Kisah Bijak Para Sufi: Darwis dan Ahli Bahasa

Selasa, 14 Juli 2020 - 06:31 WIB
Ilustrasi sufi. Foto/Ist
PADA suatu malam. yang gelap, seorang darwis sedang melintasi sebuah sumur kering ketika didengarnya teriakan minta tolong dari dalam sumur itu. "Apa yang terjadi?" ia berseru ke dasar sumur. (Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Saudagar dan Darwis Kristen )

"Saya seorang ahli bahasa," jawab seseorang dari dalam sumur, "karena gelap, saya salah melangkah, lalu terjatuh ke sumur dalam ini, saya tak bisa bergerak di bawah sini."

"Bertahan, kawan, dan akan kuambil tangga dan tali," kata Sang Darwis.



"Tunggu sebentar!" kata Si Ahli Bahasa, "tata bahasa dan gaya bicaramu keliru; lebih baik kau betulkan dulu kekeliruanmu itu."

"Kalau hal itu jauh lebih penting daripada hal yang perlu," teriak darwis .itu, "tentu kau sebaiknya tinggal saja di situ sampai aku telah belajar bicara dengan benar."

Dan darwis itu pun meneruskan perjalanannya. ( )

====

Idries Shah dalam Tales of The Dervishes yang diterjemahkan Ahmad Bahar dengan judul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi menyebut kisah ini diceritakan oleh Jalaludin Rumi dan tercatat juga dalam "Kelakuan Para Ahli" (Acts of Adepts), karya Aflaki. Diterbitkan di Inggris tahun 1965, bejudul "Kumpulan Legenda Sufi" (Legend of the Sufi), kisah tentang kaum Mevlevi dan kebiasaan kelakuan mereka ditulis pada abad keempat belas. ( )

Beberapa dari kisah tersebut hanya dongeng belaka, namun ada juga yang berhubungan dengan sejarah: dan di antaranya merupakan jenis kisah yang dikenal para Sufi sebagai 'sejarah yang ilustratif' artinya sekumpulan peristiwa yang dimaksudkan untuk menunjukkan makna sehubungan dengan proses kejiwaan.

Karena alasan itu, kisah-kisah semacam ini disebut 'Karya Seni Darwis Ilmuwan'. ( )
(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
اِنَّ الۡاِنۡسَانَ خُلِقَ هَلُوۡعًا ۙ‏ (١٩) اِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوۡعًا (٢٠) وَاِذَا مَسَّهُ الۡخَيۡرُ مَنُوۡعًا (٢١) اِلَّا الۡمُصَلِّيۡنَۙ (٢٢) الَّذِيۡنَ هُمۡ عَلٰى صَلَاتِهِمۡ دَآٮِٕمُوۡنَ (٢٣) وَالَّذِيۡنَ فِىۡۤ اَمۡوَالِهِمۡ حَقٌّ مَّعۡلُوۡمٌ (٢٤) لِّلسَّآٮِٕلِ وَالۡمَحۡرُوۡمِ (٢٥)
Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah, dan apabila mendapat kebaikan (harta) dia jadi kikir, kecuali orang-orang yang melaksanakan shalat, mereka yang tetap setia melaksanakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya disiapkan bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak meminta

(QS. Al-Ma'arij Ayat 19-25)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More