Ciri Khas Masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq Menurut Haekal

Jum'at, 29 September 2023 - 17:20 WIB
Masa Abu Bakar adalah masa peralihan yang sungguh sulit dan rumit. Ilustrasi: Ist
Muhammad Husain Haekal menyebut masa (periode) pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq punya jati diri dan bentuknya sendiri yang sempuma. "Maksudnya yaitu dalam hubungannya dengan masa Rasulullah sebelum itu dan dengan masa Umar bin Khattab sesudahnya, yang ditandai dengan suatu ciri khas," ujar Haekal bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati".

Haekal menjelaskan pada masa Rasulullah adalah masa wahyu dari Allah. Allah telah menyempurnakan agama itu untuk umat manusia, telah melengkapinya dengan karuniaNya dan dengan Islam sebagai agama yang dipilihkan-Nya untuk mereka.

Sedangkan masa Umar bin Khattab ialah masa pembentukan hukum yang dasar-dasarnya sudah ditertibkan dengan kedaulatan yang sudah mulai berjalan lancar.

"Sebaliknya, masa Abu Bakar adalah masa peralihan yang sungguh sulit dan rumit, yang bertalian dengan kedua masa itu; namun berbeda dengan kedua masa itu. Bahkan berbeda dari setiap masa yang pernah dikenal orang dalam sejarah hukum dan ketertibannya serta dalam sejarah agama-agama dan penyebarannya," jelasnya.



Mengatasi Kesulitan

Dalam masa transisi yang sangat kritis ini Abu Bakar dihadapkan pada kesulitan-kesulitan yang begitu besar sehingga pada saat-saat permulaan itu timbul kekhawatiran yang dirasakan oleh seluruh umat Islam.

Setelah semua itu dapat diatasi berkat kekuatan imannya, dan untuk waktu berikutnya Allah telah memberikan sukses dan kemenangan, datang Umar memegang tampuk pimpinan umat Islam. Ia memimpin mereka dengan berpegang pada keadilan yang sangat ketat serta memperkuat pemerintahannya sehingga negara-negara lain tunduk setia kepada kekuasaannya.

Memang, kata Haekal, telah timbul kekhawatiran di kalangan umat melihat kesulitan yang dihadapi Abu Bakar itu. Sebabnya ialah wilayah Arab yang pada masa Rasulullah sudah tuntas kesatuannya, tiba-tiba jadi goncang begitu Rasulullah wafat. "Bahkan gejala-gejala kegoncangan itu memang sudah mulai mengancam sebelum Rasulullah berpulang," tambahnya.



Musailimah bin Habib di Yamamah mendakwakan diri nabi dan mengirim delegasi kepada Nabi di Madinah dengan menyatakan bahwa Musailimah juga nabi seperti Muhammad dan bahwa "Bumi ini separuh buat kami dan separuh buat Quraisy; tetapi Quraisy adalah golongan yang tidak suka berlaku adil."

Juga Aswad Ansi di Yaman mendakwakan diri nabi dan tukang sihir, mengajak orang dengan sembunyi-sembunyi. Setelah merasa dirinya kuat ia pergi ke daerah selatan lalu mengusir wakil-wakil Nabi Muhammad, lalu terus ke Najran. Ia hendak menyebarkan pengaruhnya di kawasan ini.

Itu sebabnya, begitu mereka mendengar Rasulullah wafat mereka menjadi murtad, dan banyak di antara kabilah itu yang menyatakan tidak lagi tunduk pada kekuasaan Madinah. Mereka menganggap membayar zakat itu sama dengan keharusan pajak. Oleh karena itu mereka menolak.

(mhy)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
cover top ayah
تَعۡرُجُ الۡمَلٰٓٮِٕكَةُ وَ الرُّوۡحُ اِلَيۡهِ فِىۡ يَوۡمٍ كَانَ مِقۡدَارُهٗ خَمۡسِيۡنَ اَلۡفَ سَنَةٍ‌ۚ‏
Para malaikat dan Jibril naik menghadap kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.

(QS. Al-Ma'arij Ayat 4)
cover bottom ayah
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More