Kebiasaan Rasul di Akhir Ramadan

Senin, 05 Agustus 2013 - 06:32 WIB
Kebiasaan Rasul di Akhir Ramadan
Kebiasaan Rasul di Akhir Ramadan
A A A
BULAN Ramadan dibagi dalam tiga fase, yakni fase sepuluh awal Ramadan (rahmah), fase sepuluh pertengahan Ramadan (magfirah), dan fase sepuluh terakhir Ramadan (‘itqun min alnaar).

Fase sepuluh awal Ramadan memiliki arti pengharapan atas rahmat Allah untuk selalu menyertai kita, kemudian pada sepuluh pertengahan kita berharap atas ampunan dari Allah, dan pada sepuluh terakhir Ramadan kita mengharapkan keterbebasan dari siksa api neraka. Ada kebiasaan Rasulullah saat sepuluh terakhir Ramadan, yaitu meningkatkan kualitas amal ibadahnya, kemudian ia mengencangkan ikat pinggang (saddakhmijar’). Kesungguhan Rasul dalam mengerjakan ini sangatlah fokus pada ibadah di sepuluh terakhir Ramadan.

Hal itu perlu untuk diteladani karena masyarakat kita biasa menyikapi Ramadan ini awalnya dengan penuh semangat, tetapi pada tengah Ramadan semangatnya berkurang dan pada sepuluh terakhir semangatnya jauh lebih berkurang. Fenomena ini dapat diukur melalui pelaksanaan salat tarawih di masjid-masjid yang jamaahnya semakin tipis. Namun Rasulullah melakukan sebaliknya.

Semakin mendekati pengujung Ramadan atau pada sepuluh akhir, beliau semakin meningkatkan amal ibadahnya, baik itu salatnya, tadarusnya, zikirnya maupun iktikafnya sebagaimana disebutkan sebagai saddakhmijar’. Artinya Rasul senantiasa fokus dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT. Dalam Surah Adz Dzariyat ayat 15–19, banyak dikemukakan ciri-ciri orang muttaqin.Pertama,innalmuttaqina fizannatin.Dalam kehidupan duniawi orang yang muttaqin selalu berbuat kebaikan, yakni melakukan aktivitas hablumminannasdan hablumminallahseolah-olah melihat Allah di depan pelupuk mata kita.

Kedua,kanu kolilamminallaili ma yahja’un, artinya sedikit tidur waktu malam. Kadang-kadang di antara masyarakat, banyak yang salah kaprah yang menyatakan tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah sehingga biasanya seseorang menghabiskan waktu untuk tidur di pagi, siang, sore, dan malam hari. Ini bukanlah tidurnya orang yang berpuasa, tetapi tidurnya orang malas.

Kalau tidurnya orang berpuasa sedikit di waktu malam, yang artinya kami jadikan malam itu untuk istirahat, siang hari untuk mencari kehidupan, makna ini yang perlu kita aplikasikan dalam kehidupan bahwa orang yang muttaqin ditempa pada bulan Ramadan. Ketiga, mereka beristigfar pada waktu sahur., Jadi waktu sahur itu kita beristigfar, maksudnya istigfar tidak sekadar ucapan astagfirullahaladzim, melainkan bagaimana setelah istigfar itu, kita membuat perencanaan yang lebih terperinci untuk apa yang besok akan dilakukan.

Ibadah apa yang perlu di tingkatkan. Istigfar mohon ampun kepada Allah, apabila evaluasi diri kita hari sebelumnya belum pada tataran muttaqin,esok hari kita berupaya agar maksimal mewujudkan sifat-sifat muttaqinpada esok harinya. Keempat, mengeluarkan sebagian dari harta baik kepada orang yang meminta maupun kepada orang yang tidak meminta.

Sebab masyarakat secara terbuka ada yang menuntut hak-haknya di dalam harta kita, tetapi juga ada masyarakat yang menunggu si A untuk mengeluarkan zakat, infak ataupun sedekahnya. Empat ciri inilah yang perlu kita tingkatkan, apalagi kita sudah berada di sepuluh akhir Ramadan.

YA’KUB MATONDANG
Rektor Universitas Medan Area
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2783 seconds (0.1#10.140)