Instropeksi dengan Buku Harian Ramadan
A
A
A
Hampir setiap bulan Ramadan, siswa di berbagai sekolah dasar (SD) memiliki kegiatan baru. Meminta tanda tangan guru mengaji, ustaz, atau kiai sebagai bukti bahwa siswa tersebut telah mengikuti kegiatan Ramadan.
Sayangnya, ketika memasuki jenjang SMP, buku kegiatan tersebut tidak lagi dimanfaatkan. Hanya sekolah menengah tertentu saja yang masih menggunakan buku kegiatan Ramadan sebagai pengendali kegiatan siswa selama bulan puasa.
Adanya buku kegiatan, membuat aktivitas siswa menjadi lebih terjadwal. Siswa menjadi lebih tahu apa yang harus mereka lakukan. Apalagi, sebagian besar waktu puasa kali ini, dalam kondisi libur sekolah.
Tanpa adanya buku kegiatan, maka perilaku siswa tidak terkontrol dengan baik. Namun yang lebih penting dari pemanfaatan buku kegiatan Ramadan adalah perlunya mengenalkan siswa dengan buku harian.
Kita tidak akan mengenal nama aktivis Indonesia Soe Hok Gie, cendekiawan muslim Ahmad Wahib, maupun Anne Frank kalau mereka tidak menulis buku harian yang dipublikasikan.
Buku harian Soe Hok Gie, Ahmad Wahib, dan Anne Frank membuka mata hati, pikiran, dan pandangan dunia tentang perjuangan, keberagamaan, dan perang. Itulah dahsyatnya sebuah catatan dalam buku harian.
Tetapi, buku harian belum banyak dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Padahal, buku harian bukan semata-mata sebuah buku yang berisi beberapa peristiwa dalam hidup atau sekadar mencatat aktivitas kesehariannya. Buku harian dapat dikembangkan menjadi catatan kemajuan dan perkembangan diri seseorang yang dilakukan dengan menuliskan
pikiran, renungan, dan apapun yang dialami atau dirasakan, termasuk perbuatan buruk.
Peningkatan buku kegiatan menjadi buku harian semakin menemukan urgensinya jika dikaitkan dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum tersebut, penilaian yang dilakukan oleh guru bukan sekadar pada ranah kognitif atau pengetahuan, tetapi mencakup aspek sikap dan keterampilan.
Untuk menilai sikap seseorang diperlukan pemahaman yang utuh terhadap kepribadian siswa. Instrumen observasi, penilaian diri sendiri belum cukup merepresentasikan sikap seseorang. Oleh karena itulah diperlukan buku harian sebagai rekaman sikap siswa.
Buku harian bermanfaat bagi siswa dan gurunya. Bagi siswa buku harian bermanfaat untuk: pertama, introspeksi diri. Dengan menulis perbuatan buruk dan permasalahan yang dihadapinya, maka siswa melalui bimbingan gurunya dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang.
Kedua, jujur pada diri sendiri. Penulisan dalam buku harian yang dilakukan apa adanya tanpa menyembunyikan sesuatu yang buruk dapat melatih siswa untuk bersifat jujur pada dirinya sendiri. Keberanian siswa untuk jujur pada dirinya berimbas pada kesadaran siswa untuk menerima keadaan diri apa adanya, tanpa merasa malu atau bersalah.
Ketiga, mencurahkan perasaan. Buku harian dapat menjadi media untuk menceritakan keluh kesah siswa dengan menumpahkan segala isi hati dan kekesalannnya sehingga beban yang menghimpit dadanya menjadi berkurang.
Keempat, pengawasan diri. Dengan mencatat perbuatan buruk membuat siswa selalu mengawasi dirinya sendiri. Ketika dia melakukan perbuatan buruk atau melanggar aturan sekolah, maka perbuatan tersebut harus dicatat dalam buku hariannya. Pencatatan perbuatan buruk membuat siswa berfikir ulang apabila mereka melakukannya dan akhirnya dengan kesadaran sendiri siswa tersebut tidak melakukan perbuatan yang tidak
terpuji.
Kelima, melatih siswa menulis. Melalui buku harianlah, siswa dibiasakan menuangkan ide-idenya sehingga mereka dapat menjadi penulis yang baik. Hanya dengan terbiasa menulis, seseorang dapat menjadi penulis yang baik.
Sedangkan manfaat buku harian siswa bagi guru antara lain: pertama, mengetahui perkembangan psikologis siswa. Melalui buku harian yang ditulis apa adanya, guru dapat memperoleh pengertian dan pengetahuan yang sebenarnya atas pertumbuhan siswa. Catatan seperti itu membuat guru mudah melihat kejujuran siswa, mengetahui perkembangannya, memahami permasalahan yang dihadapi, dan mengetahui kelebihan dan
kekurangan siswanya.
Kedua, buku harian juga berfungsi untuk membuat evaluasi pendidikan pada ranah efektif yang selama ini terabaikan. Guru dapat mengetahui sifat, karakter, dan perbuatan siswa yang tidak dapat dinilai dengan instrumen test objektif. Dengan memanfaatkan buku harian guru dapat menilai sikap spiritual dan sosial siswa dengan baik.
