Khutbah Jumat: Ada Apa dengan Hari Asyura?
Jum'at, 28 Juli 2023 - 08:05 WIB
Artinya: "Nabi ditanya mengenai puasa Asyuro, maka beliau menjawab, "Puasa itu dapat mengahpus kesalahan ditahun yang lalu." (HR. Muslim)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Adapun amaliyah kedua yaitu meluaskan nafkah untuk keluarga. Meluaskan nafkah untuk keluarga disini artinya memberikan nafkah lebih pada hari Asyuro dari pada kebiasaan nafkah yang diberikan. Misal, di hari-hari biasa keluarga diberikan nafkah 100 ribu perhari, maka pada Asyuro dilebihkan nafkahnya. Bisa 150 ribu 200 ribu dan seterusnya. Adapun fadhilahnya jika kita memberikan nafkah lebih kepada keluarga dihari Asyuro Allah subhanahu wa ta'ala akan meluaskan rezekinya selama satu tahun. Hal ini berdasarkan teks Hadits nabi sebagai berikut:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلِّهَا. رواه الطبرانى و البيهقى
Artinya: "Barangsiapa melapangkan belanja kepada keluarganya di hari Asyura', maka Allah melapangkan kepadanya selama setahun, keseluruhan." (HR at-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Ketiga, yaitu membahagiakan anak yatim. Asyuro adalah identik dengan harinya anak yatim. Bahkan disebut sebagai hari rayanya anak yatim. Penyebutan hari raya disini tentu tidak bermaksud untuk melahirkan hukum baru tentang adanya hari raya ketiga yaitu hari raya anak yatim. Penyebutan ini adalah sebagai wujud pengingat bersama bahwa hari raya adalah hari yang tak bisa lepas dengan suka cita dan kegembiraan.
Maka Asyuro adalah hari yang pas untuk membahagiakan dan menggembirakan anak-anak yatim. Dengan apa menggembirakan mereka? Tentu dapat diwujudkan dengan berbagai macam hal. Bisa dengan mengadakan acara yang dikhususkan untuk anak-anak yatim, pemberikan biaya pendidikan untuk anak yatim atau santunan anak yatim.
Biasanya pada momentum Asyuro ini banyak masyarakat yang mengadakan santunan anak yatim. Ini bukan perkara yang baru, karena para ulama terdahulu tengah memberikan contoh demikian. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Ibnul Jauzi dalam kitab al-Majalis, ada lima belas hal yang disunnahkan dikerjakan ketika Asyuro, satu diantaranya adalah:
اَنْ يَمْسَحَ رَأْسَ الْيَتِيْمَ
Makna secara tekstual adalah mengusap kepala anak yatim. Dan makna secara kontekstual adalah dengan memberikan kasih sayang kepada mereka. Dalam hadits nabi disebutkan tentang keutamaan mengusap kepala anak yatim. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيْمٍ، لَمْ يَمْسَحْهُ إلَّا لِلهِ، كَانَتْ لَهُ فِى كُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ يَدُهُ عَلَيْهَا حَسَنَاتٌ (رواه احمد)
Artinya: "Barang siapa mengusap kepala anak yatim, ia tidak mengusap kecuali hanya mengharap ridha Allah. Maka baginya setiap usapan tangannya mengandung beberapa kebaikan." (HR Imam Ahmad)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Usapan kepala adalah menunjukkan gestur kasih sayang. Tentulah tidak mungkin kita mengundang mereka anak-anak yatim kemudian hanya untuk mengusap kepala mereka saja. Dalam tradisi masyarakat kita memberikan kasih sayang kepada anak yatim biasanya diekspresikan melalui memberikan santunan kepada mereka. Yang kemudian dalam momentum istimewa ini dimanfaatkan untuk dapat mengusap kepala mereka. Banyak sekali teks hadits yang menjelaskan tentang keutamaan memberi perhatian lebih kepada anak-anak yatim. Diantaranya adalah sebagai berikut:
وَالَّذِىْ بَعَثَنِى بِالْحَقِّ لَا يُعَذِّبُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ رَحِمَ الْيَتِيْمَ (رواه الطبرانى)
Artinya: "Demi Allah yang telah mengutusku dengan sebenarnya. Allah tidak akan mengazab pada hari kiamat orang yang mengasihi anak yatim." (HR at-Thabrani)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Itulah di antara amalan-amalan yang dapat kita amalkan pada hari Asyuro. Marilah kita amalkan sesuai dengan kemampuan kita. Yang mampu berpuasa, ayo berpuasa, yang mampu memberikan nafkah lebih kepada keluarga, ayo longgarkan nafkah untuk keluarga di hari Asyuro, yang bisa memberikan santunan kepada anak yatim, mari kita lakukan. Syukur-syukur di antara amalan-amalan itu dapat dilakukan semua, tentu itu lebih baik. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kita kemudahan dan kemampuan untuk melakukannya. Aamiinn Ya Robbal 'alamiin.
