Pahala Bacaan Al-Qur'an Insya Allah Sampai ke Mayit, Ini Kisah Syaikh Izzuddin
Rabu, 08 Maret 2023 - 17:46 WIB
Sulthanul Ulama Syaikh Izzuddin bin Abdis Salam (wafat 660 H) di sebagian fatwanya pernah menyebutkan bahwa tidak boleh menghadiahkan pahala bacaan Qur'an pada mayit. Namun, setelah wafatnya beliau dimimpikan seseorang.
Dalam satu kajian Ustaz Amru Hamdany, beliau menceritakan kisah Syaikh Izzuddin terkait pahala bacaan Al-Qur'an kepada mayit ini. Imam Qurtubi dalam At-Tadzkirah menceritakan: "Setelah Syaikh Izzuddin wafat, beliau dimimpikan seseorang. Beliau ditanya mengenai fatwa tersebut, Syaikh Izzuddin kemudian menjawab:
كُنْتُ أقُولُ ذَلِكَ فِي الدُّنْيا، والآنَ بانَ لِي أنَّ ثَوابَ القِراءَةِ يَصِلُ إلى المَيِّتِ
Artinya: "Dahulu di dunia saya berpendapat demikian, dan sekarang, telah nampak bagi saya bahwa pahala bacaan Al-Qur'an benar-benar sampai ke mayit."
Cerita ini cukup masyhur di kalangan ulama dan penuntut ilmu. Imam Syirbini menukil itu dalam Mughnil Muhtaj di Bab wasiat. Begitu juga Imam Damiri (wafat 808 H) dalam An-Najmul Wahhaj. Para muhasyi juga banyak yang menukil cerita itu seperti Syaikh Bakri Syatha dalam I'anah di bab wasiat, Hasyiah Syarwani, dan lain-lain.
Ulama sekelas Imam Syafi'i juga tidak pernah menyatakan bahwa menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur'an kepada mayit itu bid'ah yang sesat. Beliau menyatakannya dalam kitabnya Al-Umm:
وأحب لو قرئ عند القبر، ودعي للميت
Artinya: "Saya menyukai jika dibacakan Al-Qur'an di kuburnya, dan juga didoakan." (Imam Muhammad bin Idris as-Syafi'i, al-Umm, hal 1/ 322)
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Imam an-Nawawi (Yahya bin Syaraf an-Nawawi wafat 676 H):
قال الشافعي رحمه الله: ويستحب أن يقرأ عنده شيء من القرآن، وإن ختموا القرآن عنده كان حسنا
Artinya: "Imam asy-Syafi'i mengatakan: Disunnahkan membaca Al-Qur'an kepada mayit yang telah dikubur. Jika sampai khatam Al-Qur'an, maka itu lebih baik." (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Riyadh as-Shalihin, hal 295)
Dalam satu kajian Ustaz Amru Hamdany, beliau menceritakan kisah Syaikh Izzuddin terkait pahala bacaan Al-Qur'an kepada mayit ini. Imam Qurtubi dalam At-Tadzkirah menceritakan: "Setelah Syaikh Izzuddin wafat, beliau dimimpikan seseorang. Beliau ditanya mengenai fatwa tersebut, Syaikh Izzuddin kemudian menjawab:
كُنْتُ أقُولُ ذَلِكَ فِي الدُّنْيا، والآنَ بانَ لِي أنَّ ثَوابَ القِراءَةِ يَصِلُ إلى المَيِّتِ
Artinya: "Dahulu di dunia saya berpendapat demikian, dan sekarang, telah nampak bagi saya bahwa pahala bacaan Al-Qur'an benar-benar sampai ke mayit."
Cerita ini cukup masyhur di kalangan ulama dan penuntut ilmu. Imam Syirbini menukil itu dalam Mughnil Muhtaj di Bab wasiat. Begitu juga Imam Damiri (wafat 808 H) dalam An-Najmul Wahhaj. Para muhasyi juga banyak yang menukil cerita itu seperti Syaikh Bakri Syatha dalam I'anah di bab wasiat, Hasyiah Syarwani, dan lain-lain.
Ulama sekelas Imam Syafi'i juga tidak pernah menyatakan bahwa menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur'an kepada mayit itu bid'ah yang sesat. Beliau menyatakannya dalam kitabnya Al-Umm:
وأحب لو قرئ عند القبر، ودعي للميت
Artinya: "Saya menyukai jika dibacakan Al-Qur'an di kuburnya, dan juga didoakan." (Imam Muhammad bin Idris as-Syafi'i, al-Umm, hal 1/ 322)
Hal ini diperkuat dengan pernyataan Imam an-Nawawi (Yahya bin Syaraf an-Nawawi wafat 676 H):
قال الشافعي رحمه الله: ويستحب أن يقرأ عنده شيء من القرآن، وإن ختموا القرآن عنده كان حسنا
Artinya: "Imam asy-Syafi'i mengatakan: Disunnahkan membaca Al-Qur'an kepada mayit yang telah dikubur. Jika sampai khatam Al-Qur'an, maka itu lebih baik." (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, Riyadh as-Shalihin, hal 295)
(rhs)