasa berpahala seperti pahala puasanya orang yang berbuka tersebut. Subhaanallaah.

Daya tarik lain yang membuat kita bergembira dengan kehadiran bulan suci ini ialah janji Allah akan mengabulkan doa-doa kita dan memperkenankan semua permintaan kita dalam bulan mulia ini. Maka, inilah bulan untuk kita sering-sering "mengemis" kepada Allah.

Sebagaimana janji-Nya dalam Surah al-Baqarah 186: "Dan bila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat; Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran".

Ayat di atas berada di antara ayat-ayat yang membicarakan tentang puasa yang hanya ada pada surah Al-Baqarah ini. Pada ayat 183 dan 184 Allah menyatakan kewajiban berpuasa bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dalam beberapa hari tertentu, kecuali yang sakit atau dalam perjalanan. Mereka ini boleh tidak berpuasa dan mengganti (qada)-nya pada hari-hari lain di luar Ramadan sebanyak hari yang bolong.

Pada ayat 185 Allah masih membicarakan soal puasa yaitu "Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain".

Kemudian pada ayat 186 Allah menyatakan soal kedekatan Dia dengan para hamba-Nya dan menjanjikan akan mengabulkan setiap do’a yang dipanjatkan kepada-Nya, di mana pada ayat tersebut tidak disinggung soal ibadah puasa. Akan tetapi pada ayat 187-nya Allah kembali lagi membicarakan soal puasa dan hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah suci ini.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa peletakan ayat-ayat Alquran satu-persatunya seperti yang kita baca saat ini merupakan ketentuan Allah sendiri yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu pertanyaan yang muncul ketika kita meresapi ayat-ayat di atas ialah: apa pesan Allah kepada kita dalam peletakan ayat 186 tersebut di tengah ayat-ayat yang membicarakan soal bulan Ramadhan dan kewajiban berpuasa?

Pastinya banyak hikmah dan pelajaran serta isyarat yang terkandung di dalam ayat 186 tersebut. Salah satunya ialah bahwa dalam bulan suci Ramadan ini Allah menawarkan bahkan menganjurkan kepada semua hamba-Nya untuk memanjatkan doa dan menyampaikan semua permintaannya, "mengemis" kepada Allah dengan janji-Nya akan memperkenankan setiap doa yang dipanjatkan kepada-Nya.

"Sungguh Allah tidak menyalahi janji" (QS Ali 'Imran: 9). Sebagai manusia pastinya kita banyak sekali hajat dan keinginan. Semakin dewasa usia kita justru semakin banyak harapan dan keinginan kita, baik keinginan-keinginan duniawi maupun keinginan untuk hidup bahagia di akhirat nanti. Oleh karena itu dalam bulan Ramadan inilah kesempatan emas buat kita untuk memanjatkan doa dan permintaan kita kepada Allah.

Etika berdoa
Makanan yang dimakan, pakaian yang dipakai, dan semua fasilitas hidup yang digunakan harus benar-benar halal. Menjauhkan perbuatan-perbuatan maksiat dan memohon ampun kepada Allah serta mengakui dan mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Mengembalikan hak orang lain (kalau pernah mengambil hak orang lain) disertai dengan tobat yang sebenar-benarnya(nashuha).

Mendahulukan doanya dengan amal-amal soleh. Mengangkat tangan ketika berdoa. Memulai berdoa dengan memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah SAW dengan membaca minimal"alhamdulillaahi robbil 'aalamiin alloohumma sholli 'alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad".

Menyebut nama-nama Allah yang terindah. Meyakini bahwa Allah mendengar doa kita dan akan mengabulkannya. Tunduk dan khusyu ketika berdoa dengan rasa takut kepada Allah namun penuh harap terhadap kemurahan-Nya. Mengulang-ulangi doa dan tidak merasa bosan berdoa karena belum merasakan terkabulnya doa. Perlu juga meminta didoakan oleh orang-orang soleh. Atau doa orangtua untuk anak-anaknya.

Waktu mustajab
Selama berpuasa hingga berbuka dan ketika berbuka puasa. Sepanjang malam (lailatul) Qadar. (Semoga Allah pertemukan kita dengan malam mulia itu dalam bulan Ramadan ini). Sepertiga malam terakhir hingga waktu subuh. Antara adzan dan qomat. Ketika sujud (bukan hanya sujud terakhir) dalam salat apa saja, (berdoanya dengan bahasa sendiri dan di dalam hati). Antara dua kutbah Jumat ketika katib sedang duduk. Setelah ashar hari Jumat. Di tengah-tengah kumpulan kaum muslimin yang sedang berdzikir. Doa orang yang teraniaya.

USTAZ YUSUF MANSUR
Pengasuh Ponpes Daarul Quran
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4513 seconds (0.1#10.140)