Misteri Panji Gumilang: Kesaksian Eks Anggota NII-KW 9 Basyaruddin
Rabu, 12 Juli 2023 - 14:49 WIB
Basyaruddin adalah anggota Negara Islam Indonesia Komandemen IX (NII-KW-9) tahun 1993 1996. Ia menyampaikan kesaksiannya tentang NII yang dipimpin Abu Toto yang belakangan disebut-sebut sebagai Panji Gumilang .
Berikut kesaksian tersebut sebagaimana dikutip dari buku berjudul "Sepak Terjang Abu Toto NII KW IX" karya Al Chaidar, (Madani Press, 2000) dan buku "Membongkar Gerakan NII di Balik Pesantren Mewah Al-Zaytun" karya Umar Abduh.
Saya masuk gerakan ini ketika pada yang kesekian kalinya bertandang ketempat kost teman mahasiswa. Suatu hari saya menemukan teman-teman tengah menyimak materi ayat-ayat Al-Quran yang disampaikan oleh ustaz muda, tetapi acara ini agak hati-hati karena materinya bila didengar orang-orang pemerintah Orde Baru , bisa dituduh subversif. Tidak lazim, bahwa teman teman mahasiswa yang sekuler tiba tiba menyimak Al-Qur'an yang disampaikan ustaz.
Isi materi dakwah tiada yang janggal, dari pengalaman selama ini memang saya tidak menyukai pemerintah dan program-program pembangunan pemerintah seperti tidak mempunyai agama, penuh dengan korupsi, kolusi dan nepotisme, hukum yang tidak adil, mengizinkan SDSB, pelacuran, minuman keras beredar dan mudah dijangkau oleh kalangan anak anak sekolah, membelinya pun bisa dengan ketengan, seperti membeli rokok saja.
Selain itu, perilaku pejabat pemerintah sendiri serba negatif, perilaku pegawai birokrat yang selalu meminta uang. Seolah-olah mereka adalah pemilik negeri ini. Hidup menjadi sulit karena sedikit ada urusan apa saja harus dengan uang, sedang uangpun sangat sulit didapat, dan banyak lagi lainnya.
Karena kondisi yang sedemikian buruk dan jahat ini, tidak ada dalam ajaran Islam. Maka sayapun lebih berpihak kepada Islam. Apalagi jaminan Allah SWT sangat luar biasa.
Dengan hadirnya ustaz muda ini saya menaruh harapan besar, bahwa ternyata ada seseorang yang lain, artinya tidak saya saja yang merasakan persoalan rumit akibat ulah penguasa di Indonesia.
Kehadiran ustaz yang terang-terangan menyatakan pendapatnya membuat saya kagum karena keberaniannya. Di sisi lain, lingkungan yang buruk, orang-orang tidak peduli dengan sesamanya, mereka lebih peduli dengan dirinya sendiri mengurusi dan memenuhi kebutuhan masing masing, yang pada kenyataannya mereka satu sama lain sudah jauh melenceng dari pemahaman ajaran Islam.
Semenjak mengikuti pengajian itu, saya baru tahu kalau itu adalah NII, sepengetahuan saya NII itu adalah para pemberontak semacam perampok yang jahat. Tetapi image saya tentang NII jahat itu akhirnya pupus, karena akibat propaganda penguasa zalim Orde Baru.
Saat awal aktif dalam NII KW IX banyak hikmah yang saya dapatkan tentang konsep ajaran Islam. Saya merasakan persaudaraan yang tidak saya dapatkan di luar persaudaraan Islam. Padahal satu sama lain baru saling kenal, tapi rasanya seperti saudara senasib, orang-orang yang tertindas seperti zaman nabi.
Hingga kemudian saya menemukan banyak penyimpangan ditubuh KW IX sendiri. Nilai-nilai Islami yang saya anut dengan penuh harapan dan kecintaan yang amat sangat harus terkubur lagi. Saya malah terlempar ke dalam bentuk penindasan baru yang lebih jahat dari penguasa Orde Baru.
Saya dipaksa untuk mengafirkan orang tua sendiri dan saudara-saudara satu darah serta masyarakat komunitas saya dahulu.
Harapan saya yang tadinya ingin mendapatkan kebahagiaan kemerdekaan dari penindasan, namun ternyata bukannya kemerdekaan jiwa yang saya dapatkan, saya malah terperangkap dalam penindasan jiwa yang lebih dahsyat.
KW IX mengklaim lembaganya sebagai pengejawantahan Tuhan. Dan untuk masalah ini saya sangat takut Tuhan, sebab Tuhan itu maha Kuasa. Apalah artinya saya, sebagai makhluk yang relatif tak luput dari dosa, sementara saya ingin disayang Tuhan. Maka saya mencoba untuk bertahan dengan patuh kepada perintah Tuhan tanpa terkecuali, walau saya diperlakukan semena-mena dan ditindas sejadi-jadinya.
KW IX memberikan janji-janji muluk. Padahal harapan saya hanya rasa persaudaraan saja sudah cukup puas. Tetapi KW IX memberikan janji-janji kekuasaan, namun harus melalui pengorbanan-pengorbanan yang dituntut dari tiap-tiap jama'ahnya.
Selama empat tahun, akhirnya saya berusaha membangun image untuk melawan "Tuhan" lembaga KW IX tersebut, semoga Tuhan yang sesungguhnya tidak demikian. Walau harapan saya telah musnah, putus sekolah, nama buruk di mata keluarga serta sanak saudara dan lingkungan masyarakat.
Saya bulatkan tekad untuk melawan determinasi negatif ini. Lantas saya keluar dari KW IX, walau saya terus menerus dihantui bayang-bayang KW IX.
