Bukan Besar Kecilnya Kurban, yang Diterima Allah Ta'ala Adalah Ketulusan
Jum'at, 31 Juli 2020 - 05:00 WIB
Jadi dari perintah ini ada dua sisi, pertama, apapun kalau Allah yang perintahkan, apapun itu walaupun anda sangat cintai, kita harus kurbankan. Tapi kedua, Allah juga ingin mengatakan bahwa jangan jadikan manusia sebagai kurban.
"Jadi sebenarnya dalam ajaran berkurban itu berkurbanlah untuk Allah SWT dan berkurbanlah sesempurna mungkin. Ada juga yang berkata, dari berkurban dengan menyembelih binatang kurban ini memiliki makna kurbankanlah sifat-sifat atau naluri kebinatangan yang ada di dalam diri anda," jelasnya.
Hakikat Berkurban
Agama Islam ini sangat realistis, dalam perintah berkurban, yaitu menyembelih hewan kurban, kita tidak diperintahkan untuk mempersembahkan semua bagian dari binatang yang disembelih, tapi kita juga boleh berpikir tentang diri kita.
Dari hewan yang kita kurbankan, diperintahkan bahwa 1/3 bagiannya menjadi bagian untuk kita dan keluarga, dan 2/3 dibagi lagi: 1/3 untuk orang yang membutuhkan, yaitu orang-orang dhuafa, dan 1/3 lagi untuk orang yang tidak butuh dan sebenarnya mampu, boleh jadi saudara atau teman, dalam rangka menjalin hubungan yang lebih harmonis. Nilai-nilai itulah yang terdapat dalam ibadah kurban.
Ketika kita bicara idul Adha dan Nabi Ibrahim, kita bisa berkata bahwa inti yang dikehendaki dari Hari Raya Qurban ini, yang pertama adalah mendidik kita untuk bersedia berkurban. Kita bisa bertanya sekarang, perlukah manusia berkurban? Kenapa kita harus berkurban? Yang pertama, kita manusia adalah satu kesatuan, karena kita tercipta dari unsur yang sama, berasal dari kakek yang sama, dari Adam.
Jadi karena manusia itu satu kesatuan, dia harus berjalan seiring untuk mencapai cita-cita kemanusiaan. Karena itu Al Quran mengingatkan, siapa yang merusak satu orang, atau melakukan pengerusakan di muka bumi ini, maka dia bagaikan merusak semua orang, karena manusia adalah satu kesatuan, kita semua bersaudara, dari keturunan yang sama, dan pada saudara, harus kita membantu sebelum dia minta, dan harus ikut merasakan apa yang dia rasakan.
Kedua, kenapa kita harus berkurban? Secara individu orang per orang memiliki kebutuhan. Misalnya, saya tidak bisa memenuhi semua kebutuhan saya tanpa anda bantu, begitu juga sebaliknya. Kita ini makhluk sosial, tapi semua individu punya ego.
Contohnya seperti dalam berlalu lintas, kita semua memiliki keinginan yang sama, yaitu ingin cepat sampai ke tujuan, atau misalnya rumah. Tapi kalau satu sama lain tidak ada yang mau mengalah, bisa terjadi kecelakaan, tabrakan. Misalnya, di persimpangan jalan, kalau semua orang mendahulukan kepentingannya masing-masing, ingin cepat sampai sendiri, dan tidak ada yang mau berhenti dengan mengikuti rambu dari lampu lalu lintas, justru hal itu dapat menghambat dan bisa jadi mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Karena itu, masing-masing orang harus mengorbankan sedikit waktunya untuk bersabar, menunggu gilirannya untuk jalan, dan tidak mendahulukan kepentingannya sendiri. ( )
Jadi masing-masing individu mau berkurban sedikit atau banyak, bukan untuk orang lain, tapi juga untuk dirinya sendiri. Semakin banyak kita berkurban, semakin lancar lalu lintas. Begitu juga dengan lalu lintas kehidupan, dan korban itulah menyisihkan sebagian dari kepentingan ego diri sendiri, untuk orang lain, itulah yang akan melahirkan akhlak. ( )
Jadi kepentingan kita sendirilah sebenarnya yang mengundang kita untuk berkurban. Kurban itu yang dinilai Tuhan adalah ketulusan, semakin banyak berkurban dengan ketulusan, semakin tinggi akhlak, semakin sedikit berkurban, semakin sedikit akhlak. Kalau pengurbanan itu sudah tidak ada, akhlak tidak ada, kalau akhlak tidak ada, runtuhlah masyarakat. "Itu substansinya dari Hari Raya Qurban, kita diminta berkurban demi orang lain, demi masyarakat, yang kebaikannya juga akan kembali kepada kita," demikian Prof Dr M. Quraish Shihab. ( )
===
"Jadi sebenarnya dalam ajaran berkurban itu berkurbanlah untuk Allah SWT dan berkurbanlah sesempurna mungkin. Ada juga yang berkata, dari berkurban dengan menyembelih binatang kurban ini memiliki makna kurbankanlah sifat-sifat atau naluri kebinatangan yang ada di dalam diri anda," jelasnya.
Hakikat Berkurban
Agama Islam ini sangat realistis, dalam perintah berkurban, yaitu menyembelih hewan kurban, kita tidak diperintahkan untuk mempersembahkan semua bagian dari binatang yang disembelih, tapi kita juga boleh berpikir tentang diri kita.
Dari hewan yang kita kurbankan, diperintahkan bahwa 1/3 bagiannya menjadi bagian untuk kita dan keluarga, dan 2/3 dibagi lagi: 1/3 untuk orang yang membutuhkan, yaitu orang-orang dhuafa, dan 1/3 lagi untuk orang yang tidak butuh dan sebenarnya mampu, boleh jadi saudara atau teman, dalam rangka menjalin hubungan yang lebih harmonis. Nilai-nilai itulah yang terdapat dalam ibadah kurban.
Ketika kita bicara idul Adha dan Nabi Ibrahim, kita bisa berkata bahwa inti yang dikehendaki dari Hari Raya Qurban ini, yang pertama adalah mendidik kita untuk bersedia berkurban. Kita bisa bertanya sekarang, perlukah manusia berkurban? Kenapa kita harus berkurban? Yang pertama, kita manusia adalah satu kesatuan, karena kita tercipta dari unsur yang sama, berasal dari kakek yang sama, dari Adam.
Jadi karena manusia itu satu kesatuan, dia harus berjalan seiring untuk mencapai cita-cita kemanusiaan. Karena itu Al Quran mengingatkan, siapa yang merusak satu orang, atau melakukan pengerusakan di muka bumi ini, maka dia bagaikan merusak semua orang, karena manusia adalah satu kesatuan, kita semua bersaudara, dari keturunan yang sama, dan pada saudara, harus kita membantu sebelum dia minta, dan harus ikut merasakan apa yang dia rasakan.
Kedua, kenapa kita harus berkurban? Secara individu orang per orang memiliki kebutuhan. Misalnya, saya tidak bisa memenuhi semua kebutuhan saya tanpa anda bantu, begitu juga sebaliknya. Kita ini makhluk sosial, tapi semua individu punya ego.
Contohnya seperti dalam berlalu lintas, kita semua memiliki keinginan yang sama, yaitu ingin cepat sampai ke tujuan, atau misalnya rumah. Tapi kalau satu sama lain tidak ada yang mau mengalah, bisa terjadi kecelakaan, tabrakan. Misalnya, di persimpangan jalan, kalau semua orang mendahulukan kepentingannya masing-masing, ingin cepat sampai sendiri, dan tidak ada yang mau berhenti dengan mengikuti rambu dari lampu lalu lintas, justru hal itu dapat menghambat dan bisa jadi mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Karena itu, masing-masing orang harus mengorbankan sedikit waktunya untuk bersabar, menunggu gilirannya untuk jalan, dan tidak mendahulukan kepentingannya sendiri. ( )
Jadi masing-masing individu mau berkurban sedikit atau banyak, bukan untuk orang lain, tapi juga untuk dirinya sendiri. Semakin banyak kita berkurban, semakin lancar lalu lintas. Begitu juga dengan lalu lintas kehidupan, dan korban itulah menyisihkan sebagian dari kepentingan ego diri sendiri, untuk orang lain, itulah yang akan melahirkan akhlak. ( )
Jadi kepentingan kita sendirilah sebenarnya yang mengundang kita untuk berkurban. Kurban itu yang dinilai Tuhan adalah ketulusan, semakin banyak berkurban dengan ketulusan, semakin tinggi akhlak, semakin sedikit berkurban, semakin sedikit akhlak. Kalau pengurbanan itu sudah tidak ada, akhlak tidak ada, kalau akhlak tidak ada, runtuhlah masyarakat. "Itu substansinya dari Hari Raya Qurban, kita diminta berkurban demi orang lain, demi masyarakat, yang kebaikannya juga akan kembali kepada kita," demikian Prof Dr M. Quraish Shihab. ( )
===
(mhy)