Kisah Presiden Richard Nixon Mengeluh Hadapi Lobi Yahudi Amerika
Rabu, 25 Oktober 2023 - 12:40 WIB
Semua penerima itu adalah para pendukung kuat Israel. 16 Orang yang sedang memegang jabatan di Senat menerima lebih dari $100.000 masing-masing dari dua sumber.
Di antara para penerimanya yang tertinggi adalah Carl Levin (Demokrat dari Michigan), $563.073; Paul Simon (Demokrat dari Illinois), $449.417; Tom Harkin (Demokrat dari Iowa), $344.650; Clairborne Pell (Demokrat dari Rhode Island), $225.811; dan Mitch McConnell (Republik dari Kentucky), $213.900. Penerima tertinggi dari Dewan adalah Mel Levine (Demokrat dari California), $89.779; Sydney R. Yates (Demokrat dari Illinois), $72.250; David R. Obey (Demokrat dari Wisconsin), $57.949; Ron Wyden (Demokrat dari Oregon), $53.340; dan Wayne Owens (Demokrat dari Utah), $52.450.39
The Wall Street Journal melaporkan bahwa delapan puluh PACs pro Israel membelanjakan $6.931.728 dalam pemilihan tahun 1986, yang menjadikan mereka penyumbang terbesar dari PACs di negeri itu. Yang kedua adalah makelar PACs sebanyak $6.290.108, disusul oleh Asosiasi Medis Amerika sebanyak $5.702.133 40
Telaah lain menunjukkan bahwa para senator yang memberikan suara yang mendukung perundang-undangan pro Israel pada 1985-1986 menerima rata-rata $54.223 dari PACs pro Israel; mereka yang memberikan suara sebaliknya menerima rata-rata $166.
Para senator yang terpilih atau terpilih kembali pada 1986 menerima $1,9 juta dari PACs pro Israel, hampir tiga kali lipat dari yang mereka kumpulkan dari PACs semua kelompok ideologi lainnya.
Seperti yang telah ditulis oleh pengarang Edward Tivnan: "Beberapa politisi Amerika yang ambisius tidak dapat memimpikan jabatan yang lebih tinggi tanpa mengharapkan uang Yahudi."
Wakil Presiden Dan Quayle berkata: "Sebagai orang Amerika Anda mempunyai hak untuk menyuarakan dukungan Anda pada Negara Israel... Akses menuju proses politik bukanlah keistimewaan suatu kelompok. Itu adalah hak."
Bereskan Kongres
Saat berlangsungnya perang 1973, terjadi suatu pertemuan menegangkan antara Laksamana Thomas Moorer, pemimpin Gabungan Kepala Staf, dan atase militer Israel Mordecai Gur.
Gur menuntut agar Amerika Serikat memberi Israel pesawat-pesawat tempur yang dilengkapi misil anti-tank udara-ke-darat Maverick. Moorer menjelaskan bahwa Amerika Serikat hanya memiliki satu skuadron pesawat-pesawat semacam itu dan bahwa Kongres "akan mencak-mencak" jika yang itu diberikan.
Moorer mengenang: "Gur berkata padaku, 'Anda dapatkan pesawat-pesawat itu; saya akan bereskan Kongres.'"
Moorer menambahkan: "Dan dia berhasil. Saya belum pernah melihat seorang Presiden --saya tidak peduli siapa pun dia-- yang berani menentang mereka [orang-orang Israel]. Ini benar-benar memusingkan. Mereka selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan."
Contoh lain terjadi saat berlangsungnya perang yang sama ketika Israel merasa bahwa Amerika Serikat tidak menyediakan pasokan yang mencukupi baginya.
Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Simcha Dinitz, mengancam Menteri Luar Negeri Henry Kissinger bahwa "jika sistem angkutan udara besar-besaran Amerika ke Israel tidak segera dimulai maka saya akan tahu bahwa Amerika Serikat mengingkari janji-janji dan kebijaksanaannya, dan kami harus menarik kesimpulan-kesimpulan sangat serius dari semua ini."
Kalb bersaudara, yang banyak mewawancarai Dinitz untuk biografi mereka tentang Kissinger, memberikan penilaian atas perkataan ini: "Dinitz tidak harus menterjemahkan pesannya. Kissinger dengan segera memahami bahwa orang-orang Israel akan segera 'go public' dan bahwa akan timbul sentimen pro Israel yang akan berdampak sangat buruk terhadap pemerintahan yang memang telah lemah itu."
Presiden Carter
Paul Findley memberi contoh intimidasi lainnya yang melibatkan Presiden Carter dan Menteri Luar Negeri Israel Moshe Dayan.
Dalam suatu pertemuan pada 1977 mengenai proses perdamaian, Carter tiba-tiba mengubah pokok pembicaraan dan berkata: "Mari kita bicara politik."
Di antara para penerimanya yang tertinggi adalah Carl Levin (Demokrat dari Michigan), $563.073; Paul Simon (Demokrat dari Illinois), $449.417; Tom Harkin (Demokrat dari Iowa), $344.650; Clairborne Pell (Demokrat dari Rhode Island), $225.811; dan Mitch McConnell (Republik dari Kentucky), $213.900. Penerima tertinggi dari Dewan adalah Mel Levine (Demokrat dari California), $89.779; Sydney R. Yates (Demokrat dari Illinois), $72.250; David R. Obey (Demokrat dari Wisconsin), $57.949; Ron Wyden (Demokrat dari Oregon), $53.340; dan Wayne Owens (Demokrat dari Utah), $52.450.39
The Wall Street Journal melaporkan bahwa delapan puluh PACs pro Israel membelanjakan $6.931.728 dalam pemilihan tahun 1986, yang menjadikan mereka penyumbang terbesar dari PACs di negeri itu. Yang kedua adalah makelar PACs sebanyak $6.290.108, disusul oleh Asosiasi Medis Amerika sebanyak $5.702.133 40
Telaah lain menunjukkan bahwa para senator yang memberikan suara yang mendukung perundang-undangan pro Israel pada 1985-1986 menerima rata-rata $54.223 dari PACs pro Israel; mereka yang memberikan suara sebaliknya menerima rata-rata $166.
Para senator yang terpilih atau terpilih kembali pada 1986 menerima $1,9 juta dari PACs pro Israel, hampir tiga kali lipat dari yang mereka kumpulkan dari PACs semua kelompok ideologi lainnya.
Seperti yang telah ditulis oleh pengarang Edward Tivnan: "Beberapa politisi Amerika yang ambisius tidak dapat memimpikan jabatan yang lebih tinggi tanpa mengharapkan uang Yahudi."
Wakil Presiden Dan Quayle berkata: "Sebagai orang Amerika Anda mempunyai hak untuk menyuarakan dukungan Anda pada Negara Israel... Akses menuju proses politik bukanlah keistimewaan suatu kelompok. Itu adalah hak."
Bereskan Kongres
Saat berlangsungnya perang 1973, terjadi suatu pertemuan menegangkan antara Laksamana Thomas Moorer, pemimpin Gabungan Kepala Staf, dan atase militer Israel Mordecai Gur.
Gur menuntut agar Amerika Serikat memberi Israel pesawat-pesawat tempur yang dilengkapi misil anti-tank udara-ke-darat Maverick. Moorer menjelaskan bahwa Amerika Serikat hanya memiliki satu skuadron pesawat-pesawat semacam itu dan bahwa Kongres "akan mencak-mencak" jika yang itu diberikan.
Moorer mengenang: "Gur berkata padaku, 'Anda dapatkan pesawat-pesawat itu; saya akan bereskan Kongres.'"
Moorer menambahkan: "Dan dia berhasil. Saya belum pernah melihat seorang Presiden --saya tidak peduli siapa pun dia-- yang berani menentang mereka [orang-orang Israel]. Ini benar-benar memusingkan. Mereka selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan."
Contoh lain terjadi saat berlangsungnya perang yang sama ketika Israel merasa bahwa Amerika Serikat tidak menyediakan pasokan yang mencukupi baginya.
Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Simcha Dinitz, mengancam Menteri Luar Negeri Henry Kissinger bahwa "jika sistem angkutan udara besar-besaran Amerika ke Israel tidak segera dimulai maka saya akan tahu bahwa Amerika Serikat mengingkari janji-janji dan kebijaksanaannya, dan kami harus menarik kesimpulan-kesimpulan sangat serius dari semua ini."
Kalb bersaudara, yang banyak mewawancarai Dinitz untuk biografi mereka tentang Kissinger, memberikan penilaian atas perkataan ini: "Dinitz tidak harus menterjemahkan pesannya. Kissinger dengan segera memahami bahwa orang-orang Israel akan segera 'go public' dan bahwa akan timbul sentimen pro Israel yang akan berdampak sangat buruk terhadap pemerintahan yang memang telah lemah itu."
Presiden Carter
Paul Findley memberi contoh intimidasi lainnya yang melibatkan Presiden Carter dan Menteri Luar Negeri Israel Moshe Dayan.
Dalam suatu pertemuan pada 1977 mengenai proses perdamaian, Carter tiba-tiba mengubah pokok pembicaraan dan berkata: "Mari kita bicara politik."