SUYITMAN
Guru MTsN 1 Kebumen
Sayangnya, ketika memasuki jenjang SMP, buku kegiatan tersebut tidak lagi dimanfaatkan. Hanya sekolah menengah tertentu saja yang masih menggunakan buku kegiatan Ramadan sebagai pengendali kegiatan siswa selama bulan puasa.
Adanya buku kegiatan, membuat aktivitas siswa menjadi lebih terjadwal. Siswa menjadi lebih tahu apa yang harus mereka lakukan. Apalagi, sebagian besar waktu puasa kali ini, dalam kondisi libur sekolah.
Tanpa adanya buku kegiatan, maka perilaku siswa tidak terkontrol dengan baik. Namun yang lebih penting dari pemanfaatan buku kegiatan Ramadan adalah perlunya mengenalkan siswa dengan buku harian.
Kita tidak akan mengenal nama aktivis Indonesia Soe Hok Gie, cendekiawan muslim Ahmad Wahib, maupun Anne Frank kalau mereka tidak menulis buku harian yang dipublikasikan.
Buku harian Soe Hok Gie, Ahmad Wahib, dan Anne Frank membuka mata hati, pikiran, dan pandangan dunia tentang perjuangan, keberagamaan, dan perang. Itulah dahsyatnya sebuah catatan dalam buku harian.
Tetapi, buku harian belum banyak dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Padahal, buku harian bukan semata-mata sebuah buku yang berisi beberapa peristiwa dalam hidup atau sekadar mencatat aktivitas kesehariannya. Buku harian dapat dikembangkan menjadi catatan kemajuan dan perkembangan diri seseorang yang dilakukan dengan menuliskan
pikiran, renungan, dan apapun yang dialami atau dirasakan, termasuk perbuatan buruk.
Peningkatan buku kegiatan menjadi buku harian semakin menemukan urgensinya jika dikaitkan dengan kurikulum 2013. Dalam kurikulum tersebut, penilaian yang dilakukan oleh guru bukan sekadar pada ranah kognitif atau pengetahuan, tetapi mencakup aspek sikap dan keterampilan.
Untuk menilai sikap seseorang diperlukan pemahaman yang utuh terhadap kepribadian siswa. Instrumen observasi, penilaian diri sendiri belum cukup merepresentasikan sikap seseorang. Oleh karena itulah diperlukan buku harian sebagai rekaman sikap siswa.
Buku harian bermanfaat bagi siswa dan gurunya. Bagi siswa buku harian bermanfaat untuk: pertama, introspeksi diri. Dengan menulis perbuatan buruk dan permasalahan yang dihadapinya, maka siswa melalui bimbingan gurunya dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi, sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang.
Kedua, jujur pada diri sendiri. Penulisan dalam buku harian yang dilakukan apa adanya tanpa menyembunyikan sesuatu yang buruk dapat melatih siswa untuk bersifat jujur pada dirinya sendiri. Keberanian siswa untuk jujur pada dirinya berimbas pada kesadaran siswa untuk menerima keadaan diri apa adanya, tanpa merasa malu atau bersalah.
Ketiga, mencurahkan perasaan. Buku harian dapat menjadi media untuk menceritakan keluh kesah siswa dengan menumpahkan segala isi hati dan kekesalannnya sehingga beban yang menghimpit dadanya menjadi berkurang.
Keempat, pengawasan diri. Dengan mencatat perbuatan buruk membuat siswa selalu mengawasi dirinya sendiri. Ketika dia melakukan perbuatan buruk atau melanggar aturan sekolah, maka perbuatan tersebut harus dicatat dalam buku hariannya. Pencatatan perbuatan buruk membuat siswa berfikir ulang apabila mereka melakukannya dan akhirnya dengan kesadaran sendiri siswa tersebut tidak melakukan perbuatan yang tidak
terpuji.
Kelima, melatih siswa menulis. Melalui buku harianlah, siswa dibiasakan menuangkan ide-idenya sehingga mereka dapat menjadi penulis yang baik. Hanya dengan terbiasa menulis, seseorang dapat menjadi penulis yang baik.
Sedangkan manfaat buku harian siswa bagi guru antara lain: pertama, mengetahui perkembangan psikologis siswa. Melalui buku harian yang ditulis apa adanya, guru dapat memperoleh pengertian dan pengetahuan yang sebenarnya atas pertumbuhan siswa. Catatan seperti itu membuat guru mudah melihat kejujuran siswa, mengetahui perkembangannya, memahami permasalahan yang dihadapi, dan mengetahui kelebihan dan
kekurangan siswanya.
Kedua, buku harian juga berfungsi untuk membuat evaluasi pendidikan pada ranah efektif yang selama ini terabaikan. Guru dapat mengetahui sifat, karakter, dan perbuatan siswa yang tidak dapat dinilai dengan instrumen test objektif. Dengan memanfaatkan buku harian guru dapat menilai sikap spiritual dan sosial siswa dengan baik.
SUYITMAN
Guru MTsN 1 Kebumen
(hyk)