Kisah Allah Taala Mengangkat Nabi Idris ke Langit Keempat pada 10 Muharam
Rabu, 19 Juli 2023 - 09:05 WIB
Allah SWT mengangkat Nabi Idris ke langit pada 10 Muharam dan mewafatkannya di sana. Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul Qashash Al-Anbiya menyebut Nabi Muhammad saat Mikraj bertemu Nabi Idris di langit keempat.
Allah SWT berfirman: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.” ( QS Maryam : 56-57 ).
Ibnu Katsir menjelaskan mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” kemungkinan besar maksud dari “tempat” itu seperti dijelaskan dalam hadis Isra Mi'raj yang disebutkan dalam Kitab Shahihain, yaitu bahwasanya Rasulullah bertemu dengan Nabi Idris ketika beliau berada di langit keempat (lapisan keempat dari tujuh lapis langit). (HR Bukhari dan Muslim ).
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Hilal bin Yasaf mengaku pernah mendengar Ibnu Abbas bertanya kepada Kaab, "Apa maksud dari firman Allah, 'Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi?'
Kaab menjawab, "Ketika itu Nabi Idris diberikan wahyu oleh Allah, 'Sesungguhnya Aku akan mengangkat amalanmu pada setiap hari seperti amalan anak Adam lainnya'.
Maka Idris pun berkeinginan untuk menambah amalannya sebelum berakhir masa hidupnya. Lalu ia datang kepada salah satu malaikat yang ditugaskan untuk menemaninya di dunia dan berkata: “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku begini begini, begini, maka dari itu berbicaralah kamu kepada malaikat maut untuk mengakhirkan ajalku agar aku dapat menambah amalanku.”
Malaikat itu pun menaikkan Nabi Idris ke atas tubuhnya (di antara dua sayap) lalu membawanya ke atas langit (untuk dipertemukan langsung dengan malaikat maut). Ketika mereka berada di langit keempat, tak disangka ternyata mereka bertemu dengan malaikat maut di sana.
Maka malaikat yang membawa Nabi Idris pun menyampaikan kepada malaikat maut tentang permintaan Nabi Idris. Lalu malaikat maut bertanya, “Di manakah Nabi Idris sekarang?”
Malaikat itu menjawab, “Dia sekarang berada di atas punggungku.”
Malaikat maut berkata, "Sungguh luar biasa! Aku baru saja diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawa Nabi Idris di langit keempat, namun tentu aku bertanya-tanya, mengapa aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di langit keempat sedangkan ia tinggal di muka bumi.”
Setelah itu malaikat maut pun mencabut nyawa Nabi Idris di sana. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.”
Ketika menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan kisah yang hampir sama dengan beberapa tambahan, yaitu Nabi Idris berkata kepada malaikat tersebut, “Tanyakanlah kepada malaikat maut berapa sisa dari umurku?”
Lalu malaikat itu bertanya kepada malaikat maut dengan membawa serta Nabi Idris: “Berapa lama lagi sisa umur Idris?”
Malaikat maut menjawab, “Aku tidak tahu sebelum aku memeriksanya.”
Lalu malaikat maut pun memeriksa sisa usia Nabi Idris, kemudian ia berkata, “Anda bertanya kepadaku tentang seseorang yang usianya hanya tersisa sedikit sekali.”
Lalu malaikat itu menoleh ke sayapnya di mana Nabi Idris berada saat itu, namun ternyata Nabi Idris telah dicabut nyawanya tanpa terasa olehnya.
Ibnu Katsir mengatakan ini adalah salah satu riwayat israiliyat (palsu), dan di dalamnya juga terdapat kalimat yang tidak dikenali pada riwayat lain.
Ibnu Abi Najih juga meriwayatkan, dari Mujahid, mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.” Ia berkata, "Ketika diangkat ke atas langit Nabi Idris tidak dalam keadaan meninggal dunia, sebagaimana ketika diangkatnya Nabi Isa as?”
Apabila maksud dari riwayat ini bahwa Nabi Idris belum meninggal dunia sampai sekarang, maka tentu hal itu harus diperdebatkan. Namun jika maksudnya adalah ia diangkat ke atas langit selagi masih hidup kemudian nyawanya dicabut di sana, maka hal itu sama seperti riwayat dari Kaab Al Ahbar sebelumnya. Wallahu a'lam.
Al Aufi juga meriwayatkan, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” ia berkata,” Nabi Idris diangkat ke langit keenam, lalu ia meninggal dunia di sana.”
Riwayat ini juga disebutkan oleh Adh Dhahhak. Namun hadis Muttafaq Alaih (yakni hadis yang disebutkan oleh Bukhari dan Muslim) yang menyatakan bahwa ia berada di langit keempat adalah riwayat yang paling benar. Dan riwayat ini juga menjadi pilihan Mujahid dan sejumlah ulama lainnya.
Hasan Basri mengatakan, ”Yang dimaksud dengan kata tinggi pada firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” adalah surga.
Beberapa ulama Ahli Kitab menyatakan bahwa diangkatnya Nabi Idris ke atas langit adalah ketika ayahnya, Yared bin Mahlaeel masih hidup. Wallahu a'lam.
Menurut Ibnu Katsir, sebagian mereka menduga bahwa Idris itu hidup di zaman Bani Israil, bukan sebelum Nabi Nuh.