Demikianlah, saya berdo'a semoga Abu Toto dan lembaga "Tuhan" KW IX dihancurkan oleh Tuhan yang sesungguhnya, yakni Allah SWT, Amin.
Berikut kesaksian tersebut sebagaimana dikutip dari buku berjudul "Sepak Terjang Abu Toto NII KW IX" karya Al Chaidar, (Madani Press, 2000) dan buku "Membongkar Gerakan NII di Balik Pesantren Mewah Al-Zaytun" karya Umar Abduh.
Saya masuk gerakan ini ketika pada yang kesekian kalinya bertandang ketempat kost teman mahasiswa. Suatu hari saya menemukan teman-teman tengah menyimak materi ayat-ayat Al-Quran yang disampaikan oleh ustaz muda, tetapi acara ini agak hati-hati karena materinya bila didengar orang-orang pemerintah Orde Baru , bisa dituduh subversif. Tidak lazim, bahwa teman teman mahasiswa yang sekuler tiba tiba menyimak Al-Qur'an yang disampaikan ustaz.
Isi materi dakwah tiada yang janggal, dari pengalaman selama ini memang saya tidak menyukai pemerintah dan program-program pembangunan pemerintah seperti tidak mempunyai agama, penuh dengan korupsi, kolusi dan nepotisme, hukum yang tidak adil, mengizinkan SDSB, pelacuran, minuman keras beredar dan mudah dijangkau oleh kalangan anak anak sekolah, membelinya pun bisa dengan ketengan, seperti membeli rokok saja.
Selain itu, perilaku pejabat pemerintah sendiri serba negatif, perilaku pegawai birokrat yang selalu meminta uang. Seolah-olah mereka adalah pemilik negeri ini. Hidup menjadi sulit karena sedikit ada urusan apa saja harus dengan uang, sedang uangpun sangat sulit didapat, dan banyak lagi lainnya.
Karena kondisi yang sedemikian buruk dan jahat ini, tidak ada dalam ajaran Islam. Maka sayapun lebih berpihak kepada Islam. Apalagi jaminan Allah SWT sangat luar biasa.
Dengan hadirnya ustaz muda ini saya menaruh harapan besar, bahwa ternyata ada seseorang yang lain, artinya tidak saya saja yang merasakan persoalan rumit akibat ulah penguasa di Indonesia.
Kehadiran ustaz yang terang-terangan menyatakan pendapatnya membuat saya kagum karena keberaniannya. Di sisi lain, lingkungan yang buruk, orang-orang tidak peduli dengan sesamanya, mereka lebih peduli dengan dirinya sendiri mengurusi dan memenuhi kebutuhan masing masing, yang pada kenyataannya mereka satu sama lain sudah jauh melenceng dari pemahaman ajaran Islam.
Semenjak mengikuti pengajian itu, saya baru tahu kalau itu adalah NII, sepengetahuan saya NII itu adalah para pemberontak semacam perampok yang jahat. Tetapi image saya tentang NII jahat itu akhirnya pupus, karena akibat propaganda penguasa zalim Orde Baru.
Saat awal aktif dalam NII KW IX banyak hikmah yang saya dapatkan tentang konsep ajaran Islam. Saya merasakan persaudaraan yang tidak saya dapatkan di luar persaudaraan Islam. Padahal satu sama lain baru saling kenal, tapi rasanya seperti saudara senasib, orang-orang yang tertindas seperti zaman nabi.
Hingga kemudian saya menemukan banyak penyimpangan ditubuh KW IX sendiri. Nilai-nilai Islami yang saya anut dengan penuh harapan dan kecintaan yang amat sangat harus terkubur lagi. Saya malah terlempar ke dalam bentuk penindasan baru yang lebih jahat dari penguasa Orde Baru.
Saya dipaksa untuk mengafirkan orang tua sendiri dan saudara-saudara satu darah serta masyarakat komunitas saya dahulu.
Harapan saya yang tadinya ingin mendapatkan kebahagiaan kemerdekaan dari penindasan, namun ternyata bukannya kemerdekaan jiwa yang saya dapatkan, saya malah terperangkap dalam penindasan jiwa yang lebih dahsyat.
KW IX mengklaim lembaganya sebagai pengejawantahan Tuhan. Dan untuk masalah ini saya sangat takut Tuhan, sebab Tuhan itu maha Kuasa. Apalah artinya saya, sebagai makhluk yang relatif tak luput dari dosa, sementara saya ingin disayang Tuhan. Maka saya mencoba untuk bertahan dengan patuh kepada perintah Tuhan tanpa terkecuali, walau saya diperlakukan semena-mena dan ditindas sejadi-jadinya.
KW IX memberikan janji-janji muluk. Padahal harapan saya hanya rasa persaudaraan saja sudah cukup puas. Tetapi KW IX memberikan janji-janji kekuasaan, namun harus melalui pengorbanan-pengorbanan yang dituntut dari tiap-tiap jama'ahnya.
Selama empat tahun, akhirnya saya berusaha membangun image untuk melawan "Tuhan" lembaga KW IX tersebut, semoga Tuhan yang sesungguhnya tidak demikian. Walau harapan saya telah musnah, putus sekolah, nama buruk di mata keluarga serta sanak saudara dan lingkungan masyarakat.
Saya bulatkan tekad untuk melawan determinasi negatif ini. Lantas saya keluar dari KW IX, walau saya terus menerus dihantui bayang-bayang KW IX.
Demikianlah, saya berdo'a semoga Abu Toto dan lembaga "Tuhan" KW IX dihancurkan oleh Tuhan yang sesungguhnya, yakni Allah SWT, Amin.
(mhy)