Cahaya Keimanan Menyatukan Kembali Cinta yang Lama Terpisah

Jum'at, 21 Agustus 2020 - 13:43 WIB
Abul ‘Ash pun kemudian menegaskan, “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya! Demi Allah, tidak ada yang menahanku untuk masuk Islam saat itu, kecuali aku khawatir kalian menyangka bahwa aku memakan harta kalian. Sekarang setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala tunaikan harta itu kepada kalian masing-masing, aku masuk Islam.”

Abul ‘Ash bergegas meninggalkan Makkah, hingga bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan Islam.

Enam tahun bukanlah rentang waktu yang sebentar. Akhir penantian yang sekian lama pun menjelang. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengembalikan putri tercintanya, Zainab radhiyallahu ‘anhu kepada suaminya, Abul ‘Ash bin Ar- Rabi’ radhiyallahu ‘anhu, dengan nikahnya yang dulu dan tanpa menunaikan kembali maharnya. Dua insan kini bersama meniti jalan mereka …

Namun, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan takdir-Nya. Tak lama setelah pertemuan itu atau satu tahun kemudian, Zainab binti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke hadapan Rabb-nya, pada tahun kedelapan setelah hijrah, meninggalkan kekasihnya untuk selama-lamanya. Sayyidah Zainab wafat karena sakit yang masih membekas pada saat keguguran ketika berhijrah . Sang suami Abu Al "Ash menangisinya hingga menyebabkan orang-orang di sekitarnya turut menangis.

Kemudian datanglah ayahanda Zainab yang mulai Rasulullah dalam keadaan sedih dan mengucapkan selamat tinggal kemudian bersabda kepada para wanita :

"Basuhlah dengan bilangan yang ganjil, tiga atau lima kali dan yang terakhir dengan kapur barus atau sejenisnya. Apabila kalian selesai memandikannya beritahukanlah kepadaku. "Taktala mereka selesai memandikannya beliau memberikan , kain penutup dan bersabda,"Pakaikanlah ini kepadanya."

Di antara para shahabiyyah yang memandikan jenazah Zainab, ada Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyah radhiallahu ‘anha. Darinya terpapar kisah dimandikannya jenazah Zainab radhiyallahu ‘anha, sesuai perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan guyuran air bercampur daun bidara. Seusai itu, rambut Zainab radhiyallahu ‘anha dijalin menjadi tiga jalinan. Jenazahnya dibungkus dengan kain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Putri pemimpin para nabi itu telah pergi. (Baca juga : Berkeluh Kesah, Dosa yang Sering Disepelekan Perempuan )

**

Inilah kisah Zainab Al-Kubra. Ridha suami telah dibawa serta oleh Zainab untuk menemaninya di alam kubur. Itu bayangan kecintaan Zainab, putri pemimpin para Nabi, kepada suaminya. Hampir sempurnalah sifat kewanitaannya. Seorang istri yang setia, sabar, berjuang dan bermujahadah.

Wallahu A'lam
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(wid)
Halaman :
Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Seorang tidak disebut mukmin saat berzina, seorang tidak disebut mukmin saat mencuri, seorang tidak disebut mukmin saat minum khamer (mabuk), dan pintu taubat akan selalu dibuka setelahnya.

(HR. Sunan Abu Dawud No. 4069)
Artikel Terkait
Al-Qur'an, Bacalah!
Rekomendasi
Terpopuler
Artikel Terkini More