Bukan Besar Kecilnya Kurban, yang Diterima Allah Ta'ala Adalah Ketulusan

Jum'at, 31 Juli 2020 - 05:00 WIB
Karena hormatnya Nabi Ibrahim pada sesama itu, Allah memerintahkan larangan pada kebiasaan manusia untuk mengurbankan manusia lain melalui Ibrahim.



Pada zaman dulu, ada sebagian orang yang mengurbankan manusia sebagai persembahan pada ‘tuhan’ mereka atau dewa-dewa mereka. Ada yang mengurbankan nyawa gadis cantik setiap tahun, ada juga mengurbankan tokoh agamanya yang paling hebat, dan ada yang mengorbankan bayi, dan Allah melarang hal-hal itu.

Pada Nabi Ibrahim, Allah berkata, “Ibrahim, sembelih anakmu!” Lalu, meskipun berat hati, mendapatkan perintah dari Tuhan untuk menyembelih anak yang sangat disayanginya, akhirnya patuhlah Ibrahim.

Ia percaya bahwa Tuhan mengetahui yang baik dan pasti memiliki maksud yang baik padanya.

Setelah Nabi Ibrahim menunjukkan kepatuhannya pada perintah Tuhan, Allah kemudian melarangnya, dan membuat Ibrahim menyembelih hewan ternak, hingga anak Ibrahim tetap selamat.



Menurut Quraish Shihab, dari kejadian itu, Allah ingin menunjukkan pada manusia bahwa pengurbanan manusia itu adalah hal yang terlarang. Untuk itu semua, kita lantas beridul Adha mengikuti nabi Ibrahim, untuk menauladani Nabi Ibrahim yang memiliki keimanan yang luar biasa pada Tuhan. Karena itu turunlah perintah berkurban dengan menyembelih binatang kurban, seperti kambing, domba, sapi, unta. Tapi syaratnya, kurban yang diberikan harus yang sempurna, dan dengan hati yang sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Mengapa Allah Memerintahkan Ibrahim Menyembelih Ismail?

Quraish Shihab menjelaskan Allah menyuruh Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail dan tidak langsung menyuruhnya menyembelih domba karena,

Pertama, Allah Maha Mengetahui, tapi Allah ingin menunjukan pada manusia betapa hebatnya keimanan seorang manusia bernama Ibrahim ini, dengan diujinya Ibrahim dengan ujian yang luar biasa beratnya.





"Anda bisa bayangkan, anak ditunggu sekian lama, dari istrinya yang telah bertahun-tahun mandul, akhirnya diberikan anak. Ketika anaknya lahir, dan sudah besar, harapan Ibrahim tentu untuk menjadikan anaknya sebagai penerusnya, namun tiba-tiba mendapat perintah untuk disembelih dengan tangannya sendiri, itu adalah puncak dari pengurbanan seorang manusia," jelas Quraish Shihab.

"Hal ini untuk menunjukkan bahwa tokoh ini memiliki sifat-sifat yang luar biasa," tambahnya.

Kedua, ada orang-orang yang berpendapat, bahwa menyembelih anak sebagai persembahan pada tuhan adalah hal yang terlalu mahal, terlalu berharga. Mereka berpendapat, jangan anaklah, yang lebih murah saja dari anak.

Menurut Quraish, Allah bermaksud memerintahkan menyembelih Ismail anak Ibrahim untuk membantah mereka yang berkata tadi, bahwa anak yang paling anda cintaipun kalau Allah yang perintahkan anda harus laksanakan.





Setelah Ibrahim AS membuktikan kepatuhannya pada Allah, Allah membatalkannya dan menggantinya dengan kambing. Hal ini memiliki maksud untuk menunjukkan pada seluruh umat manusia, bahwa manusia tidak boleh menjadi kurban persembahan atau dikurbankan.
Halaman :
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Hadits of The Day
Dari Abu Qatadah dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidak ada sikap lalai ketika tidur, akan tetapi kelalaian itu hanya ada ketika terjaga, yaitu mengakhirkan shalat hingga datang waktu shalat yang lain.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 373)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More