Khutbah Kedua
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Adapun amaliyah kedua yaitu meluaskan nafkah untuk keluarga. Meluaskan nafkah untuk keluarga disini artinya memberikan nafkah lebih pada hari Asyuro dari pada kebiasaan nafkah yang diberikan. Misal, di hari-hari biasa keluarga diberikan nafkah 100 ribu perhari, maka pada Asyuro dilebihkan nafkahnya. Bisa 150 ribu 200 ribu dan seterusnya. Adapun fadhilahnya jika kita memberikan nafkah lebih kepada keluarga dihari Asyuro Allah subhanahu wa ta'ala akan meluaskan rezekinya selama satu tahun. Hal ini berdasarkan teks Hadits nabi sebagai berikut:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ السَّنَةَ كُلِّهَا. رواه الطبرانى و البيهقى
Artinya: "Barangsiapa melapangkan belanja kepada keluarganya di hari Asyura', maka Allah melapangkan kepadanya selama setahun, keseluruhan." (HR at-Thabrani dan Al-Baihaqi)
Ketiga, yaitu membahagiakan anak yatim. Asyuro adalah identik dengan harinya anak yatim. Bahkan disebut sebagai hari rayanya anak yatim. Penyebutan hari raya disini tentu tidak bermaksud untuk melahirkan hukum baru tentang adanya hari raya ketiga yaitu hari raya anak yatim. Penyebutan ini adalah sebagai wujud pengingat bersama bahwa hari raya adalah hari yang tak bisa lepas dengan suka cita dan kegembiraan.
Maka Asyuro adalah hari yang pas untuk membahagiakan dan menggembirakan anak-anak yatim. Dengan apa menggembirakan mereka? Tentu dapat diwujudkan dengan berbagai macam hal. Bisa dengan mengadakan acara yang dikhususkan untuk anak-anak yatim, pemberikan biaya pendidikan untuk anak yatim atau santunan anak yatim.
Biasanya pada momentum Asyuro ini banyak masyarakat yang mengadakan santunan anak yatim. Ini bukan perkara yang baru, karena para ulama terdahulu tengah memberikan contoh demikian. Sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Ibnul Jauzi dalam kitab al-Majalis, ada lima belas hal yang disunnahkan dikerjakan ketika Asyuro, satu diantaranya adalah:
اَنْ يَمْسَحَ رَأْسَ الْيَتِيْمَ
Makna secara tekstual adalah mengusap kepala anak yatim. Dan makna secara kontekstual adalah dengan memberikan kasih sayang kepada mereka. Dalam hadits nabi disebutkan tentang keutamaan mengusap kepala anak yatim. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيْمٍ، لَمْ يَمْسَحْهُ إلَّا لِلهِ، كَانَتْ لَهُ فِى كُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ يَدُهُ عَلَيْهَا حَسَنَاتٌ (رواه احمد)
Artinya: "Barang siapa mengusap kepala anak yatim, ia tidak mengusap kecuali hanya mengharap ridha Allah. Maka baginya setiap usapan tangannya mengandung beberapa kebaikan." (HR Imam Ahmad)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Usapan kepala adalah menunjukkan gestur kasih sayang. Tentulah tidak mungkin kita mengundang mereka anak-anak yatim kemudian hanya untuk mengusap kepala mereka saja. Dalam tradisi masyarakat kita memberikan kasih sayang kepada anak yatim biasanya diekspresikan melalui memberikan santunan kepada mereka. Yang kemudian dalam momentum istimewa ini dimanfaatkan untuk dapat mengusap kepala mereka. Banyak sekali teks hadits yang menjelaskan tentang keutamaan memberi perhatian lebih kepada anak-anak yatim. Diantaranya adalah sebagai berikut:
وَالَّذِىْ بَعَثَنِى بِالْحَقِّ لَا يُعَذِّبُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ رَحِمَ الْيَتِيْمَ (رواه الطبرانى)
Artinya: "Demi Allah yang telah mengutusku dengan sebenarnya. Allah tidak akan mengazab pada hari kiamat orang yang mengasihi anak yatim." (HR at-Thabrani)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah!
Itulah di antara amalan-amalan yang dapat kita amalkan pada hari Asyuro. Marilah kita amalkan sesuai dengan kemampuan kita. Yang mampu berpuasa, ayo berpuasa, yang mampu memberikan nafkah lebih kepada keluarga, ayo longgarkan nafkah untuk keluarga di hari Asyuro, yang bisa memberikan santunan kepada anak yatim, mari kita lakukan. Syukur-syukur di antara amalan-amalan itu dapat dilakukan semua, tentu itu lebih baik. Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kita kemudahan dan kemampuan untuk melakukannya. Aamiinn Ya Robbal 'alamiin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua