Pengertian Maulid Nabi, Sejarah dan Keutamaannya

Kamis, 28 September 2023 - 06:05 WIB
Perayaan Maulid Nabi di Tarim Hadhramaut, Yaman diisi dengan pembacaan Kitab Maulid, kajian Sirah Nabi dan syair-syair pujian terhadap baginda Nabi. Foto/ist
Hari ini Kamis bertepatan 12 Rabiul Awal 1445 Hijriyah (28/9/2023) umat Islam di dunia memperingati Maulid Nabi Muhammad ﷺ. Berikut ulasan tentang pengertian Maulid Nabi, sejarah dan keutamaannya.

Perayaan Maulid Nabi biasanya diisi dengan berbagai acara seperti tausiyah keagamaan, pembacaan dzikir dan Sholawat serta Sirah Nabi. Perayaan ini sebagai bentuk penghormatan kaum muslimin kepada Rasulullah ﷺ, sosok tauladan bagi umat manusia yang juga Nabi penutup zaman.

Pengertian Maulid Nabi

Maulid Nabi adalah perayaan yang diadakan umat Islam untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad ﷺ. Perayaan ini biasanya diadakan pada tanggal 12 Rabiul Awal dan juga pada hari-hari lain di bulan Rabiul Awal.

Maulid Nabi merupakan tradisi yang terus berkembang di masyarakat Islam. Adanya peringatan Maulid Nabi ini merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad ﷺ saat dilahirkan ke dunia.



Selain itu, peringatan Maulid Nabi menjadi ajang untuk mengenang ajaran-ajaran Nabi Muhammad ﷺ dan memperkuat persaudaraan antarumat Islam. Berangkat dari nilai positif itu banyak dari umat Islam yang mempertahankan perayaan ini hingga sekarang.

Sejarah Perayaan Maulid Nabi

Dalam sejarahnya, perayaan Maulid Nabi pertama kali dilakukan oleh Raja Irbil (sekarang wilayah Irak), bernama Muzaffaruddin Al-Kaukabri, pada awal abad ke-7 Hijriah. Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tarikhnya berkata:

"Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada bulan Rabi'ul Awal. Dia merayakannya secara besar-besaran. Dia adalah seorang yang berani, pahlawan, alim dan seorang yang adil."

Dijelaskan pula oleh Sibth (cucu) Ibn Al-Jauzi bahwa dalam peringatan itu, Sultan Al-Muzhaffar mengundang seluruh rakyatnya dan seluruh ulama dari berbagai disiplin ilmu, seperti ulama dalam bidang ilmu Fiqh, Ulama Hadis hingga para ahli tasawuf.

Tiga hari sebelum waktu pelaksanaan, sang sultan sudah melakukan berbagai persiapan untuk menjamu para tamu undangannya itu. Ribuan kambing dan unta disembelih untuk hidangan para tamunya yang hadir dalam acara Maulid Nabi.

Segenap para ulama yang hadir saat itu membenarkan dan menyetujui apa yang dilakukan Sultan Al-Muzhaffar. Mereka semua berpandangan dan menganggap baik perayaan Maulid Nabi yang digelar pertama kalinya itu.

Sejak perayaan itu, sebagian besar para ulama menganggap Maulid Nabi adalah perayaan yang baik untuk dilakukan. Adapun ulama yang menyatakan hal demikian, di antaranya:

1. Al-Hafizh Ibn Dihyah (abad 7 H)

2. Al-Hafizh Al-Iraqi (wafat 806 H)

3. Al-Hafizh As-Suyuthi (wafat 911 H)

4. Al-Hafizh Al-Sakhawi (wafat 902 H)

5. Syaikh Ibn Hajar Al-Haitami (wafat 974 H)

6. Al-Imam Al-Nawawi (wafat 676 H)
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Akan ada di akhir zaman para 'Dajjal Pendusta' (bukan Al-Masih Ad-Dajjal) membawa hadits-hadits kepada kalian yang mana kalian tidak pernah mendengarnya dariku dan bapak-bapak kalian pun juga belum pernah mendengarnya. Maka jauhilah mereka, agar mereka tidak bisa menyesatkan kalian dan tidak bisa memfitnah kalian.

(HR. Muslim No. 8)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More