Kisah Pro Kontra Konflik antara Umar bin Khattab dan Khalid bin Walid
Rabu, 19 Juni 2024 - 05:15 WIB
Perintah agar ia jangan memboroskan harta rampasan perang sebelum diadakan pemeriksaan ulang, tidak dikerjakan, dan supaya disisihkan untuk kaum duafa Muhajirin, malah diberikannya kepada orang-orang terpandang dan yang suka menuntut.
Oleh karena itu, Umar khawatir Khalid akan tergoda, dan orang pun akan tergoda karenanya. Maka bahayanya akan menimpa negara dan keberadaannya.
Juga ia khawatir orang akan mengira bahwa adanya Khalid sudah menjadi suatu keharusan mutlak untuk kemenangan pasukan Muslimin, dan akan memperkecil peranan komandan-komandan lain yang juga berkemampuan tinggi.
Mereka akan mendewakan Khalid dan akan memperlemah akidah kepada Allah. Ini akan sangat berbahaya jika sampai menimpa negara dan berakar ke dalam.
Tak ada jalan lain untuk mengikis bahaya itu kecuali dengan mecabut akarnya, meskipun tanpa harus ada kesalahan. Kalau orang sudah melihat angkatan bersenjata negara sesudah itu tetap berjaya, akidah mereka kepada Allah dan kepercayaan kepada komandan-komandan dan pemimpin-pemimpin mereka akan tetap kuat.
Dengan jalan itu bagi negara dan agama Allah harus ada pemasukan yang tak boleh diukur dengan dipecatnya seseorang sesudah itu, sekalipun orang itu Khalid bin Walid.
Banyak orang berpendapat tidak perlu bersikap seperti seorang wasit mengenai kasus Khalid dan Umar demi menghormati kedua mereka dalam hal pengadilan dan tuduhan.
Mereka merasa bahwa segala peristiwa dan tali-temalinya yang sampai kepada kita selama ini masih banyak kekurangannya dan serba kacau, hal yang membuat kita enggan untuk menjadi penengah, walaupun mereka sangat menyesalkan sampai terjadi peristiwa semacam itu.
Khalid dan Umar dua sosok yang jarang sekali dapat dicarikan bandingannya di antara para tokoh yang ada. Andaikata di antara kedua mereka terdapat kerja sama yang serasi sampai pembangunan kedaulatan ini dan administrasinya selesai, niscaya usaha pembebasan itu akan lebih cepat, wilayahnya akan lebih luas dan pasukan Muslimin akan memasuki Konstantinopel di bawah pimpinan Khalid.
Niscaya mereka akan menggantikan kekuasaan Kaisar seperti yang terjadi dengan pergantian kekuasaan Kisra, dan pengaruhnya pun akan tetap berdenyut dalam kehidupan Islam dan dalam kehidupan dunia. Karena pengaruh itu pula, yang akan kita lihat bukanlah seperti yang kita saksikan sekarang, dan peradabannya pun akan berkembang tidak seperti yang kita kenal selama ini.
Haekal mengatakan inilah premis-premis yang tiada seorang pun tahu mana yang benar dari semua itu jika tidak terjadi apa yang sudah terjadi.
Oleh karena itu, Umar khawatir Khalid akan tergoda, dan orang pun akan tergoda karenanya. Maka bahayanya akan menimpa negara dan keberadaannya.
Juga ia khawatir orang akan mengira bahwa adanya Khalid sudah menjadi suatu keharusan mutlak untuk kemenangan pasukan Muslimin, dan akan memperkecil peranan komandan-komandan lain yang juga berkemampuan tinggi.
Mereka akan mendewakan Khalid dan akan memperlemah akidah kepada Allah. Ini akan sangat berbahaya jika sampai menimpa negara dan berakar ke dalam.
Tak ada jalan lain untuk mengikis bahaya itu kecuali dengan mecabut akarnya, meskipun tanpa harus ada kesalahan. Kalau orang sudah melihat angkatan bersenjata negara sesudah itu tetap berjaya, akidah mereka kepada Allah dan kepercayaan kepada komandan-komandan dan pemimpin-pemimpin mereka akan tetap kuat.
Dengan jalan itu bagi negara dan agama Allah harus ada pemasukan yang tak boleh diukur dengan dipecatnya seseorang sesudah itu, sekalipun orang itu Khalid bin Walid.
Banyak orang berpendapat tidak perlu bersikap seperti seorang wasit mengenai kasus Khalid dan Umar demi menghormati kedua mereka dalam hal pengadilan dan tuduhan.
Mereka merasa bahwa segala peristiwa dan tali-temalinya yang sampai kepada kita selama ini masih banyak kekurangannya dan serba kacau, hal yang membuat kita enggan untuk menjadi penengah, walaupun mereka sangat menyesalkan sampai terjadi peristiwa semacam itu.
Khalid dan Umar dua sosok yang jarang sekali dapat dicarikan bandingannya di antara para tokoh yang ada. Andaikata di antara kedua mereka terdapat kerja sama yang serasi sampai pembangunan kedaulatan ini dan administrasinya selesai, niscaya usaha pembebasan itu akan lebih cepat, wilayahnya akan lebih luas dan pasukan Muslimin akan memasuki Konstantinopel di bawah pimpinan Khalid.
Niscaya mereka akan menggantikan kekuasaan Kaisar seperti yang terjadi dengan pergantian kekuasaan Kisra, dan pengaruhnya pun akan tetap berdenyut dalam kehidupan Islam dan dalam kehidupan dunia. Karena pengaruh itu pula, yang akan kita lihat bukanlah seperti yang kita saksikan sekarang, dan peradabannya pun akan berkembang tidak seperti yang kita kenal selama ini.
Haekal mengatakan inilah premis-premis yang tiada seorang pun tahu mana yang benar dari semua itu jika tidak terjadi apa yang sudah terjadi.
(mhy)