Kekalahan Pasukan Shalahuddin Al Ayyubi Melawan Eropa di Damaskus dan Ramallah
Rabu, 26 Juni 2024 - 05:15 WIB
Perjalanan mereka tidak mudah, penuh kesulitan. Mereka diintai kematian dan dahaga. Kuda-kuda perang mereka banyak yang mati karena kehausan, kelaparan, dan cepatnya perjalanan.
Sedangkan pasukan yang memasuki negeri Eropa dalam invasinya, sebagian besarnya terbunuh atau tertawan. Di antara mereka yang tertawan adalah seorang faqih bernama `Isa al-Hikari. Ia adalah salah seorang anggota kabilah al-Asadiyah yang pada hari itu paling gigih dalam bertempur.
Di dalam dirinya berkumpul ilmu pengetahuan, agama, dan keberanian. Saudaranya, al-Zhahir, juga ditawan. Mereka berdua telah memutuskan untuk mengambil jalan kekalahan. Mereka terus melangkah, dan akhirnya ditawan bersama-sama dengan pasukan mereka. Mereka menjadi tawanan musuh selama beberapa tahun.
Shalahuddin akhirnya membebaskan `Isa dan sejumlah besar tawanan lainnya dengan uang tebusan sebesar 60.000 Dinar. Shalahuddin lalu tiba di Kairo pada pertengahan bulan Jumadil Akhir.
Shalahuddin menulis urat dengan tulisan tangannya kepada saudaranya, Syamsuddawlah Turansyah. Ia ketika itu berada di Damaskus, sedang mengenang peperangan itu. Di awal surat itu ia menuliskan: “Aku ingatkan kamu, dan jarak memisahkan kita Tombak dan lembing telah meminum darah kita”.
Ia katakan dalam suratnya tersebut: “Kita pernah mengalami kesalahan lebih dari sekali. Allah tidak menolong kita kecuali ada sesuatu yang Dia kehendaki. Mahasuci Allah: “Dan tidaklah terjadi sesuatu kecuali di dalamnya ada satu perkara”.
Sedangkan pasukan yang memasuki negeri Eropa dalam invasinya, sebagian besarnya terbunuh atau tertawan. Di antara mereka yang tertawan adalah seorang faqih bernama `Isa al-Hikari. Ia adalah salah seorang anggota kabilah al-Asadiyah yang pada hari itu paling gigih dalam bertempur.
Di dalam dirinya berkumpul ilmu pengetahuan, agama, dan keberanian. Saudaranya, al-Zhahir, juga ditawan. Mereka berdua telah memutuskan untuk mengambil jalan kekalahan. Mereka terus melangkah, dan akhirnya ditawan bersama-sama dengan pasukan mereka. Mereka menjadi tawanan musuh selama beberapa tahun.
Shalahuddin akhirnya membebaskan `Isa dan sejumlah besar tawanan lainnya dengan uang tebusan sebesar 60.000 Dinar. Shalahuddin lalu tiba di Kairo pada pertengahan bulan Jumadil Akhir.
Shalahuddin menulis urat dengan tulisan tangannya kepada saudaranya, Syamsuddawlah Turansyah. Ia ketika itu berada di Damaskus, sedang mengenang peperangan itu. Di awal surat itu ia menuliskan: “Aku ingatkan kamu, dan jarak memisahkan kita Tombak dan lembing telah meminum darah kita”.
Ia katakan dalam suratnya tersebut: “Kita pernah mengalami kesalahan lebih dari sekali. Allah tidak menolong kita kecuali ada sesuatu yang Dia kehendaki. Mahasuci Allah: “Dan tidaklah terjadi sesuatu kecuali di dalamnya ada satu perkara”.
(mhy)