Kisah Kemenangan Umat Islam dalam Perang Badar di Bulan Ramadan
Sabtu, 08 April 2023 - 09:08 WIB
Baca Juga
Mengingat bahwa banyak pemimpin Quraisy ikut serta dalam angkatan perang ini,beberapa orang memncemaskan kalau-kalau banyak dari mereka itu yang akan terbunuh, sehingga Makkah sendiri nanti akan kehilangan arti. Sungguhpun begitu mereka masih takut kepada Abu Jahal yang begitu keras, juga mereka takut dituduh pengecut dan penakut. Tetapi tiba-tiba tampil 'Utba bin Rabi'a ke hadapan mereka itu sambil berkata:
"Saudara-saudara kaum Quraisy, apa yang tuan-tuan lakukan hendak memerangi Muhammad dan kawan-kawannya itu, sebenarnya tak ada gunanya. Kalau dia sampai binasa karena tuan-tuan, masih ada orang lain dari kalangan tuan-tuan sendin yang akan melihat, bahwa yang terbunuh itu adalah saudara sepupunya, dari pihak bapa atau pihak ibu, atau siapa saja dari keluarganya. Kembali sajalah dan biarkan Muhammad dengan teman-temannya itu. Kalau dia binasa karena pihak lain, maka itu yang tuan-tuan kehendaki. Tetapi kalau bukan itu yang terjadi, kita tidak perlu melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak kita inginkan."
Mendengar kata-kata 'Utba itu, Abu Jahal naik darah. Ia segera memanggil 'Amir bin'l-Hadzrami dengan mengatakan:
"Sekutumu ini ingin supaya orang pulang. Kau sudah melihat dengan mata kepala sendiri siapa yang harus dituntut balas. Sekarang, tuntutlah pembunuhan terhadap saudaramu!"
'Amir segera bangkit dan berteriak: "O saudaraku! Tak ada jalan lain mesti perang!"
Dengan dipercepatnya pertempuran itu Aswad bin 'Abd'l-Asad (Makhzum) keluar dari barisan Quraisy langsung menyerbu ke tengah-tengah barisan Muslimin dengan maksud hendak menghancurkan kolam air yang sudah selesai dibuat. Tetapi ketika itu juga Hamzah bin Abd'l-Muttalib segera menyambutnya dengansatu pukulan yang mengenai kakinya, sehingga ia tersungkur dengan kaki yang sudah berlumuran darah. Sekali lagi Hamzah memberikan pukulan, sehingga ia tewas di belakang kolam itu.
Begitu melihat Aswad jatuh, maka tampillah 'Utba bin Rabi'a didampingi oleh Syaiba saudaranya dan Walid bin 'Utba anaknya, sambil menyerukan mengajak duel. Seruannya itu disambut oleh pemuda-pemuda dari Medinah. Tetapi setelah melihat mereka ini ia berkata lagi:
"Kami tidak memerlukan kamu. Yang kami maksudkan ialah golongan kami."
Lalu dari mereka ada yang memanggil-manggil: "Hai Muhammad! Suruh mereka yang berwibawa dari asal golongan kami itu tampil!"
Ketika itu juga yang tampil menghadapi mereka adalah Hamzah bin Abd'l-Muttalib , Ali bin Abi Thalib dan 'Ubaida bin'l-Harith.
Hamzah tidak lagi memberi kesempatan kepada Syaiba, juga Ali tidak memberi kesempatan kepada Walid. Keduanya dibunuh. Lalu Hamzah dan Ali segera membantu 'Ubaida yang kini sedang diterkam oleh 'Utba. Begitu menyaksikan kenyataan itu, pasukan Quraisy maju menyerbu.
Pada pagi Jum'at 17 Ramadan itulah kedua pasukan itu berhadap-hadapan muka.
Sekarang Rasulullah SAW sendiri yang tampil memimpin Muslimin, mengatur barisan. Tetapi ketika dilihatnya pasukan Quraisy begitu besar, sedang anak buahnya sedikit sekali, di samping perlengkapan yang sangat lemah dibanding dengan perlengkapan Quraisy, ia kembali ke pondoknya ditemani oleh Abu Bakar.
Sungguh cemas ia akan peristiwa yang akan terjadi hari itu, sungguh pilu hatinya melihat nasib yang akan menimpa Islam sekiranya Muslimin tidak sampai mendapat kemenangan.
Rasulullah SAW kini menghadapkan wajahnya ke kiblat, dengan seluruh jiwanya ia menghadapkan diri kepada Tuhan, ia mengimbau Tuhan akan segala apa yang telah dijanjikan kepadanya, ia membisikkan permohonan dalam hatinya agar Tuhan memberikan pertolongan. Begitu dalam ia hanyut dalam doa, dalam permohonan, sambil berkata:
"Allahumma ya Allah. Ini Quraisy sekarang datang dengan segala kecongkakannya, berusaha hendak mendustakan RasulMu. Ya Allah, pertolonganMu juga yang Kaujanjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan ini sekarang binasa tidak lagi ada ibadat kepadaMu."
Sementara ia masih hanyut dalam doa kepada Tuhan sambil merentangkan tangan menghadap kiblat itu, mantelnya terjatuh. Ketika itu Abu Bakr lalu meletakkan mantel itu kembali ke bahunya, sambil ia bermohon:
"Rasulullah, dengan doamu itu Tuhan akan mengabulkan apa yang telah dijanjikan kepadamu."