Allah SWT berfirman: “Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Idris di dalam Kitab (Al-Qur'an). Sesungguhnya dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi, dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.” ( QS Maryam : 56-57 ).
Ibnu Katsir menjelaskan mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” kemungkinan besar maksud dari “tempat” itu seperti dijelaskan dalam hadis Isra Mi'raj yang disebutkan dalam Kitab Shahihain, yaitu bahwasanya Rasulullah bertemu dengan Nabi Idris ketika beliau berada di langit keempat (lapisan keempat dari tujuh lapis langit). (HR Bukhari dan Muslim ).
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Hilal bin Yasaf mengaku pernah mendengar Ibnu Abbas bertanya kepada Kaab, "Apa maksud dari firman Allah, 'Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi?'
Kaab menjawab, "Ketika itu Nabi Idris diberikan wahyu oleh Allah, 'Sesungguhnya Aku akan mengangkat amalanmu pada setiap hari seperti amalan anak Adam lainnya'.
Maka Idris pun berkeinginan untuk menambah amalannya sebelum berakhir masa hidupnya. Lalu ia datang kepada salah satu malaikat yang ditugaskan untuk menemaninya di dunia dan berkata: “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku begini begini, begini, maka dari itu berbicaralah kamu kepada malaikat maut untuk mengakhirkan ajalku agar aku dapat menambah amalanku.”
Malaikat itu pun menaikkan Nabi Idris ke atas tubuhnya (di antara dua sayap) lalu membawanya ke atas langit (untuk dipertemukan langsung dengan malaikat maut). Ketika mereka berada di langit keempat, tak disangka ternyata mereka bertemu dengan malaikat maut di sana.
Maka malaikat yang membawa Nabi Idris pun menyampaikan kepada malaikat maut tentang permintaan Nabi Idris. Lalu malaikat maut bertanya, “Di manakah Nabi Idris sekarang?”
Malaikat itu menjawab, “Dia sekarang berada di atas punggungku.”
Malaikat maut berkata, "Sungguh luar biasa! Aku baru saja diperintahkan oleh Allah untuk mencabut nyawa Nabi Idris di langit keempat, namun tentu aku bertanya-tanya, mengapa aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di langit keempat sedangkan ia tinggal di muka bumi.”
Setelah itu malaikat maut pun mencabut nyawa Nabi Idris di sana. Itulah yang dimaksud dengan firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.”
Ketika menafsirkan ayat tersebut, Ibnu Abi Hatim juga meriwayatkan kisah yang hampir sama dengan beberapa tambahan, yaitu Nabi Idris berkata kepada malaikat tersebut, “Tanyakanlah kepada malaikat maut berapa sisa dari umurku?”
Lalu malaikat itu bertanya kepada malaikat maut dengan membawa serta Nabi Idris: “Berapa lama lagi sisa umur Idris?”
Malaikat maut menjawab, “Aku tidak tahu sebelum aku memeriksanya.”
Lalu malaikat maut pun memeriksa sisa usia Nabi Idris, kemudian ia berkata, “Anda bertanya kepadaku tentang seseorang yang usianya hanya tersisa sedikit sekali.”
Lalu malaikat itu menoleh ke sayapnya di mana Nabi Idris berada saat itu, namun ternyata Nabi Idris telah dicabut nyawanya tanpa terasa olehnya.
Ibnu Katsir mengatakan ini adalah salah satu riwayat israiliyat (palsu), dan di dalamnya juga terdapat kalimat yang tidak dikenali pada riwayat lain.
Ibnu Abi Najih juga meriwayatkan, dari Mujahid, mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi.” Ia berkata, "Ketika diangkat ke atas langit Nabi Idris tidak dalam keadaan meninggal dunia, sebagaimana ketika diangkatnya Nabi Isa as?”
Apabila maksud dari riwayat ini bahwa Nabi Idris belum meninggal dunia sampai sekarang, maka tentu hal itu harus diperdebatkan. Namun jika maksudnya adalah ia diangkat ke atas langit selagi masih hidup kemudian nyawanya dicabut di sana, maka hal itu sama seperti riwayat dari Kaab Al Ahbar sebelumnya. Wallahu a'lam.
Al Aufi juga meriwayatkan, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” ia berkata,” Nabi Idris diangkat ke langit keenam, lalu ia meninggal dunia di sana.”
Riwayat ini juga disebutkan oleh Adh Dhahhak. Namun hadis Muttafaq Alaih (yakni hadis yang disebutkan oleh Bukhari dan Muslim) yang menyatakan bahwa ia berada di langit keempat adalah riwayat yang paling benar. Dan riwayat ini juga menjadi pilihan Mujahid dan sejumlah ulama lainnya.
Hasan Basri mengatakan, ”Yang dimaksud dengan kata tinggi pada firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke tempat (martabat) yang tinggi,” adalah surga.
Beberapa ulama Ahli Kitab menyatakan bahwa diangkatnya Nabi Idris ke atas langit adalah ketika ayahnya, Yared bin Mahlaeel masih hidup. Wallahu a'lam.
Menurut Ibnu Katsir, sebagian mereka menduga bahwa Idris itu hidup di zaman Bani Israil, bukan sebelum Nabi Nuh.
(mhy)